Mohammed Mansour, Seorang Muslim Kaya Raya Dengan Kekayaan Rp 50 Triliun Yang Pernah Menjadi Pelayan

Mohammed Mansour
Mohammed Mansour

Namun, di tengah kerja sama besar itu, pada 1976, tepat ketika perusahaan tersebut akan menerima pengiriman mobil pertamanya, pukulan tak terduga memukul kehidupan Mansour.

Ayahnya meninggal pada usia 67 tahun imbas pendarahan otak. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi Mansour. Banyak orang saat itu yang berfikir bahwa keluarga Mansour akan habis.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Mereka menilai Mansour dan kedua saudaranya tidak akan mampu melanjutkan kesuksesan dan bisnis ayah mereka. Dan anggapan orang tak sepenuhnya salah. Mansour mengaku ia dan saudaranya memang membuat beberapa kesalahan sepeninggal ayahnya.

Namun dia menjelaskan bagaimana mereka berhasil melewatinya.

“Kami harus bangkit lagi, dan saat itulah bisnis GM dimulai, dan secara bertahap berkembang. Itu tidak mudah dan kami terus belajar, namun hal ini membantu karena kami berpendidikan di AS sehingga kami memahami mentalitas General Motors dan Caterpillars di dunia ini,” katanya.

Pada tahun 1984, GM membuka pabrik pertamanya di Mesir, dan pada tahun 1985 kendaraan GM pertama diproduksi di negara tersebut. Al-Mansour Automotive memperoleh hak untuk menjual mobil GM di Afrika, dan akhirnya menjadi dealer GM terbesar di dunia.

Tak hanya dengan GM, keluarga Mansour juga akhirnya mendapatkan kepercayaan dan hak menjual dan mendistribusikan peralatan penggalian Caterpillar di Mesir pada 1977.

Anak perusahaan Mantrac dibentuk untuk mengelola bisnis Caterpillar, dan Mantrac akhirnya mendapatkan hak Caterpillar atas Afrika Sub-Sahara, Rusia, dan Irak. Pada  2015. Mantrac adalah dealer Caterpillar terbesar kelima di dunia.

Namun, perkembangan besar itu tak membuat Mansour puas. Pada 1992, Mansour Group mendirikan perusahaan otonom, Mansour Financial, yang secara resmi bernama Al-Mansour Holding Company for Financial Investments (MHCFI).

Perusahaan dibentuk untuk mengelola perjanjian lisensi dengan Philip Morris International (PMI) untuk memproduksi dan mendistribusikan rokok merek PMI di Mesir.

Setelah perjanjian itu gol, ia mendirikan Perusahaan Distribusi Internasional Al-Mansour (AMIDC) di bawah Mansour Financial. Perusahaan dibentuk juga untuk mengelola bisnis tembakau.

Ketika kemitraan Philip Morris berakhir pada  2014, AMIDC bermitra dengan Imperial Brands, yang saat itu disebut Imperial Tobacco. Setelah sukses dengan bisnis itu, Mansour melanjutkan petualangannya ke usaha makanan.

Ia mendirikan Manfoods pada 1994 untuk mengelola waralaba McDonald’s di Mesir. Berkat tangan dingin Mansour itu, bisnisnya terus membesar. Grup perusahaannya kini menjadi distributor General Motors di Mesir, Irak dan Libya.

Perusahaannya juga menjadi distributor resmi Caterpillar, di enam negara Afrika yaitu Nigeria, Ghana, Sierra Leone, Tanzania, Kenya, dan Uganda. Perusahaannya juga merupakan distributor IBM, Hewlett Packard, Microsoft dan Compaq di Mesir.

Pertumbuhan besar itu, membuat kekayaannya kian menumpuk hingga menjadi kaya raya seperti sekarang ini. Meski demikian, Mansour mengatakan tak punya rencana untuk bersantai.

Jadi menteri perhubungan Mesir

Pada Januari 2006, Mansour mundur dari tanggung jawab bisnisnya di perusahaan dan banting setor menjadi menteri transportasi di kabinet Presiden Mesir Hosni Mubarak.

Namun, itu hanya bertahan tiga tahun saja. Ia memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri pada Oktober 2009 buntut kecelakaan kereta api maut yang menewaskan 18 orang dan melukai 39 orang lainnya saat itu.

Pada Desember 2022, ia mengumumkan menjadi bendahara senior Partai Konservatif Inggris (UK Conservative Party). Pengumuman itu menimbulkan kontroversi dari majalah Private Eye.

“Jadi mengapa Partai Konservatif menjadikan raja pedagang mobil Timur Tengah pendukung otokrat ini sebagai bendahara mereka?” tanya mereka.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *