Ketum MUI Sumbar, Buya Gusrizal: BNPT Berhentilah Membuat Gaduh

analisa Buya Gusrizal Soal Biaya Haji
Buya Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa, Ketum MUI Sumbar

Tersekat rasanya suara untuk berharap Kepada wakil-wakil rakyat. Harapan sudah semestinya berubah menjadi tuntutan agar BNPT diawasi secara ketat.

Pernyataan ingin mengontrol rumah ibadah, merupakan kesesatan berfikir karena landasan lahirnya ide itu merupakan pemikiran yang telah jauh melampaui batas usaha pencegahan terorisme bahkan bisa masuk dalam kelompok islamphobia.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Pemikiran ini jelas sekali lahir dari orang-orang yang jahil (tidak paham) dengan perjalanan dakwah Islam di negeri ini.

Mereka jahil dengan keberadaan masjid yang banyak dibangun dengan tetesan keringat umat, sedangkan pemerintah tidak punya andil sedikitpun.

Masjid seperti di Sumatera Barat yang dikenal dengan “surau” misalnya, telah melekat dengan suatu kaum yang tak bisa begitu saja ditempatkan sebagai “di bawah kontrol” pihak manapun.

Di sisi lain, secara jujur harus diakui bahwa Ide mengontrol masjid sebenarnya bagian dari bentuk permusuhan kepada para ulama yang memang markaz dakwah mereka adalah masjid sebagaimana Nabi saw.
Karena tidak bisa dipahami maksud dari ide mengontrol masjid bila yang dikontrol adalah mihrabnya, tempat berwudhu’nya atau pekarangannya.

Mudah sekali dipahami bahwa objek yang akan dikontrol adalah kegiatan umat yang ada di dalamnya. Kegiatan itu tentu berporos kepada ulama yang menjadi imam dan pembina di masjid tersebut.
Apakah BNPT bisa mengelak lagi bahwa target mereka adalah ulama yang ada di Masjid ?

Kalau kita lanjutkan analisa ide yang disorakkan oleh BNPT itu, mudah saja terbaca bahwa ini adalah bagian dari memancing reaksi umat. Saya ingatkan bahwa cara ini walaupun berulangkali dilakukan oleh banyak pihak di negeri ini, tidaklah pantas dilakukan karena efek psikologis terhadap hubungan umat dengan negara yang terancam apalagi yang berbicara adalah badan bentukan negara.

Kalau ini memang perlu diawasi, saya mengira mereka tak perlu bersorak dan tidak jauh kemungkinannya, bisa jadi selama ini juga telah dilakukan.
Terus, apakah lontaran terbuka BNPT itu merupakan peringatan dini atau bisa juga disebut gertakan kepada para da’i ? Besar kemungkinan, iya.

Terakhir, saya juga ingin mengatakan bahwa pemikiran “kontrol masjid”, sebenarnya juga menunjukkan alangkah jauhnya penyelenggara negara ini dari rumah Allah swt.

Sekedar penambah informasi bagi BNPT bahwa di Masjid-masjid umat Islam, kegiatan dilakukan secara terbuka, tanpa absen dan boleh dihadiri siapa saja. Bahkan non muslim pun tidak terhalang untuk mendengarkan bila ingin mendengarkan ayat-ayat Allah swt.
Terus yang tuan-tuan mau kontrol itu apa ?

Sudahilah sikap curiga berlebihan terhadap sesama anak bangsa !
Sadarilah bahwa dari masjid-masjid itulah dahulu digerakkan perjuangan untuk memerdekakan negeri ini !

Kalau yang tuan-tuan maksud adalah menguasainya dengan kekuasaan, berarti tuan-tuan telah bersikap seperti penjajah yang dahulu dihadang dengan jihad fi sabilillah. Kalau tuan-tuan tidak menyadari hal itu, maka saya ingatkan bahwa tuan-tuan “merambah ladang orang” !

Dalam catatan ini, saya tak ingin berkomentar tentang bertentangan nya ide tuan-tuan dengan UUD ’45 dan Pancasila karena saya sangat paham bahwa di negeri ini, tuan-tuan merasa paling berhak menafsirkan keduanya. Umat dan pihak manapun di luar lembaga tuan-tuan, akan dianggap sebelah mata bila memiliki penafsiran berbeda dengan yang tuan-tuan kemukakan.

Sebagai orang-orang beragama, saya mengajak tuan-tuan, berhentilah membuat kegaduhan dan cerdas lah dalam menjawab aspirasi umat karena itulah strategi ampuh untuk menangkal kekhawatiran lembaga tuan-tuan itu.

Catatan Buya Gusrizal Dt. Palimo Basa

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *