Jakarta, hajinews.id-Wisata halal ternyata tak selalu soal destinasi atau objek wisata. Namun, wisata halal itu mencakup empat hal dan salah satunya makanan dan minuman halal.
CEO Cheria Halal Network Ananto Pratikno menjelaskan, ada tiga kebutuhan lainnya, yaitu ketersediaan tempat salat, menghindari tempat-tempat red light seperti klub malam dan sejenisnya, serta objek wisata yang ramah Muslim.
Misalnya ada masjid atau tempat bersejarah Islam. “Jadi halal itu fokus ke tamu, bukan ke destinasi atau objek wisata,” ujar Ananto di Jakarta, Jumat (20/12).
Ananto mengatakan, wisawatan Muslim juga sah-sah saja mengunjungi gereja atau katedral yang menjadi ikon di kota atau wilayah tujuan wisatanya, untuk sekadar mengabadikan gambar.
Lebih lanjut, biasanya wisatawan Muslim akan memastikan empat kebutuhan dasar ini terpenuhi sebelum memutuskan menggunakan jasa agen wisata tertentu.
Hal ini seiring semakin meningkatnya kesadaran menjalankan perintah agama Islam secara menyeluruh. “Kalau bisa jangan menambah dosa (saat liburan),” tutur Ananto.
Selain itu, temuan ini juga sejalan dengan tren wisata halal beberapa tahun terakhir.
Data Cheria Halal Holiday dalam tiga tahun terakhir mencatat, peningkatan jumlah tamu yang menginginkan wisata halal sekitar 200 persen per tahun. Mereka ini kebanyakan berasal dari kelas menengah ke atas.
“Wisata halal sedang booming karena middle up class. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kelas menengah di Indonesia akan mencapai 85 juta orang pada tahun 2020 dan dipastikan sekurangnya 80 persen Muslim,” jelas Ananto.
Untuk destinasi wisata, saat ini Singapura, Thailand dan Malaysia menempati urutan teratas tujuan wisatawan muslim, diikuti Korea dan Hong Kong. Setelahnya, ada Turki, Mesir, Palestina (Masjid al-Aqsa) dan Yordania, kemudian Eropa Barat, Jepang dan Beijing. (wh/republika)