Kisah Abu Nawas: Hanya Dengan 1 Pertanyaan, Abu Nawas Mengalahkan Mafia Tanah

Abu Nawas Mengalahkan Mafia Tanah
Abu Nawas Mengalahkan Mafia Tanah
banner 400x400

Tapi si mafia tanah tetap pada pendiriannya dan sidang langsung dimulai. Untuk menguji kebenaran atas pengakuan kebun itu, maka sang hakim bertanya kepada kedua belah pihak yang bersengketa.

“Berapa jumlah pohon di dalam kebunmu?” tanya hakim kepada tuan tanah.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Si tuan tanah tampak kebingungan, bahkan cenderung panik. Sedangkan Abu Nawas terlihat lebih tenang, padahal dia sendiri tidak tahu jumlah pohon yang ada di kebunnya, karena tak pernah menghitungnya. Lagipula siapa yang sudi menghitung pohon di kebun?

Setelah terdiam agak lama, hakim kembali berkata kepada si tuan tanah, “Bagaimana mungkin Anda mengaku kebun tersebut milik Anda sementara tidak mengetahui jumlah pohonnya.”

Si tuan tanah hanya menunduk dalam-dalam. Ia tampaknya grogi berat. Melihat tuan tanah ini, hakim dan Baginda Raja makin yakin kalau si tuan tanahlah yang berbohong.

Kemudian pertanyaan tadi juga diajukan oleh hakim kepada Abu Nawas. “Sekarang giliranmu Abu Nawas, berapa jumlah pohon yang ada di kebunmu?” tanya sang hakim.

“Sebelum hamba menjawabnya, bolehkah hamba bertanya kepada tuan hakim?” ucap Abu Nawas.

“Silakan Abu Nawas,” jawab hakim.

“Berapa lama Anda menempati rumah Anda?” tanya Abu Nawas.

“Kira-kira sejak beberapa tahun yang lalu. Memangnya kenapa Abu Nawas?” tanya balik tuan hakim keheranan.

“Tidak, hamba cuma mau bertanya berapa jumlah genting yang ada di rumah Anda?” tanya Abu Nawas lagi.

Hakim tersebut langsung gelagapan dengan pertanyaan Abu Nawas. Ia tidak bisa menjawabnya, lalu sang hakim mengumumkan keputusan persidangan kali ini.

“Kebenaran ada di pihak Abu Nawas, dan kau tuan tanah karena telah berbohong maka akan dihukum penjara,” ujar sang hakim lalu mengetok palu dan persidangan selesai.

Bisa ditebak wajah pucat tuan tanah itu saat dirinya diseret ke penjara. Hakim yang terkenal adil dan bijaksana ini mengakui terkadang kecerdasan dan kegeniusan bisa patah oleh argumen.

“Saya belum pernah kalah, kecuali dengan kau Abu Nawas,” pungkas sang hakim mengakui kehebatan Abu Nawas.

Wallahu a’lam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *