Kultum 424: Menengok Kehidupan Tanpa Air Bersih

Menengok Kehidupan Tanpa Air Bersih
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Demikian juga jika Allah Subhanahu wata’ala menghendaki situasi yang lain. Maka tidak sesuatu pun yang bisa menolak atau menghindar dari siruasi tersebut. Jadi misalnya Allah Subahanhu wata’ala menghendaki air hujan yang turun itu berasa dan terasa asin. Maka sekali lagi, air itu pun akan asin dan untuk menjadi tawar manusia harus melakukan ini dan itu agar mendapatkan air tawar. Sungguh repot dan sangat ribet.

Kita mungkin bisa menyimpulkan dengan sederhana bahwa memang kita harus bersyukur atas turunnya air hujan, atau mudahnya mendapatkan sumber air di negeri yang subur makmur dan kaya raya ini. Namun, apa saja yang sudah kita lakukan sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah membuat air tawar di negeri kita melimpah?

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sampai di sini, jika hati kita tidak meleleh atau setidaknya trenyuh, mungkin bisa dikatakan bahwa hati kita sudah agak membatu. Astaghfirullaah al‘adziim. Allahummaj ‘alnii mina ttauwwaabiina, waj’alanii min ibaadika ssyaakiriin (Ya Allah, jadikanlah aku hambamu yang bertaubat dan jadikanlah akau hambamu yang bersyukur).

Nah sekarang mari kita kembali ke kisah sengsaranya Amira di Somalia tadi. Setelah dua sampai tiga tahun Somalia dilanda perang dan kekeringan, Amira dan sebagian penduduk lainnya harus menjalani hidup dengan beberapa suap atau gigitan makanan dan segelas air per hari. Hal itu juga harus diperparah dengan hidup di tenda darurat dalam keseharian. Belum lagi ditambah sulitnya perjalanan ke sekolah atau tempat tertentu untuk belajar mempersiapkan hari depan.

Mercy-USA, kru palang merah Perserikatan Bangsa Bangsa dan Amerika Serikat serta beberapa lagi kru Palang Merah atau Palang Hijau dan sejenisnya, akhirnya datang untuk menyelamatkan dan membangun sumur di daerah Somalia ini. Setelah melalui perjuangan yang berat, mereka berhasil membangun sejumlah sumur yang bisa membantu Amira dan penduduk setempat menimba dan memenuhi kebutuhan air bersih.

Amira dan adik-adiknya akhirnya mendapat kebebasan dari penyakit yang ditularkan melalui air dan diberi mampu tumbuh untuk tetap menjadi anak-anak meskipun kesulitan yang dihadapi. Setelah sumur dibangun untuk desanya, Amira bersekolah penuh waktu dan dia juga belajar Al-Qur’an dan Islam sepulang sekolah. SubhanaAllah! Allahu ya’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat kita untuk selalu bersyukur karena dijadikan Allah hamba yang beriman, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                    —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *