Jakarta, Hajinews.id – Ustad Abdul Somad (UAS) termasuk ulama yang cukup aktif dalam terlibat mendukung pasangan calon (paslon), baik di pilpres dan pilkada.
Di antaranya, saat pilpres lalu UAS terang-terangan mendukung pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Salahudin Uno.
Saat pilkada 9 Desember lalu, misalnya, di pemilihan Wali Kota Medan, UAS juga secara vulgar mendukung pasangan Akhyar Nasution – Salman Alfarisi.
Sialnya, dua paslon yang didukung UAS itu kalah. Karena itu, di media sosial UAS di-bully karena paslon yang didukungnya tidak ada yang menang.
Merespons itu semua, UAS menjawab semua cyber bullying thread di akun Twitter miliknya @UAS_AbdulSomad pada Kamis 10 Desember 2020.
Ia memulainya dengan pertanyaan, “Apa arti pilkada bagi UAS?”
UAS mengatakan, arti pilkada bagi UAS adalah mengaplikasikan ceramahnya selama ini mengenai perbaikan pada tiga aspek: pendidikan, ekonomi, dan politik.
“Saat pilkada saya berijtihad: memilih paslon, meminta komitmen, dan mendukung,” cuitnya.
Ia mengaku tidak berpikir apakah paslon yang didukungnya akan menang atau kalah. Sebab, Allah hanya menilai perjuangan, bukan hasil.
Dengan sikap itu, UAS mengatakan, dirinya sudah menang sebelum pencoblosan.
“Sebab, saya menang melawan godaan uang, mobil, dan jabatan; menang melawan diam mencari selamat; menang melawan pesan-pesan dari Jakarta: UAS janga berpihak! Begini cara saya melawan,” tegasnya.
Dalam cuitannya, UAS mengatakan bahwa pilkada adalah ujian hati.
“Kalau tausiyah, orang datang merebut tangan saya untuk bersalaman. Saat pilkada, saya masuk ke pasar, menyalami orang, sambil berpesan: jangan lupa ya pak, bu, nanti coblos nomor…” tuturnya.
Ia paham bahwa dirinya akan di-bully dan dicaci maki di medsos karena sikapnya. “Itu menyadarkan diri saya bahwa saya bukan siapa-siapa. Kalau terus dimuliakan, disanjung, lama-lama saya bisa menjadi Fir’aun,” tukasnya.
