Hikmah Pagi: Modal Pemimpin

Modal Pemimpin
Pemimpin

Hajinews.co.id – Bagi seorang pemimpin, modal awal dalam menjalankan amanahnya adalah mensyukuri nikmat. Sebagaimana dalam firman-Nya surah Ibrahim ayat 34 yang artinya, “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

Allah SWT telah memberi kalian segala yang kalian butuhkan dan yang kalian minta berupa kenikmatan-kenikmatan yang tidak terhitung banyaknya. Sungguh manusia sangat zalim dan banyak melupakan kenikmatan-kenikmatan tersebut. Oleh sebab itu, sebagai pemimpin yang beriman bersyukurlah atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya. Dengan mensyukuri nikmat engkau sebagai pemimpin akan jauh dari serakah dan zalim. Ingatlah, Rasulullah SAW. bersabda, “Manusia yang paling Allah cintai dan paling dekat kepada-Nya, ialah pimpinan yang adil. Sedang yang paling Ia benci dan jauh kepada-Nya, ialah pimpinan yang culas.” (HR Tirmidzi).

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sesuai dengan hadis di atas, maka jadilah sebagai pemimpin yang adil dan engkau akan dicintai-Nya.

Dalam kontestasi biasanya para calon menyampaikan visi misi yang merupakan janji kepada rakyat. Mari kita simak firman-Nya dalam surah al-Fath ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya, orang-orang yang berjanji setia kepadamu sebenarnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Maka, barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri. Dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

Makna ayat di atas adalah: maka barang siapa yang merusak perjanjian (janjinya) itu maka akibatnya akan kembali pada dirinya sendiri, dan barang siapa memenuhi perjanjian itu (memenuhi janjinya) maka Allah SWT akan memuliakannya dengan surga. Maka menepati janji bagi seorang pemimpin yang beriman adalah keharusan. Menepati janji merupakan sifat orang beriman. Setiap janji adalah utang, sedangkan utang harus ditunaikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang ingkar janji sama halnya dengan tidak membayar utang.

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa salah satu tanda orang munafik adalah mengingkari janji. Ketahuilah orang yang berjanji itu tidak berdosa, akan tetapi orang yang melanggar janjinya akan dikenakan dosa besar. Maka dari itu, menepati janji hukumnya wajib. Hal ini diperkuat dengan firman-Nya dalam surah al-Isra’ ayat 34 yang artinya, “Dan sempurnakanlah (laksanakanlah) janji, karena janji itu akan ditanyakan.”

Adapun modal yang lain adalah dapat mengendalikan nafsu. Sedangkan cara yang paling efektif dan ampuh ialah dengan berpuasa, di samping dengan melakukan zikir, salat, sedekah dan sebagainya. Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu berarti dapat memenangkan jihad al-akbar (jihad yang lebih besar). Adalah sangat berbahaya jika seorang pemimpin yang semua produk kebijakannya dilandasi hawa nafsu.

Sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Khaf ayat 28 yang artinya, “Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari ingat kepada Allah serta menuruti hawa nafsunya. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi seseorang untuk berbuat adil bahkan menjadi awal kerusakan,”

Makna ayat di atas adalah: Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, sebab keengganannya mengikuti tuntunan yang Kami wahyukan serta menuruti keinginannya yang teperdaya oleh kesenangan duniawi dan keadaannya yang demikian itu sudah melewati batas. Inilah jelas sekali bahwa larangan untuk mengikuti seseorang/ hamba yang lalai dan mengutamakan hawa nafsunya. Ingatlah bahwa nafsulah yang melakukan kemaksiatan atas seruan setan. Seruan setan tidak berdampak dosa jika nafsu dikalahkan dan tidak melaksanakan seruan tersebut.

Adapun modal selanjutnya adalah Zikrul Maut (ingat mati). Banyak mengingat mati dan memikirkan apa yang bakal terjadi sesudahnya serta menyiapkan keperluan untuk menghadapinya. Maka janganlah berebut dunia dan seolah-olah ahli dunia itu kekal. Janganlah menukar yang berharga dan kekal (akhirat) dengan sesuatu yang murah dan tidak kekal (dunia). Jika hal itu terjadi laksana usaha/ bisnis itu mengalami kebangkrutan dan itu merupakan tindakan yang sia-sia. Sebagaimana hadis riwayat Athabrani: Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Nabi SAW lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur.”

Jika seorang pemimpin yang beriman yang selalu bersyukur, bersikap adil, menepati janji, bisa mengendalikan hawa nafsu dan selalu mengingat mati, insyaallah kepemimpinannya akan membawa negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Semoga Allah SWT. selalu melindungi negeri ini dari kerusakan dan memberikan hidayah pada pemimpin negeri.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *