Hikmah Pagi: Tawakal Terhadap Rezeki

Tawakal Terhadap Rezeki
Tawakal Terhadap Rezeki

Hajinews.co.id – Rezeki atau rizki adalah salah satu perkara yang menjadi rahasia Allah SWT. Disebutkan Allah SWT. dalam ayat Al-Qur’an tentang rezeki bahwa rezeki sama halnya dengan kematian seseorang, umur, dan jodoh. Namun, Allah SWT. juga sudah menegaskan bahwa setiap makhluk di muka bumi telah dijamin rezekinya.

Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad, an-Nasai, Ibnu Majah, ibnu Hibban ) Rasulullah SAW. bersabda, “Dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang.”

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Hal ini diperkuat oleh firman-Nya surah at-Thalaq ayat 2-3 yang artinya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”

Menurut Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Tawakal itu jadi sebab terbesar datangnya rezeki.”

Inti dari tawakal adalah benar dalam menyandarkan hati kepada Allah SWT. dalam meraih maslahat atau menolak mudarat, berlaku dalam perkara dunia maupun akhirat seluruhnya. Dalam tawakal, kita menyandarkan seluruh urusan kepada-Nya, kita juga hendaknya merealisasikan iman dengan benar yaitu meyakini bahwa tidak ada yang memberi, tidak ada yang mencegah, tidak ada yang mendatangkan mudarat, tidak ada yang mendatangkan manfaat selain Allah SWT.

Allah SWT. sebagai pemilik hamba-hambanya, Dia tidak ingin mereka ( hambanya ) memberi rezeki diri mereka sendiri. Aku telah mencukupi mereka dengan sebaik-baik pencukupan-Ku dan adanya jaminan dari-Ku. Hal ini sesuai dengan makna firman-Nya dalam surah adz-Dzariyat ayat 57 yang artinya, “Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Aku menciptakan manusia dan jin hanya agar mereka beribadah, bukan agar mereka memberi balasan apa pun kepada-Ku.”

Jelas sekali penegasan ini : Aku tidak menginginkan rezeki dari mereka dan Aku tidak berharap mereka memberi-Ku makan, karena Aku adalah Pemberi rezeki dan pemberi (segala sesuatu). Allah SWT. tidak membutuhkan makhluk-Nya, sebaliknya mereka yang membutuhkan-Nya. Allah SWT. adalah pencipta mereka, Pemberi mereka rezeki dan tidak membutuhkan mereka.

Dikisahkan, orang-orang dari kota Asya’ri, yaitu Abu Musa, Abu Malik, dan Abu Amir pergi bersama-sama untuk menemui Rasulullah SAW. Di tengah perjalanan mereka kehabisan bekal, maka mereka mengirimkan utusan kepada Rasulullah SAW. untuk memintakan bekal kepada mereka. Ketika sampai di rumah Rasulullah SAW, utusan itu mendengar beliau bersabda dari firman-Nya surah Hud ayat 6 yang artinya, “Dan, tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya……..”

Dalam hati utusan itu berkata, “Orang-orang itu sama sekali tidak percaya kepada Allah SWT. ” Akhirnya utusan tersebut langsung kembali, tidak masuk untuk menemui Rasulullah SAW. Setelah bertemu kembali kepada mereka bertiga, utusan itu berkata, “Bergembiralah kalian, telah datang kepada kalian suatu pertolongan.”

Mereka menyangka bahwa utusan itu telah menyampaikan kepada Rasulullah SAW. Selang beberapa waktu, ada dua orang datang membawa mangkuk yang penuh dengan roti dan daging. Mereka ditawari dan makan sesuka hati. Setelah menikmati hidangan tersebut, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Rasulullah SAW. Sampai di rumah salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat makanan yang lebih enak dan baik daripada makanan yang engkau kirim kepada kami.”

“Aku tidak mengirimkan makanan bagi kalian.” Jawab Rasulullah SAW.

Mereka kaget dan menceritakan bahwa telah mengutus seseorang untuk meminta makanan kepada Rasulullah SAW. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW. bertanya kepada utusan dan mendapatkan penjelasan apa saja yang dilakukannya.

Lalu Rasulullah SAW. berkata, “Itu adalah rezeki Allah SWT. untuk kalian. Sehingga kalian makan dengan kenyang.”

Maka camkanlah arti tawakal yaitu, berserah diri (kepada kehendak Tuhan), dengan sepenuh hati percaya kepada Tuhan terhadap penderitaan, cobaan/ujian dan apa pun yang terjadi di dunia ini. Berusaha dengan Sungguh-sungguh. Tawakal bukan berarti pasif dan hanya menunggu keajaiban. Orang yang tawakal tetap berusaha dengan sungguh-sungguh, sambil meyakini bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah SWT. Ridha dengan Kehendak-Nya, menerima segala keadaan, baik suka maupun duka, dengan sikap tawakal.

Sejatinya orang yang tawakal terhadap rezeki mereka akan bersikap mandiri, tidak cengeng, tidak sering mengeluh, tidak merengek dan minta-minta. Jika seseorang meminta bantuan atau dibantu namun tidak menjalankannya, inilah orang-orang yang tidak tahu diri dan berkhianat. Semoga Allah SWT. selalu membimbing dalam rezeki ini agar tetap bersandar pada-Nya bukan selain-Nya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar