Tak Ada Kata Golput untuk Orang Beriman

Tak Ada Kata Golput untuk Orang Beriman
ilustrasi: Golput
banner 400x400

Rupanya semua rakyat berpikiran sama dengan si Fulan. Mereka mengharapkan rakyat yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab. “Mulailah dari dirimu sendiri” adalah nasihat yang baik.

Setiap orang adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sang Raja tidak hanya memerintah tapi harus tampil memberi contoh untuk mengisi madu dengan sendoknya terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang Raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun. Kisah di atas bila dihubungkan dengan kehidupan di dunia nyata, akan terasa memiliki kesamaan. Terutama bila dikaitkan dengan fenomena masih banyaknya kejahatan dan maraknya pelanggaran di masyarakat terhadap norma, tatanan, dan peraturan yang berlaku.

Terjadinya pelanggaran dengan beragam sifat dan bentuknya karena didorong oleh keyakinan pelakunya bahwa sejauh pelanggaran yang dilakukan bisa ditutupi, sehingga luput dari pengetahuan dan pengawasan pihak berwenang, maka pelakunya akan terbebas dari pertanggungjawaban.

Pelanggaran terjadi karena pelakunya berpikiran bahwa kecurangan yang dia lakukan tidak akan berdampak pada orang lain atau masyarakat secara keseluruhan.

Orang seperti ini seolah-olah berkata dalam dirinya bahwa masih banyak orang lain yang berbuat baik, sehingga kecurangan dia seorang diri tidak akan terlihat karena akan tertutup oleh kebaikan dari orang lain.

Padahal, ketika pikiran itu ternyata juga ada dalam pikiran individu yang lain, kejahatan bisa berdampak massif.

Seperti halnya bagaimana bejana sang Raja, dalam fiksi di atas, faktanya penuh terisi air padahal titah sang Raja adalah supaya rakyatnya mengisi bejana dengan madu. Dengan kesadaran, setiap individu mengawasi dirinya masing-masing atas setiap perbuatan yang dilakukan.

Pertanyaannya adalah kepada siapa individu menyandarkan kesadarannya akan perasaan selalu merasa diawasi. Dalam hal ini setiap individu pasti memiliki pegangan nilai yang berbeda-beda, salah satunya adalah nilai agama yang mengajarkan adanya Dzat Yang Maha Mengetahui, yaitu Tuhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *