Hikmah Malam: Siapakah Golongan Yang Ditolak Minum Air di Telaga Rasulullah SAW?

Minum Air di Telaga Rasulullah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idSetelah dibangkitkan dari alam kubur, manusia bakal haus. Menurut riwayat, mereka meminum air dari danau bernama Telaga Kautsar, yang merupakan kenikmatan yang Allah SWT berikan bagi Nabi SAW dan pengikutnya.

Namun tidak semua umat Nabi SAW bisa meminum air dari telaga ini. Ada beberapa golongan yang tidak diperbolehkan masuk ke Telaga Kautsar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Syaikh Sa’ad Yusuf Mahmud Abu Aziz dalam Mausu’ah Al-Huquq Al-Islamiyah yang diterjemahkan oleh Ali Noordin bahwa telaga milik Rasulullah SAW itu terletak di Padang Mahsyar. Telaga Kautsar yang terbesar dan termegah, bahkan panjangnya bisa mencapai sebulan perjalanan.

Golongan Manusia yang Ditolak Minum Air dari Telaga Kautsar

Manusia yang ditolak minum di Telaga Kautsar disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW dari Anas bin Malik RA,

“Akan ditolak sejumlah orang dari sahabat-sahabatku (dari telagaku kelak), sehingga ketika aku melihat mereka, mereka melambai-lambaikan tangan kepadaku, maka aku pun berkata, “Kalian sahabat-sahabatku?” Tetapi kemudian ada teguran, “Sesungguhnya kamu tidak tahu bid’ah-bid’ah yang telah mereka adakan sepeninggalmu.” (HR Bukhari)

Kemudian, dalam redaksi lainnya turut disebutkan mengenai golongan yang tidak diperkenankan minum di Telaga Kautsar. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Akan datang kepadaku pada Hari Kiamat serombongan sahabat-sahabatku, namun mereka kemudian dibuat ketakutan mendekati telaga. Oleh karena itu aku berkata, “Ya Tuhan-ku, mereka adalah sahabat-sahabatku.” Maka Tuhan menjawab, “Sesungguhnya kamu tidak tahu bid’ah-bid’ah yang telah mereka adakan sepeninggal kamu. Sesungguhnya mereka telah berbalik ke belakang (murtad).” (HR Bukhari)

Senada dengan itu, dalam hadits dari Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq terdapat beberapa orang yang diusir dari telaga milik Rasulullah SAW tersebut.

“Sesungguhnya aku (akan menunggu) di telaga, sehingga aku bisa siapa-siapa yang datang kepadaku dari kamu sekalian. Dan akan ada beberapa orang yang diusir dariku, maka aku berkata, “Ya Tuhan-ku mereka dari golonganku, mereka dari umatku.” Maka dibantah, “Apakah kamu tahu apa yang telah mereka perbuat sepeninggalmu? Demi Allah, mereka selalu berbalik ke belakang (murtad).” (HR Bukhari)

Menukil dari Kitab At-Tadzkirah oleh Imam Syamsuddin Al-Qurthubi yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal, ditafsirkan terkait hadits-hadits di atas bahwa golongan itu adalah mereka yang murtad dan berbuat hal yang tidak diridhai Allah SWT. Orang yang paling keras ditolak mendatangi Telaga Kautsar adalah manusia yang menyalahi jemaah muslim dan berpisah dari jalan mereka, seperti golongan Khawarij dan alirannya, Rafidhah dengan kesesatannya dan Mu’tazilah dengan berbagai sektenya.

Selain itu, Al-Qurthubi juga menjelaskan golongan itu termasuk orang-orang zalim yang berlebihan dalam berbuat aniaya, menutupi kebenaran, membunuh dan menghinakan keluarga, serta yang mengumbar dosa besar dan menganggap remeh maksiat.

“Dan orang-orang yang mengikuti kesesatan, hawa nafsu, bid’ah,” tulis Al-Qurthubi.

Gambaran Wujud Telaga Rasulullah SAW

Dr Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya yang berjudul Al-Yaum al-akhir al-Qiyamat al-Syughra wa alamat al-Qiyamah al-Kubra terjemahan Irfan Salim dkk mengatakan bahwa air di Telaga Kautsar yaitu putih. Disebutkan putihnya melebihi susu, manisnya melebihi madu dan aromanya lebih dari dari kasturi.

Luas telaga milik Nabi Muhammad SAW itu diibaratkan seperti jarak antara Ka’bah dan Baitul Maqdis. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri RA, Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku punya sebuah telaga seluas jarak antara Ka’bah dan Baitul Maqdis, putih bagaikan susu. Bejana-bejananya sebanyak bilangan bintang-bintang di langit. Sesungguhnya aku benar-benar seorang nabi yang terbanyak pengikutnya pada hari kiamat.”

Demikian bunyi hadits yang dikutip dari Kitab At-Tadzkirah. Al-Albani dalam Zhilah Al-Jannnah fi Tahrij As-Sunnah-nya mengatakan hadits di atas shahih lighairihi.

Wallahu a’lam

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *