Hari-Hari Terbaik

hari terbaik

Hari-Hari Terbaik

Oleh: Irsyad Syafar

Berkemungkinan besar, hari rabu 22 Juli 2020, kita akan memasuki hari pertama bulan Zulhijjah 1441 H. Sepuluh hari kedepannya adalah hari-hari terbaik di sisi Allah Ta’alaa. Sebab, amal shaleh yang dikerjakan pada 10 pertama bulan Zulhijjah ini sangat tinggi nilainya dan paling Allah cintai. Bahkan pahalanya mengalahkan pahala jihad di jalan Allah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام – يعني أيام العشر – قالوا : يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء. (رواه البخاري).

Artinya: “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari ini, yaitu : sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?” Beliau menjawab : “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR Bukhari).

Dalam hadits lain, yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW telah bersabda:

ما من أيام أعظم ولا احب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد. (ورواه أحمد).

Artinya: “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya dari pada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”. (HR Ahmad).

Sangat jelas sekali dengan dua dalil shahih di atas, betapa 10 hari ini adalah hari-hari terbaik. Nabi SAW mendorong dan menyeru kita semua untuk memperbanyak amal shaleh. Tentu sesuai kondisi, situasi dan kemampuan kita masing-masing. Para ulama menjelaskan bahwa amal shaleh yang terkumpul dalam 10 hari pertama Dzulhijjah itu bisa mencakup:

  1. Berhaji dan umrah.
  2. Berpuasa sunnat.
  3. Berinfaq dan sedekah.
  4. Memperbanyak dzikir seperti tahlil, tahmid dan takbir.
  5. Bertobat dari berbagai dosa dan maksiat.
  6. Memperbanyak shalat sunnat, tilawah Al Quran, amar makruf dan nahi munkar.

Salah satu amal shaleh yang paling besar pahalanya, di salah satu hari yang 10 itu adalah puasa arafah pada tanggal 9 Zulhijjah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده. (رواه مسلم).

Artinya: “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”. (HR Muslim).

Dan puncaknya pada tanggal 10 Zulhijjah (sampai hari terakhir Tasyriq), amal shaleh yang paling Allah cintai adalah ibadah qurban. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Anas bin Malik:

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْه).

Artinya: Sesungguhnya Nabi SAW berkurban dengan dua ekor kambing kibas putih yang bagus dan bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan Beliau meletakkan kakinya di samping binatang itu.” Dalam suatu lafadz: ”Beliau menyembelih dengan tangan Beliau sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adalah suatu keberuntungan bila hari-hari terbaik ini kita dapat ikut serta semaksimal mungkin beramal shaleh. Apalagi bila kita kondisikan seluruh keluarga dan anak-anak kita untuk meraih cinta Allah SWT ini. Sebuah catatan bagi yang tidak ikut berqurban, padahal Allah SWT memberikan kelapangan baginya, mereka tidak diperkenankan mendekat ke tempat shalat Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda:

من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا. (رواه أحمد و ابن ماجه والبيهقي).

Artinya: “Barang siapa yang memiliki kelapangan, lalu tidak berqurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami”. (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Baihaqi).

Satu lagi tuntunan Rasulullah SAW bagi kita yang sudah berniat berqurban, yaitu menahan diri dari bercukur rambut dan memotong kuku. Ada dua hadits shahih yang menyebutkan tuntunan Rasulullah SAW ini. Yang pertama dari riwayat Ummu Salamah, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ. (رواه مسلم).

Artinya: “Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Hijah (maksudnya telah memasuki satu Dzulhijah, pen) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban membiarkan (artinya tidak memotong) rambut dan kukunya.” (HR Muslim)

Dalam lafazh hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أُهِلَّ هِلاَلُ ذِى الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّىَ. (رواه مسلم).

Artinya: “Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berqurban.” (HR Muslim)

Hadits pertama berisi perintah menahan rambut dan kuku, sedangkan hadits kedua berisi larangan bercukur. Berarti kedua dalil ini sangat kuat menunjukkan larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi yang akan berqurban, semenjak tanggal 1 Dzulhijjah sampai selesai penyembelihan. Larangan ini tidak berlaku bagi keluarganya. Semoga Allah memudahkan kita dalam mentaatiNya.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *