Hikmah Pagi: Rabbiy, MencintaiMu Aku Butuh!

MencintaiMu Aku Butuh
cinta allah
banner 678x960

Hajinews.co.id – Cinta, tak ada yang melebihi nikmatnya. Setiap orang pernah jatuh cinta, namun belum mudah membahasakannya. Sulit dilogika. Atas nama cintanya kepada Rama, Dewi Shinta rela melebur dalam api membara. Atas nama cinta kepada Tuhannya, bagi Asyiah istri Fir’aun, panas membara tak menggoyahkan cinta kepadaNya. Begitu nikmatnya cinta.

Sulit membayangkan orang yang sepanjang hidupnya selalu dipenuhi gelora cinta?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Alhamdulillah.

Kalimat puja dan puji hanya kepadaNya. Alhamdulillah bisa bermakna: bahagia, suka, senang, kagum, syukur, gembira, indah mempesona dan apa saja yang bermakna senada. Adakah kesamaanya dengan kandungan makna cinta? Sulit untuk menjawab tidak, meskipun belum mudah segera mengiyakan. Boleh jadi banyak orang tak menduga bahwa alhamdulillah bermakna cinta. Cinta kepadaNya.

Lalu, berapa kali sehari kita wajib membaca alhamdulillah? Setidaknya jika seorang Muslim hanya menegakkan shalat wajib saja, minimal dia 17 kali mengulanginya. Sesuai tujuh belas jumlah rakaat shalat.

Di pagi (shubuh), siang (dluhur), petang (ashar), malam (maghrib dan isya). Pendek kata di setiap saat kita diwajibkan untuk bersemangat mencinta. Ialah mencintaiNya.

Alhamdulillah yang ada dalam alFatihah, menjadi bacaan wajib di setiap rakaat shalat. Wajib bisa bermakna, jika tidak dikerjakan akan membinasakan.

Bukankah ketika pada suatu saat, entah di pedalaman atau di kondisi yang tidak biasa. Satu-satunya makanan yang ada untuk dikonsumsi hanyalah daging babi. Hukum memakannya yang semula haram berubah menjadi wajib. Apa alasannya? Untuk menghindarkan diri dari kebinasaan. Karena pada saat darurat seperti itu, jika tidak memakannya bisa mengundang ajal.

Dari sini hukum wajib bermakna mencegah dari kebinasaan.

Muslim wajib membaca alhamdulillah pada setiap rakaat. Sesuai hukum wajib sebagaimana di atas, maka bila seorang Muslim enggan membacanya, seolah dia lebih mudah menuju binasa. Bagaimana tidak, dia sengaja menghindar dari suasana bahagia dan yang lainnya itu.

Sesuai makna cinta dari alhamdulillah, dapat dipahami bahwa, setiap Muslim wajib selalu dalam suasana cinta.

Setiap Muslim wajib selalu; bahagia, suka, senang, kagum, syukur, gembira, dan selalu memuji. Tidak pernah mencela!

Adalah wajar ketika setiap Muslim selalu syukur dan selalu bahagia. Betapa tidak, mereka selalu di dalam anugerah nikmatNya. Bukankah nikmatNya tak pernah ada yang mampu menghitungnya. Di setiap saat? Ia di setiap saat nikmatNya tak pernah ada yang mampu menghitungnya.

Wa in ta’udduu ni’matallaahi laa tuhshuuhaa (QS Ibrahim14:34). Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.

Manusia adalah makhluk yang terdiri dari trilyunan sel. Seluruh sel tersebut harus bekerjasama dalam satu komando. Tidak boleh ada satu pun yang membantah. Jika tidak, maka tubuh orang tersebut menderita sakit. Terbayang betapa sulit mengaransemen sekian trilyun sel setiap saat? Itu nikmatNya.

Ketika seseorang sedang tidur. Detak jantung berubah, tekanan darah berganti, ritme nafas menyesuaikan. Terbayang tidak jika kondisi demikian berubah tidak harmonis? Itu nikmatNya.

Setiap dinding sel memiliki komposisi ion yang harmonis pada setiap saatnya. Harmonis dimaksud adalah mirip dengan kerjasama detak jantung, tekanan darah, ayunan nafas. Pada setiap saat, dalam situasi dinamis yang senantiasa berubah, kadar natrium di luar sel, kadar kalium di dalam sel, demikian juga kadar kalsium harus selalu dijaga. Mereka harus tetap bekerjasama secara harmonis dan selalu beradaptasi dengan perubahan kondisi. Situasi pagi, siang, sore, menjelang malam, tengah malam dan seterusnya.

Keadaan harmonis ini dipertahankan demikian pada sejumlah trilyun sel itu setiap saat. Belum lagi satu sel dengan yang lain harus selalu kompak. Mampu berinteraksi secara damai, tentram dan tenang! Sudahkah sebagian kecil kondisi ini mengantar kita mengintip sekelumit kecil nikmatNya?

Siapakah yang mampu melakukan pengaturan ini semua? Dia, ya hanya Dia. Dia yang selalu menjaga kita dari saat ke saat. Dari waktu ke waktu. Dia selalu memelihara kita, dengan Rahman dan RahimNya. Betapa Dia benar-benar Maha Terpuji. Maka pantaskah aku mencintaiNya? Atau malah wajib? Bagaimana tidak wajib sedangkan dia selalu ada untuk setiap kita, tak pernah lalai, tak pernah tidur, tak pernah mengantuk. Dia alHayyu alQayyum. Menjaga, memelihara makhlukNya, setiap waktu. Siang, malam, dan setiap apa pun.

Bila ini yang ternyata, sulit bagi siapa pun berkata, bahwa ada yang lain yang lebih pantas untuk dicinta! Hanya Dia dan ya hanya Dia yang mutlak dicinta!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *