Kultum 463: Iedul Adha, Kurban, Hukum, dan Hikmahnya

Iedul Adha dan Kurban
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 400x400

Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali kita mulai pada hari ini adalah shalat. Kemudian kita pulang lalu menyembelih hewan qurban. Barangsiapa berbuat demikian maka dia telah sesuai dengan sunnah kami, dan barangsiapa yang telah menyembelih sebelumnya maka itu hanyalah daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, tidak termasuk ibadah nusuk sedikitpun” (HR. Al-Bukhari no. 5545 dan Muslim no. 1961/7).

Yang didasarkan perbuatan beliau, adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kambing putih kehitaman yang bertanduk. Beliau sembelih sendiri dengan tangannya. Beliau membaca basmalah, bertakbir, dan meletakkan kakinya di sisi leher kambing tersebut” (HR. Al-Bukhari no. 5554 dan Muslim no. 1966).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalil-dalil di atas adalah berdasarkan al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun berdasarkan ijma’ ulama, seperti yang dikutip Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Rahimahullahu, Asy-Syaukani Rahimahullahu, dan Asy-Syinqithi Rahimahullahu, para ulama dalam hal ini hanya berbeda pendapat tentang wajib atau sunnahnya.

Sementara itu, dalam hal keutamaan berqurban, maka dapat diuraikan beberapa hal berkut. Pertama, berqurban merupakan syi’ar-syi’ar sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wata’ala surat Al-Hajj ayat 36. Kedua, berqurban merupakan bagian dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, berdasarkan apa yang beliau anjurkan dan laksanakan.

Ketiga, berqurban termasuk ibadah yang paling utama sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ

وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ

وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِي

Artinya:

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah” (QS. Al-An’am, ayat 162 – 163). Wallahu a’lam.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat dan pelajaran bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi pembaca yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                    —ooOoo—

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *