Muktamar IPHI Ke-VII Ditunda, IPHI Matangkan Program Unggulan

Jakarta, Hajinews.id – Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dalam Rakernas XVI IPHI dan Pra-Muktamar Pembahasan Program Umum IPHI Tahun 2021-2026 pada hari sabtu (3/7/2021) memutuskan Muktamar IPHI ke-VII yang sedianya akan berlangsung di Surabaya pada 24 – 25 Juli 2021 ditunda.

Wakil Ketua Umum IPHI,Mayjen. TNI (Purn). Dr. H.Ahmad Yani Basuki, M.Si.,mengatakan penundaan Muktamar terjadi akibat lonjakan kasus Covid-19 dan pemberlakuan PPKM Darurat.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

“Bahwa IPHI menunda pelaksanaan Muktamar karena memang mempertimbangkan beberapa hal khususnya terkait kondisi Covid-19 yang mengalami kenaikan saat ini dan diberlakukannya PPKM Darurat. Maka melalui mekanisme Rakernas XVI kemarin tanggal 3 Juli, pengurus wilayah dan bersama-sama Pengurus Pusat mengadakan musyawarah yang intinya menganggap perlu melakukan menunda Muktamar ke-VII.” Kata Yani saat dihubungi redaksi Hajinews.id pada Senin (5/7/2021)

Lebih lanjut Yani mengatakan keputusan penundaan Muktamar adalah keputusan yang qorum karena telah disetujui oleh 25 dari 29 pengurus wilayah yang ada.

“rakernas sendiri dihadiri oleh 25 dari 29 pengurus wilayah artinya sangat qorum. Cuma 4 wilayah yang tidak hadir karena kepengurusannya sedang vakum, ada kekosongan. Jadi itu memang keputusan besama dan menjadi harapan bersama dengan harapan muktamar bisa dilaksanakan dengan lebih baik dan penuh kewajaran”. jelas Yani

Yani menambahkan meskipun Muktamar ditunda, hasil Rakernas memberikan batasan pelaksanaan Muktamar paling lambat dilaksanakan akhir September tahun ini.

“Namun itupun tidak ingin ditunda terlalu lama, dan kapan penyelenggaraannya diserahkan kepada pengurus pusat dan panitia daerah dalam hal ini IPHI Jawa Timur sebagai tuan rumah. Kapannya akan diputuskan akan dipelajari sesuai kondisi yan ada. Dalam Rakernas dibatasi paling tidak akhir September ” Terang Yani.

Sementara terkait teknis pelaksanaan Muktamar, panitia melakukan konsolidasi untuk mendapatkan formula yang terbaik.

“yang kedua konslodasi kepanitiaan untuk menata teknis terkait pelaksanaan Muktamar, apakah harus tatap muka (offline), apakah daring atau hybrid perpaduan luring dan daring. Karen kita kan memanag cukup banyak kalau harus hadir semua dengan situasi seperti ini tidak memungkinkan. Karena itu panitia harus mempersiapkan dengan mempertimbangkan AD/ART apapun pelaksanaannya harus sah sesuai qorum.” kata Yani.

Dalam Rakernas XVI IPHI dan Pra-Muktamar, IPHI juga mematangkan sejumlah program unggulan, beberapa diantaranya seperti sertifikasi pendamping haji dan umroh, wakaf stunting hingga program pemberdayaan ekonomi umat.

“Jadi ada beberapa program unggulan yang menjadi pemikiran pusat maupun usulan wilayah dan daerah. Misalnya ada program yang namanya sertifikasi pembimbing haji dan umroh karena kita tahu peran pembimbing haji sangat penting, sehingga mewujudkan lembaga sertifikasi profesi menjadi penting itulah salah satu program unggulan IPHI kedepan tentunya akan bersinergi dengan lembaga lain. Kemudian program pemberdayaan ekonomi umat, akan membangun usaha yang sah dan halal dan melibatkan pemberdayaan potensi IPHI itu sendiri. IPHI adalah pasar, produsen sekaligus pengusaha-pengusaha. oleh karena itu secara kelembagaan jika IPHI pusat dan daerah dapat berkoordinasi dengan baik maka potensi itu akan membawa perubahan terhadap ekonomi keumatan. Di sektor kesehatan ada program waqaf stunting, yaitu waqaf yg diperuntukkan sebagai upaya untuk mengangkat masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan, terutama dalam aspek pendidikan anak-anaknya.”jelas Yani

Haji yang mabrur merupakan dambaan setiap umat Islam yang terpilih oleh Allah SWT menjalankan ibadah di Tanah Suci Mekkah menunaikan rukun Islam kelima. Yani mengungkapkan upaya menjaga haji mabrur sepanjang hayat dapat dilakukan melalui tiga rumusan.

“yang pertama menyebar kebaikan, melalui IPHI diharapkan dakwah kegiatannya dapat menghadirkan suasana yang kondusif, damai dan menyejukan kepentingan umat, bangsa dan negara. Kedua meningkatkan peran kepedualiannya artinya peduli terhadap persoalan yang ada di lingkungan dan terakhir selalu membangun narasi kehidupan yang baik, menyejukan dan menghadirkan kedamaian.” tutup Yani. (Sitha)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *