Ternyata Nasab KH. Ahmad Dahlan, Ada Kaitannya Ke Rasulullah SAW, UAH Membeberkan Silsilahnya

Nasab KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan

Hajinews.co.idUstadz Adi Hidayat (UAH) dalam ceramahnya mengutip dari channel YouTube @nash.project yang mengungkap kisah hidup dan keturunan H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Menurut UAH, KH. Ahmad Dahlan yang bernama asli Muhammad Darwis ini merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwisberasal dari keluarga mulia. Beliau merupakan anak dari Kiai Haji Abu bakar, keturunan Kiai Ilyas, Kiai Sulaiman dan Demang Jurang Jero

“Nasab beliau nyambung hingga ke Syekh Ahmad Jumadil Kubro dan akhirnya ke Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib,” ungkap UAH.

UAH menuturkan bahwa Kiai Haji Ahmad Dahlan memiliki hubungan darah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, suami dari Fatimah Azzahra, putri Nabi Muhammad SAW.

“Dengan nasab yang mulia ini, Kiai Ahmad Dahlan menjadi sosok yang sangat dihormati di kalangan ulama,” tambah UAH.

KH Ahmad Dahlan, lanjut UAH, memulai perjalanan intelektualnya dengan belajar kepada Kiai Haji Soleh Darat di Semarang. Setelah menyelesaikan pendidikan awalnya, beliau melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci, Makkah, untuk memperdalam ilmu agama.

Perjalanan ke Tanah Suci

“Perjalanan ini merupakan tonggak penting dalam kehidupan Kiai Ahmad Dahlan,” ujar UAH.

Dalam perjalanannya ke Makkah, Kiai Ahmad Dahlan tidak sendirian. Ia berangkat bersama saudaranya, KH Muhammad Hasyim Asy’ari, yang kemudian dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

“Dua tokoh besar ini sama-sama menimba ilmu di Tanah Suci, yang kemudian menginspirasi gerakan-gerakan Islam di Indonesia,” jelas UAH.

Setelah kembali dari Makkah, Muhammad Darwis mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. UAH menjelaskan bahwa perubahan nama ini melambangkan perubahan besar dalam hidupnya, yakni sebagai ulama yang lebih matang dan siap membimbing umat.

“Dengan nama baru ini, beliau memulai dakwahnya yang akhirnya melahirkan organisasi Muhammadiyah,” kata UAH.

Muhammadiyah, yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. UAH menekankan bahwa gerakan ini berfokus pada pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam di Nusantara.

“Muhammadiyah hadir untuk mengajak umat kembali kepada ajaran Islam yang murni,” ujarnya.

Kepedulian KH Ahmad Dahlan di Bidang Pendidikan

UAH juga menyoroti bahwa Kiai Ahmad Dahlan adalah sosok yang sangat peduli terhadap pendidikan. Ia mendirikan sekolah-sekolah Islam yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum.

“Ini adalah langkah revolusioner pada masanya, dan menjadi cikal bakal pendidikan Islam modern di Indonesia,” tambah UAH.

Kepedulian Kiai Ahmad Dahlan terhadap pendidikan tidak hanya terbatas pada kaum lelaki, tetapi juga perempuan. UAH mengungkapkan bahwa Kiai Ahmad Dahlan mendorong agar perempuan juga mendapatkan pendidikan yang layak, sebuah pandangan yang progresif di masa itu. “Beliau sangat memperhatikan kesetaraan dalam pendidikan,” katanya.

UAH menjelaskan bahwa meskipun Kiai Ahmad Dahlan berasal dari keluarga ningrat, ia tetap hidup sederhana dan mengabdikan hidupnya untuk dakwah dan pendidikan.

“Kesederhanaan beliau menjadi teladan bagi para pengikutnya,” ujar UAH. Kesederhanaan ini juga tercermin dalam cara beliau memimpin Muhammadiyah.

Sebagai seorang ulama yang memiliki nasab mulia dan pemikiran cemerlang, Kiai Ahmad Dahlan juga dikenal sangat tawadu dan tidak pernah membanggakan keturunannya.

“Beliau lebih fokus pada pengabdian kepada umat daripada kebanggaan akan nasab,” jelas UAH.

UAH menekankan bahwa Kiai Ahmad Dahlan telah memberikan kontribusi besar bagi umat Islam di Indonesia. Melalui Muhammadiyah, beliau berhasil membawa perubahan signifikan dalam kehidupan umat, baik di bidang pendidikan, sosial, maupun keagamaan.

“Warisan beliau terus hidup hingga hari ini melalui gerakan Muhammadiyah,” pungkas UAH.

Dengan kisah yang penuh inspirasi ini, UAH berharap bahwa generasi muda bisa mengambil pelajaran dari kehidupan Kiai Ahmad Dahlan. “Kita harus meneruskan perjuangan beliau untuk memajukan umat dan menjaga kemurnian ajaran Islam,” tutup UAH.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *