Hikmah Pagi: Dua Rakaat Sebelum Subuh, untuk Apa?

Dua Rakaat Sebelum Subuh
Dua Rakaat Sebelum Subuh

Hajinews.co.id – “Dua rakaat sebelum salat subuh itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR Muslim). Demikian sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beberapa persepsi muncul menanggapi maksud hadits ini. Sebagian besar menduga bahwa dua rakaat sebelum subuh akan mengantar pelakunya untuk menggapai harta yang banyak, uang yang melimpah, kekayaan tak berbatas, bahkan termasuk jabatan yang super tinggi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mereka memahami hadits ini secara sepintas. Sementara beberapa muballigh, menyampaikan bahwa hadits ini mengingatkan kita, jika besok di akhirat dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Terutama sujud pada dua rakaat sebelum subuh.

Ada segolongan lain ragu, belum sependapat dengan pemahaman yang pertama. Golongan ini menyadari bahwa secara obyektif manusia memang fitrahnya diciptakan bersifat kikir.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir” (al Ma’aarij 70:19). Bahkan “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya. Dan adalah manusia itu sangat kikir” (al Isra’ 17:100).

Di samping itu bagi manusia, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (al Imran 3:14).

Mereka, golongan ini, menyadari bahwa orang-orang yang sesuai dengan ayat-ayat di atas memiliki harapan kepemilikan besar akan dunia. Harapan itu antara lain mereka upayakan melalui pengamalan dua rakaat sebelum subuh. Oleh karenanya, orang-orang yang memiliki pemahaman demikian memandang hadits di atas sebagaimana yang tertulis.

Segolongan muballigh melihat bukti di kehidupan nyata. Mereka melihat bahwa para beliau yang istiqamah mengamalkan dua rakaat sebelum subuh jarang yang hidup bergelimang harta. Hidup memiliki pangkat yang tinggi dan yang lainnya. Oleh karenanya golongan kedua ini menghindar dari pandangan sebelumnya. Mereka menyampaikan bahwa keutamaan dua rakaat sebelum subuh, pada nilai kemuliaannya di akhirat.

Dari sisi pandang ini, mereka mengajukan alasan antara lain, bahwa sujudnya saja pada dua rakaat sebelum subuh di akhirat bernilai sangat tinggi.

Pendapat ini menimbulkan pertanyaan. Jika sujud dijadikan alasan nilai sunnah ini melebihi dunia dan seisinya, bukankah sujud-sujud di salat fardlu adalah lebih utama? Lalu mengapa hadits ini menghkhususkan sujud di dua rakaat sebelum subuh? Lagi pula, jika dampak dua rakaat sebelum subuh menunggu nanti di akhirat lalu keutamaannya sekarang di dunia apa? Sedangkan semua orang yang sekarang mengerjakan sunnah itu, mereka sedang hidup, perlu memperoleh buktinya secara nyata. Salat apa pun, yang dilakukan pada saat manusia hidup di dunia wajib menunjukkan dampak positif di dunia ini, sekarang!

Dari sini ada golongan yang melihat dari sisi pandang lain. Bahwa siapa pun yang istiqamah dalam mengamalkan dua rakaat sebelum subuh, memiliki nilai jiwa yang tinggi. Mereka melihat bahwa dua rakaat sebelum shubuhnya saja sangat berharga apalagi shalat subuhnya.

Padahal untuk bangun subuh saja, belum mudah bagi sebagian besar orang. Apalagi untuk bisa melakukan dua rakaat sebelum subuh, orang pasti harus bangun jauh sebelum shubuh tiba. Mereka siap menjemput subuh melalui dua rakaat salat sunnah. Ini menjadi pertanda jelas kekuatan iman seseorang. Bukankah tidak mudah untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan salat shubuh apalagi sunnah sebelum subuh?

Nabi bersabda, “Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat isya dan salat subuh” (Muttafaq ‘alaih).

Sedangkan sifat munafik, berbanding terbalik dengan sifat iman. Semakin mudah seseorang menegakkan salat subuh, terlebih dua rakaat sebelum subuh, imannya semakin berkualitas. Iman yang tinggi tak akan mudah goyah dengan cobaan apa pun. Bahkan seluruh cobaan yang melebihi nilai dunia dan seluruh isinya.

Dari sisi pandang ini jelas bahwa, dua rakaat sebelum subuh memang lebih baik dari dunia dan seisinya. Bahwa bagi orang-orang yang imannya kuat, antara lain ditandai dengan istiqamah melaksanakan sunnah dua rakaat sebelum subuh, segala cobaan yang bernilai melebihi seluruh dunia dan seisinya sekalipun, tak mampu mengoyangkan imannya. Iman kepada Allah dan hari akhir.

Nabi juga bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi”. Salat menjadi indikator kualitas kebaikan seseorang.

Salat dan amal perbuatan saling berkaitan. Amal-amal yang baik mengantar para pelakunya mampu salat khusyu. Sedangkan salat yang dilakukan dengan khusyu mengantar pelakunya berperilaku baik (al Ankabut 29:45). “…Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar…”.

“Barangsiapa yang salatnya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar maka tidak ada salat baginya” (al Hadits).

Jika demikian maka, dua rakaat sebelum subuh, merupakan indikator kualitas kebaikan seseorang. Sehingga godaan senilai dunia dan seisinya tak akan mampu menggoyang nilai keimanannya.

Kualitas tinggi dari kebaikan seseorang sangat penting terutama bagi pemimpin. Alasannya, karena mereka adalah panutan para yang dipimpin. Pemimpin negara menjadi panutan bagi rakyatnya.

Mereka yang dimaksud para pemimpin antara lain adalah: presiden, gubernur, bupati sampai pada siapa pun yang mengemban amanah sebagai pemimpin. Termasuk pemimpin rumah tangga.

Manusia yang memiliki kualitas sangat baik sangat diperlukan untuk dijadikan para wakil rakyat. Merekalah yang antara lain bertugas merancang dan mengesahkan peraturan perundangan. Peraturan yang akan mengikat tata kehidupan rakyat dan negara.

Siapa pun yang dua rakaat sebelum subuhnya hebat, insyaAllah tidak akan pernah: memanipulasi jabatan, korupsi, nepotisme, kolusi dan yang lain.

Salat harus dijadikan indikator penting dalam memilih personil penegak hukum.

Mereka tidak boleh terpengaruh oleh sebesar apa pun nilai duniawi. Terutama di dalam memberikan keputusan yang adil. Semoga kita mampu menjadikan setiap diri kita sebagai manusia-manusia yang sangat berkualitas baik. Ini antara lain bisa diupayakan melalui istiqamah mengamalkan dua rakaat sunnah sebelum salat subuh!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan menjadi penasihat beberapa masjid di Surabaya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *