Hikmah Pagi: Shalawat untuk Kaya, Kok Bisa?

Shalawat untuk Kaya
Shalawat untuk Kaya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – “Berkat shalawat Nabi, sampean tahu? Saya bangun pondok sampai tiga tingkat. Nggak pernah minta dukungan dana masyarakat. Nggak pernah mengedarkan proposal. Modalnya hanya shalawat. Uang yang datang, nggak habis-habis. Itu berkat shalawat,” ujar Kiai Achmad Masduqie Machfudh. Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015. Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono, Malang.

“Orang yang kikir adalah orang yang namaku disebut di hadapannya tetapi dia tidak membaca shalawat kepadaku,” sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits shahih (HR At-Tirmidzi).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di dalam suatu kisah, ada seorang yang sangat kaya. Saking kayanya, gamis luarnya berharga ratusan juta. Orang yang menatapnya, menatap kagum sampai sulit mengungkapkannya. Ada orang yang tidak punya, tapi dengan lugu memuji orang kaya itu. “Duh betapa bagus baju yang Anda pakai,” celetuknya dengan nada polos. “Ehm, bagaimana seandainya ini menjadi milik Saudara?” tanya si orang kaya mencoba ‘mengusap’ kekaguman si orang tak berpunya itu. “Ah, mana mungkin cocok, kan saya bukan orang yang pantas memakainya”, lanjutnya tak ada harap. Serentak si orang kaya melepaskan gamis dari tubuhnya, memakaikannya kepada orang tak berpunya tadi. Tampak kedermawanan yang mengagumkan!

Eh tapi tunggu dulu. Andai orang kaya dengan ‘kedermawanannya’ itu tidak menyambut shalawat ketika disebut nama Rasulullah, maka ia pun termasuk golongan kikir.

Dalam sarah hadits (kalau hadits = sarah; kalau Al-Qur’an = tafsir) jika orang tidak bershalawat disebut kikir (lawwazimul ma’nanya = konsekuensi maknanya) maka yang bershalawat disebut dermawan. Semakin rajin bershalawat maka semakin dermawan orang itu. Nah, tidak pernah ada teori yang mengatakan orang dermawan menjadi kekurangan. Yang benar, orang dermawan pasti semakin kaya. Kita simak kisah dermawan umat nabi Musa AS ini!

Ada sepasang suami istri, hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun di zaman Nabi Musa AS. Suatu hari, dalam keadaan tenang, sang istri berkata kepada suaminya, “Bang, bukankah Musa itu Nabi Allah dan bisa berbicara dengan-Nya?” “Benar,” ujar sang suami.

“Kenapa kita tidak coba pergi kepadanya, bercerita tentang kondisi kita? Kita minta dia berbicara kepada Tuhannya agar kita diberi kekayaan, agar kita bisa hidup senang dan berkecukupan.”

Besoknya, mereka mendatangi Nabi Musa, menyampaikan maksudnya. Lalu, Nabi Musa bermunajat menghadap Allah, memohonkan keinginan suami istri itu. Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya, di langit mau pun di bumi. Allah berfirman: “Wahai Musa, sampaikan kepada mereka bahwa Aku telah mengabulkan permintaan mereka. Aku akan memberi mereka kekayaan, tapi hanya satu tahun. Setelah itu, Aku akan kembalikan mereka menjadi orang miskin.”

Sontak, ketika mendengar kabar dari Nabi Musa, pasangan suami istri ini gembira luar biasa. Tepat beberapa hari berselang, rezeki melimpah dari arah yang tidak mereka duga. Menjadikan mereka kaya raya. Mereka hidup senang dan bahagia. Sang istri berujar kepada sang suami, “Bang, ingat loh ya, kita diberi kekayaan hanya satu tahun. Setelah itu kita akan miskin lagi.” “Benar,” jawab sang suami. “Kalau begitu, kita gunakan saja kekayaan ini untuk membantu banyak orang. Paling tidak dalam setahun ini, kita akan siapkan makan orang-orang fakir dan menyantuni anak yatim.” Sang suami setuju. Lalu mereka membangun rumah singgah untuk membantu para musafir. Rumah itu dibangun dengan tujuh pintu, masing-masing pintu menghadap ke jalan yang berjumlah tujuh persimpangan. Keluarga ini pun mulai menyambut setiap musafir yang datang dan memberi mereka makan dan tempat singgah gratis, siang malam. Mereka terus sibuk melayani orang yang membutuhkan selama berbulan-bulan. Setahun berlalu sepasang suami istri ini tetap sibuk membantu para musafir dan memuliakan tamu yang berdatangan. Kehidupan mereka pun tetap kaya. Mereka lupa dengan tenggat waktu yang ditetapkan Allah tersebut.

Melihat itu, Nabi Musa pun heran, lalu bertanya kepada Allah seraya berkata: “Wahai Rabb, Engkau telah menetapkan syarat kepada mereka hanya satu tahun. Sekarang, sudah satu tahun lebih, tetapi mereka tetap hidup kaya?” Allah berfirman: “Wahai Musa, Aku membuka satu pintu di antara pintu-pintu rezeki kepada keluarga tersebut, lalu mereka membuka tujuh pintu untuk membantu hamba-hamba-Ku. Wahai Musa! Aku merasa malu kepada mereka. Wahai Musa! Apakah mungkin hamba-Ku lebih dermawan dari-Ku?” Nabi Musa menjawab: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Maha Mulia urusan-Mu dan Maha Tinggi kedudukan-Mu”

Salah satu manfaat membaca shalawat adalah menjadikan orang lebih meneladani Rasulullah. Antara lain sifat beliau yang sangat dermawan. Kalau demikian, semakin banyak bershalawat semakin tinggi pula tingkat kedermawanan seseorang. Semakin dermawan seseorang, insyaallah pastilah semakin kaya orang itu. Kisah sepasang suami istri yang sangat dermawan di jaman nabi Musa as. adalah buktinya. Memperbanyak membaca shalawat mengantar seseorang menjadi semakin dermawan. Kita perbanyak shalawatan yuk!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *