Kultum 504: Mungkinkah Menjadi Baik Tanpa Tuhan

Mungkinkah Menjadi Baik Tanpa Tuhan
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Pada umumnya, manusia ateis berpendapat bahwa kita tidak membutuhkan Tuhan untuk menjalani kehidupan yang layak dan bermoral. Dengan pikiran demikian, mereka menjadi hakim atas Tuhan dan mencoba menyatakan landasan moral yang lebih tinggi daripada Tuhan itu sendiri. Akibatnya, mereka “yang meragukan agama”, juga terpengaruh oleh argumen yang indah itu.

Yang tak terllihat oleh semua orang seperti itu adalah ketidakkonsistenan dan kontradiksi internal dalam keyakinan seperti itu. Begitu Tuhan disingkirkan dari gambaran itu, dasar dan fondasi moralitas juga lenyap. Tidak ada lagi kompas moral, tidak ada lagi upaya mendefinisikan moralitas menjadi praktik yang berarti. Yang biasa diperdebatkan oleh banyak orang ketika mereka mengatakan bahwa moralitas dapat eksis tanpa Tuhan adalah model moralitas utilitarian; praktis dan funsional. Model ini menyatakan bahwa setiap tindakan yang membawa kebahagiaan adalah bermoral, dan setiap tindakan yang membawa penderitaan adalah tidak bermoral.

Lihat. Apa yang mereka katakan itu kedengarannya bagus. Tetapi, ada kelemahan dengan teori ini. Para ahli non-Muslim-pun menjelaskan, “keberatan standar terhadap utilitarianisme adalah bahwa hal itu dapat menuntut kita untuk melanggar standar keadilan”. Misalnya, bayangkan Anda adalah seorang hakim di kota kecil. Seseorang telah melakukan kejahatan, dan telah terjadi keresahan sosial yang mengakibatkan luka-luka, konflik kekerasan, dan beberapa kerusuhan.

Sebagai hakim, Anda tahu bahwa jika Anda menjatuhkan hukuman mati kepada orang yang tidak bersalah pun, kota akan tenang dan perdamaian dipulihkan. Jika Anda membebaskannya, kerusuhan yang lebih besar akan meletus, dengan lebih banyak kerugian datang ke kota dan orang-orangnya. Utilitarianisme tampaknya membutuhkan hukuman bagi yang tidak bersalah dalam keadaan tertentu, seperti ini. Karena menghukum orang yang tidak bersalah akan mengurangi penderitaan banyak orang, dan juga meningkatkan kebahagiaan mereka, utilitarianisme mengharuskan orang yang tidak bersalah dihukum dalam skenario seperti itu. Skenario lain yang diangkat oleh para sarjana adalah pemerkosaan berkelompok.

Sementara pemerkosaan oleh satu individu membawa penderitaan yang luar biasa bagi korban dan kesenangan bagi pemerkosa sedemikian rupa sehingga utilitarianisme menyebut tindakan ini tidak bermoral, situasinya sangat berbeda ketika ada lebih dari satu pemerkosa. Semakin besar jumlah orang yang melakukan kejahatan keji ini, semakin besar kesenangan mereka. Karena model moralitas utilitarian melihat segala sesuatu sebagai utilitas dan bukan dari lensa keadilan, maka pemerkosaan berkelompok akan dianggap kurang jahat dibandingkan dengan pemerkosaan oleh satu individu. Ini menempatkan kita dalam teka-teki moral yang tidak mungkin untuk keluar darinya.

Contoh lain yang mengilustrasikan hal ini adalah seorang ibu yang mencegah anaknya memegang sebatang arang yang membara. Sang anak melihatnya sebagai mainan cemerlang (bersinar) yang sangat ingin ia pegang, sementara sang ibu tahu bahwa jika ia memberikannya kepada sang anak, itu akan menyebabkan luka.

Namun, model utilitarian akan mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan dilema moral ini, karena semakin lama anak menunggu, semakin besar penderitaannya dan semakin kecil kebahagiaannya. Sang ibu jelas tahu apa yang terbaik untuk anaknya dan membuatnya menderita, walaupun sementara, untuk menyelamatkannya dari bahaya yang lebih besar di masa depan . Dalam hal ini, setidaknya penderitaan saat ini tidak dapat dilihat sebagai manfaat yang harus dihindari.

Apa yang pada dasarnya tidak ada dalam model utilitarian adalah keadilan. Dalam Islam, di sisi lain, moralitas berasal dari Tuhan. Tuhan adalah sumber utama dari semua kualitas moral. Kita belajar untuk menjadi pemurah, karena Tuhan itu Maha Pemurah. Kita belajar untuk berbelas kasih, dengan meniru Rahmat Tuhan, di lingkungan kita sendiri dan di tingkat kita sendiri.

Kita belajar prinsip-prinsip moral yang indah dan tak terbantahkan untuk diikuti dalam hidup kita yang tidak seperti yang lain, seperti yang Tuhan katakan,

اِنَّ اللّٰهَ يَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَالۡاِحۡسَانِ

وَاِيۡتَآىِٕ ذِى الۡقُرۡبٰى وَيَنۡهٰى عَنِ

الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡكَرِ وَالۡبَغۡىِ‌ۚ يَعِظُكُمۡ

لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (QS. An-Nahl, ayat 90).

Bisa dipahami bahwa, pertama adalah ‘Adal atau keadilan; bahwa manusia harus membalas perlakuan orang lain seperti mereka sendiri ingin diperlakukan. Kedua adalah Ihsan atau kebaikan; orang harus berusaha membalas orang lain dengan berbuat baik kepada mereka dalam proporsi yang lebih besar dari kebaikan mereka. Ketiga adalah “iitaa’izil Qurbaa”, di mana seseorang berbuat baik kepada orang, baik dirinya telah berbuat baik kepadanya atau tidak. Ini hanya satu contoh, dari banyak kebajikan yang indah dan terdefinisi dengan baik yang Tuhan berikan untuk diikuti oleh manusia. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *