Cara Gus Imin Menjaga Marwah Debat

Gus Imin Menjaga Marwah Debat

Oleh: H. Agus Sutisna, Dosen dan Peneliti FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang, Founder Yayasan Podiumm Pesantren Nurul Madany Cipanas Lebak

Hajinews.co.id – Debat Cawapres Kedua nyaris kehilangan marwah. Beruntung Gus Imin ambil langkah lugas, dan Profesor Mahfud “sat set” menyadari (nyaris) kekeliruannya dengan tidak meladeni kelakuan nir-adab Gibran. Ketiadaan adab, absennya etika. Inilah sisi buruk dari perhelatan Debat Cawapres semalam, yang sesungguhnya cukup menjanjikan di sesi pembuka penyampaian visi-misi dan program.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Penting untuk selalu diingat, debat Pilpres itu bukan sekedar ritual elektoral, sekedar memenuhi dan menunaikan program dan tahapan Pemilu yang sudah dirancang KPU. Atau bahkan sekedar melaksanakan perintah undang-undang. Stop cara beprikir serendah ini. Apalagi sekedar pentas pamer kemewahan dan pengukuhan popularitas elit politik.

Debat Pilpres adalah forum melalui apa rakyat berhak mendapatkan informasi yang utuh dan melimpah seputar visi misi dan gagasan-gagasan para kandidat. Berhak memperoleh literasi politik dan pencerahan seputar isu-isu strategis kebangsaan dan kenegaraan. Dan ujungnya, dengan cara demikian rakyat bisa menimbang, membandingkan lalu mengambil keputusan kandidat mana yang cakap dan pantas diberikan mandat untuk memimpin, setidaknya lima tahun ke depan.

Dengan cara demikian pula, milyaran anggaran negara yang digelontorkan untuk menghelat debat tidak mubadzir. Frekuensi publik yang digunakan stasiun-stasiun televisi penyelenggara debat tidak percuma. Semua memberi manfaat kepada rakyat. Dan yang paling penting, hak-hak publik untuk memperoleh tayangan yang mendidik, informasi yang utuh dan mencerdaskan, serta tontonan yang beradab terpenuhi.

Dari sudut pandang hak publik yang demikian, meski secara keseluruhan berlangsung bagus dan produktif, debat semalam hemat saya mengandung cacat adab, cacat etik, nyaris tak bermoral. Hal yang sangat memprihatinkan cacat adab itu akibat kelakuan anak muda yang dipersiapkan menjadi Wakil Presiden. Wapres gaes! Bukan Ketua OSIS, bukan Ketua Karang Taruna! 

Sok Asyik, Tengil, Cringe 

Dalam debat Minggu malam kemarin Gibran memang tampil kebablasan dengan gimik-gimiknya yang melampaui batas kesopanan. Karena tingkah polahnya itu di berbagai platform media sosial, netizen menguhujatnya dengan ragam sematan sebutan pada dirinya. Mulai dari “sok asik”, “tengil”, “songong”, bahkan “cring” (jijik). Lihat kompilasi cuitan netizen yang dihimpun Tempo.co (22 Januari 2024) misalnya.

Setidaknya ada dua kelakukan Gibran yang jauh dari sopan yang dilakukannya kepada Profesor Mahfud. Pertama saat ia menampilkan gestur celingukan dengan posisi tangan di atas pelipis seolah sedang mencari atau melihat sesuatu. Sambil sok asyik dan tengil Gibran mengatakan, “Saya lagi nyari jawaban Prof Mahfud, saya nyari-nyari di mana ini jawabannya? Kok gak ketemu jawabannya.” 

Gimik itu dilakukan Gibran menyusul lontaran pertanyaannya soal bagaimana cara mengatasi inflasi hijau kepada Profesor Mahfud, yang diutarakannya dengan menggunakan istilah sekaligus singkatan “greenflation(green inflation). 

Tidak berhenti sampai disitu, Gibran melanjutkan gimiknya setelah Mahfud merespon bahwa sesuai aturan KPU istilah atau singkatan harus dijelaskan lebih dahulu. Hal yang sama juga diingatkan oleh moderator. Dengan gimiknya yang songong Gibran kemudian merespon dengan ujaran yang terkesan mengolok-olok, bahkan merendahkan. “Baik, ini tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau seorang profesor. Oke, greenflation ini adalah inflasi hijau, sesimpel itu,” ujarnya songong. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar