Hikmah Siang : Kisah Nabi Ibrahim

Hikmah Siang : Kisah Nabi Ibrahim
banner 400x400

Hajinews – Dalam sejarah umat manusia, Nabi Ibrahim dan keturunannya adalah yang mengubah peradaban manusia. Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan keturunannya ini?

Yang pertama,

pelajaran yang dapat kita peroleh yaitu seperti yang terdapat di dalam surat Al-Anfal ayat 75-80. Allah memberikan kita informasi, mengabadikan informasi itu untuk kita contoh. Bahwa Nabi Ibrahim mampu memahami kebenaran Allah dengan logika tauhid yang benar. Ketika banyak masyarakat pada suatu komunitas yang menyembah bintang, Nabi Ibrahim tidak terpengaruh sedikitpun untuk ikut menyembah bintang. Beliau bertanya, “Betulkah ini Tuhanku?”.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Lalu ketika Nabi Ibrahim menemukan komunitas lain yang menyembah Qomar, Nabi Ibrahim tidak sedikitpun terpengaruh dengan perbuatan mayoritas. Ia terus mempertanyakan, “Betulkah ini Tuhanku?”. Ketika Nabi Ibrahim merasa buntu, ingin mencari kebenarannya, Nabi Ibrahim menggunakan pendekatan tauhid. “Wahai Tuhan yang sebenarnya, kalau Engkau tidak memberikanku petunjuk, maka aku termasuk seperti merekakaum yang sesat. Maka berilah aku petunjuk untuk memahami keberadaanmu, memahami wujudMu sebenarnya”.

Pendekatan tauhid, bukan pendekatan yang sufistik, irasional dan pendekatan yang penuh mistik tetapi berbau syirik. Tidak sedikit dari kita pada tingkatan iyyaa kan’buduu, menyembah Allah, berkualitas sembahnya. Tapi pada tingkatan iyyaa kanasta’iin, memohon pertolongan kepada Allah, sudah mulai rusak akidahnya. Sudah mulai batal syahadatnya. Dia percaya pada cincin yang melekat di tangannya itu memiliki kekuatan. Dia percaya pada keris yang disakralkannya. Ini pendekatan yang merusak akidah. Maka jika kita buntu, gunakanlah pendekatan tauhid. Pendekatan dengan bimbingan Laa ilaaha illallaah. Bukan merusak akidah kita. Bukan membatalkan syahadat kita yang setiap salat kita perbaharui. Lalu ada juga kelompok masyarakat yang menyembah matahari. “Benarkah ini Tuhanku?”, Tanya Nabi Ibrahim lagi.

Apa kesimpulan Nabi Ibrahim? Sesungguhnya aku bebas, terlepas dari apa yang kalian syirikkan. Kita suatu saat nanti pasti akan mengalami kebuntuan. Jangan sampai kebuntuan itu menyebabkan akidah kita rusak dan batal. Tetaplah dalam bimbingan Laa ilaaha illallaah.

Yang kedua,

Allah jelaskan dalam al-Qur’an surat Ash-Shafat ayat 102. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih Ismail. “Wahai anakku, aku diperintahkan untuk menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?”. Ismail menjawab, “Wahai ayahku”, pertanyaan yang mengancam nyawanya, keselamatannya, ia jawab dengan begitu santunnya. Tentu ini tidak keluar secara spontanitas. Cerminan pembentukan karakter yang sebelumnya dilakukan oleh Nabi Ibrahim bersama istrinya Siti Hajar kepada Ismail sehingga Ismail tumbuh besar, menjadi anak yang patuh, bertata krama yang santun, berperilaku yang akhlakul karimah. Pelajaran kedua yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim adalah pendidikan rumah tangga.

Pendidikan informal yang diberikan oleh Siti Hajar bersama suaminya, Nabi Ibrahim, kepada anak mereka Ismail. Inilah yang mulai hilang di kalangan kita. Maka tidak heran, di media kita saksikan bersama, anak SMA mampu membunuh teman sebayanya. Padahal belum tentu dia sudah mukallaf, dewasa dalam hukum. Allah mengabadikan kisah Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur’an untuk kita ambil pelajaran. Allah ingin agar generasi kita sama seperti Ismail. Pendidikan rumah tangga untuk membina karakter anak-anak kita.

Yang ketiga,

totalitas kepatuhan Nabi Ibrahim. Ketika menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Tapi ketika kepatuhan itu total, maka Allah datangkan pertolongannya kepada hambaNya. Totalitas, tidak usah banyak tanya. Salat, puasa, zakat dan haji, laksanakan saja. Yang menarik, ketika Nabi Ibrahim memporak-porandakan para tuhan di kerajaan Namruj. Ada satu patung yang masih berdiri kokoh. Raja Namruj bertanya, siapa yang menghancurkan tuhan-tuhannya.

Hingga akhirnya ditangkaplah Nabi Ibrahim. Ia ditanya, “Kenapa engkau melakukan ini semua?” Dengan tenang ia menjawab, “Kenapa kalian bertanya kepadaku? Coba kalian tanyakan kepada tuhan kalian yang satu itu, bukankah dia masih utuh? Bisa jadi dia yang menghancurkan ini semua”. Seorang pengawal Namruj pun menjawab, “Bagaimana mungkin patung ini yang melakukannya, dia tidak bisa bergerak”. Dengan mantab Nabi Ibrahim menjawab, “Kalian sudah tahu kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kenapa masih kalian sembah?”. Mendengar itu Namruj marah besar dan memerintahkan prajuritnya untuk membakar Nabi Ibrahim. Namun apa yang terjadi? Api itu dingin, dan Nabi Ibrahim pun selamat.

Inilah yang dapat kita peroleh dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim Alaihissalaam. Mudah-mudahan bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *