Hikmah Pagi: Menjadi Insan yang Pemaaf

Hajinews.co.id — Sebagai makhluk sosial, dalam menjalani kehidupannya manusia membutuhkan orang lain. Agar  kita bisa hidup berdampingan dan saling tolong menolong dalam kebaikan.

Sering kali, dalam aktivitas bermasyarakat, ada timbul berbagai gesekan sosial dan kesalahpahaman niscaya terjadi. Perbedaan watak, karakter, sikap, dan cara pandang kerap menjadi salah satu penyebabnya.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Namun, di saat gesekan tak dapat dielakkan, Islam mengajarkan kita agar lebih bisa menahan diri. Sikap ini juga patut diamalkan sekalipun kesalahan timbul dari pihak lain. Ya, kita dianjurkan menjadi insan pemaaf.

Allah menjanjikan ampunan dan surga bagi insan pemaaf dan menggolongkannya sebagai orang yang bertakwa. Disebutkan dalam sebuah firman-Nya.

Artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali Imran: 133-134).

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS an-Nur: 22).

Nabi Muhammad SAW adalah contoh ideal sosok insan pemaaf. Dalam menjalankan dakwahnya, beliau mengalami banyak kendala, termasuk kekerasan fisik. Salah satu doa beliau, “Ya Allah, ampunilah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.”

Dan, Rasulullah SAW memberikan contoh teladan sebagai insan yang pemaaf. Dalam sebuah kisah disebutkan, beliau memberi maaf seorang musyrik yang selalu menyirami beliau dengan kotoran tiap kali berangkat ke mesjid. Bukan hanya memaafkan, Nabi SAW bahkan menjenguknya ketika ia terbaring sakit dan lemah tak berdaya.

Itulah ajaran luhur Islam yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Memberi maaf bukan hanya menuntut hati yang lapang, tetapi juga kesabaran tingkat tinggi. Semoga kita dapat meneladani sikap Rasululah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari. Amiin.

Sumber: Republika

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *