Pemilihan Ketua IPHI Wilayah yang Menegangkan

H. Harsono, MBA, Ketua IPHI Jateng (dok)

Oleh Dr.dr. Masrifan Djamil, MPH, MMR

Mantan Sekretaris IPHI Jateng, Kini Ketua Litbang Pengurus Pusat IPHI dan Anggota Pengurus PB IDI

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Ini pengalaman lima tahun lalu. IPHI memang organisasi eksklusif, hanya para haji yang bisa menjadi anggotanya. Namun pertanyaannya, muslimin yang pulang haji demikian banyak, mengapa tidak berbondong-bondong mendaftar IPHI? Padahal setiap pulang haji Kepala Kanwil Kementerian Agama menyerahkan pembinaan haji yang baru pulang agar menjaga kemabrurannya kepada IPHI. Officially. Mengherankan ya…

Suatu hari ada Muswil, ternyata di balik hingar bingarnya muswil IPHI di suatu Provinsi, ada peristiwa menegangkan. Seorang Pengurus lama yang dicalonkan dan nampak mulai menguat, karena memang pribadi yang tanpa cela, dipanggil oleh sekelompok tokoh utama umat, ada Ketua IPHI Wilayah demisioner, para tokoh yang ada dalam Penasihat dan Pembina IPHI Wilayah di suatu ruangan muswil, antara lain ada Ketua MUI Provinsi, mantan pejabat tinggi di Provinsi itu, dll. Ternyata para tokoh tersebut memang dikenal berada dalam barisan suatu Ormas Islam tertentu lengkap-lengkip, akhirnya membuka forum “setengah kamar” yang mulia itu. Ternyata para tokoh itu sudah punya jago yang HARUS ditempatkan sebagai Ketua IPHI Wilayah, dan sang calon yang berasal dari Pengurus lama yang mulai menguat diminta mundur dari pencalonan.

Di sisi lain dalam Forum Muswil yang resmi dikembangkan isu bahwa calon yang disepakati banyak utusan IPHI Daerah itu telah menyatakan mundur. Maka musyawirin (peserta muswil) kebingungan. Mereka saling bertanya apakah berita itu benar? Karena semua mengerucut ke nama sang calon yang kongomerat, muslim, haji yang saleh dan santun, yang “digadang-gadang” bisa membuat IPHI Wilayah berkembang dan maju. Syukurlah ada klarifikasi dari sang calon kepada salah satu timses yang mendorongnya dalam suatu kesempatan, dengan ungkapan meyakinkan Jangan mundur Pak, maju terus, Bapak didukung mayoritas.

Sang Calon akhirnya kuat, “maju terus”, walaupun masih bimbang ketika keluar dari ruangan kecil ketika sang calon dipanggil. Tetapi beliau memang sudah berdiplomasi kepada sejumlah tokoh yang berkumpul di ruang khusus itu, “Akan saya pikirkan masukan Bapak-bapak, akan saya klarifikasi kepada para pendukung yang meminta saya untuk maju jadi ketua IPHI Wilayah”, demikian kalimat penutup yang disampaikan kepada para tokoh itu.

Sampailah pada acara pemilihan. Benar calon yang menguat menyatakan siap dengan tegas. Ada calon satu lagi yang didukung para tokoh tadi diusung. Dimulailah pemilihan yang demokratis, musyawirin memberikan pilihan mayoritas kepada sang calon yang diminta mundur itu, telak, atau mutlak. Tetapi karena pemilihan dua tahap maka disiapkan pemilihan babak kedua. Sang calon yang didukung tokoh, yang kabarnya akan dilantik jadi anggota DPR suatu Fraksi akhirnya minta waktu dan buka suara: “Saya dengan ini menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan untuk pemilihan selanjutnya”. Akhirnya dengan damai dan bulat musyawirin memberikan suaranya mutlak kepada sang calon yang tidak diprediksi bisa terpilih di Musyawarah Wilayah IPHI itu sebagai Ketua. Menegangkan, dan disertai langkah-langkah yang kini disebut trik dan isu. Berbau politis. Akankah Musyawarah Wilayah IPHI nanti juga terulang kisah yang menegangkan itu? Semua terpulang kepada para musyawirin, benarkah logo “Haji mabrur sepanjang hayat” itu diamalkan?. Wallahi a’lam bish showab. (*).

Red: Tulisan ini diunggah untuk menyongsong Musywil ke-8 IPHI Jateng pada 18 Januari 2020.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *