Mohammed Mansour, Seorang Muslim Kaya Raya Dengan Kekayaan Rp 50 Triliun Yang Pernah Menjadi Pelayan

Mohammed Mansour
Mohammed Mansour

Hajinews.co.idBeberapa pengusaha muslim masuk dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Salah satunya adalah Mohammed Mansour.

Menurut Forbes, total asetnya saat ini adalah $3,2 miliar.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp 15.880 per dolar AS, asetnya sekitar Rp 50,81 triliun.

Siapa sebenarnya Mohammed Mansour dan mengapa dia begitu kaya? Menurut berbagai sumber, Mohammed Mansour adalah seorang pengusaha Muslim kaya raya asal Inggris yang lahir di Mesir pada Januari 1948.

Tentu saja, dia berasal dari keluarga kaya Mesir. Meski kaya, namun hidupnya penuh liku-liku.

Pada usia 10 tahun, ia mengalami lika-liku pertama dalam hidupnya. Suatu kali dia harus terbaring di tempat tidur selama tiga tahun karena kakinya patah akibat kecelakaan mobil.

Untungnya, dia bisa pulih dan kemudian bisa berjalan seperti biasa.

Lika liku kedua terjadi saat Mansour kuliah di North Carolina State University.  Saat tengah menjadi mahasiswa di kampus itu, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser tiba-tiba menyita kekayaan, termasuk rumah megah berkamar 40 dan berpembantu 30 orang milik keluarganya.

Tak hanya itu, pemerintah Mesir juga menasionalisasi perusahaan kapas milik keluarganya.

Situasi itu membuat kehidupan Mansour terpuruk dari tadinya seorang pangeran menjadi orang yang tidak mempunyai uang sepeser pun. Maklum, setelah itu, uang jajan bulanan Mansour sebesar US$200 harus terhenti.

Kondisi itu memaksa Mansour harus pindah dari ‘kos’ megahnya dan tinggal di tempat tinggal yang padat di luar kampus. Ia menjalani masa-masa itu dengan kondisi hidup prihatin.

Ia juga hidup hanya dengan roti dan telur selama setengah tahun. Demi bertahan hidup ia juga bekerja menjadi pelayan di sebuah restoran pizza dengan penghasilan US$1,25 per jam.

Namun, tekanan hidup itu membuatnya belajar. Salah satunya dengan soal cara berkomunikasi orang Amerika dan nilai uang.

“Anda harus selalu waspada terhadap hari hujan karena Anda tidak pernah tahu,” katanya seperti dikutip dari thenationalnews.com.

Karena pelajaran itu, ia memutuskan pindah jurusan ke teknik mesin/tekstil. Tujuannya satu; demi kepentingan bisnis ayahnya.

“Saya ingin menjadi anak besar di lingkungan ini. Teknik adalah hal yang besar. Kemudian saya menyadari itu bukan untuk saya. Maksudku, anak-anak itu lebih mirip Einstein; sangat serius, apa yang kamu sebut tipe kutu buku saat ini. Saya tidak melakukannya, jadi saya tidak melakukannya dengan baik dan hampir gagal,” katanya.

Lika liku ketiga terjadi saat ia berusia 20 tahun.  Setelah menyelesaikan kuliahnya, Mansour didiagnosis menderita kanker ginjal. Hanya sebagian kecil orang yang selamat dari penyakit ini pada saat itu.

Namun beruntung, operasi pengangkatan organ Mansour berhasil. Terapi radiasi membuatnya pulih, dan sejak saat itu ia bebas dari kanker.

Nah setelah era pemerintahan Presiden Gammal Abdul Naser berakhir, kehidupan Mansour mulai bercahaya lagi. Keluarganya memulai kembali bisnis ekspor kapas mereka.

Mansour yang saat itu selesai kuliah langsung bergabung membantu sang ayah. Masuknya Mansour membawa arah baru dalam bisnis perusahaan.

Perusahaan menjadi lebih terbuka, termasuk dalam menjamin kemitraan strategis dengan sejumlah perusahaan. Dan peruntungan berpihak pada keluarga Mansour.

Saat itu, General Motors sedang mencari mitra Mesir untuk membantu bisnis mereka. GM kepincut bekerja sama dengan keluarga Mansour.

Akhirnya keluarga tersebut mendirikan dealer GM dan memperoleh hak penjualan Mesir pada 1975. Perusahaan tersebut bernama Al-Mansour Automotive.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *