Ummu Aiman, Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Ummu Aiman
Ummu Aiman. ilustrasi

Rasulullah SAW memanggil Ummu Aiman dengan panggilan “Wahai ibu”

Hajinews.id Salah satu tokoh perempuan mulia pada zaman Rasulullah SAW adalah Ummu Aiman. Memiliki nama asli Barakah binti Tsa’labah bin Amr bin Hishn, julukannya diambil dari nama putranya yaitu Aiman bin Ubaid, kendati putranya yang termasyhur dan termasuk sahabat Nabi utama adalah Usamah bin Zaid.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ummu Aiman sendiri termasuk kelompok yang pertama-tama memeluk Islam. Juga turut hijrah sebanyak dua kali, yaitu saat ke Habasyah dan ke Madinah. Dengan demikian ia memiliki kedudukan mulia dalam Islam.

Di antara peristiwa menarik tantang kebersamaan Rasulullah SAW dengan Ummu Aiman adalah ketika salah satu putri Rasulullah SAW akan wafat. Rasulullah SAW mendekap sang putri di dadanya dengan penuh kasih. Kemudian beliau letakkan tangannya pada putrinya. Sehingga ia wadat dalam pelukan Nabi mulia.

Ummu Aiman yang menyaksikan itu menangis haru. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bertanya, “Wahai Ummu Aiman, apakah kau menangis padahal Rasulullah SAW ada di sisimu?” Ummu Aiman menjawab, “Bagaimana bisa aku tidak menangis sedangkan Rasulullah SAW menangis.”

Rasulullah SAW mengatakan, “Sungguh aku menangis (bukan karena musibah) tapi ini adalah kasih sayang.” Beliau melanjutkan, “Setiap saat seorang mukmin dalam kondisi yang baik. Nyawanya terpisah dari badannya sedang dia memuji Allah.”

Rasulullah SAW memanggil Ummu Aiman dengan panggilan “Wahai ibu”.  Saat memandang Ummu Aiman, Nabi berkata, “Ini adalah bagian dari keluargaku.” Rasulullah SAW sudah menganggapnya seperti ibu sendiri karena ia pernah mengasuh Nabi Muhammad sewaktu kecil.

Salah satu petuah yang pernah disampaikan Ummu Aiman adalah sebagai berikut,

ما رأيت رسول الله شكا صغيرًا ولا كبيرًا جوعًا ولا عطشًا، كان يغدو فيشرب من ماء زمزم، فأعرض عليه الغداء فيقول: لا أريده أنا شبع

Artinya, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengeluhkan yang sedikit atau banyak. Saat lapar maupun kenyang. Beliau melewati pagi harinya dengan meminum air zam-zam. Kemudian ditawarkan makanan, beliau berkata, ‘Aku tidak menginginkannya. Aku kenyang.’”

Saat terbunuhnya Umar bin Khattab, Ummu Aiman berkomentar, “Hari ini, Islam menjadi lemah.”

Terkait taggal kewafatan Ummu Aiman masih diperselisihkan para sejarawan. Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan, “Ummu Aiman wafat lima bulan setelah wafatnya Nabi. Ada pula yang menyebut enam bulan. Ada yang menyatakan, ia masih hidup setelah terbunuhnya Umar bin al-Khattab.”

Dalam riwayat di Mustadrak al-Hakim disebutkan bahwa Ummu Aiman wafat di awal pemerintahan Utsman bin Affan.[]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *