Gerhana Matahari Cincin Pernah Terjadi di Zaman Rasulullah

Gerhana matahari cincin. (Foto: BMKG)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id –  Masyarakat Indonesia kembali bisa menyaksikan fenomena alam gerhana matahari cincin pada hari ini, Kamis (26/12/2019). Gerhana matahari cincin sebelumnya sempat terjadi pada 22 Agustus 1988 dan 26 Januari 2019.

Terjadinya gerhana matahari cincin banyak menyedot perhatian masyarakat, baik di Indonesia maupun dunia. Peristiwa gerhana matahari cincin ternyata sempat terjadi di masa Rasulullah SAW. Fenomena ini diabadikan dalam hadits dan saran melaksanakan ibadah salat sunah saat peristiwa gerhana matahari cincin terjadi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Thomas Djamaluddin mengungkapkan gerhana matahari cincin yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW berdasarkan analisis astronomis.

“Peristiwa terjadi saat putranya, Ibrahim, meninggal dunia. Saat itu menjadi satu-satunya salat gerhana yang dilakukan Rasulullah dengan khutbahnya dalam hadits: “Matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka bila melihatnya berdzikirlah kepada Allah dengan mengerjakan shalat” (HR Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Ibnu Abbas),” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Thomas Djamaluddin dalam keterangannya, Senin (23/12/2019) .

Prof Thomas menjelaskan, gerhana matahari cincin pada zaman Rasulullah SAW terjadi pada 27 Januari 632 Masehi (M). Jarak bumi matahari adalah 148 juta kilometer dengan diameter sudut piringan matahari 32′ 23″. Untuk jarak bumi bulan 392.788 kilometer dengan diameter sudutnya 30′ 25″.

Hasil analisis astronomis menunjukkan, gerhana matahari cincin terjadi pada pagi hari tanggal 27 Januari 632 M atau menjelang awal Dzulqaidah 10 Hijriah. Pada saat itu di Madinah mengalami gerhana matahari sebagian dengan kegelapan sekitar 85 persen.

Gerhana matahari cincin diperkirakan terjadi sekitar pukul 09.00 pagi setelah pemakaman Ibrahim putra Rasulullah SAW. Saat itu, warga mengira gerhana yang terjadi terkait dengan meninggalnya Ibrahim yang ikut membuat matahari sedih. Dalam khotbah usai salat, Rasulullah SAW menjelaskan gerhana adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang tidak ada kaitannya dengan kematian seseorang.

Sejak Muhammad menjadi nabi pada 17 Ramadhan tahun Gajah ke-41 atau sekitar Agustus 610 M hingga wafat pada 12 Rabiul Awal 11 H atau Juni 632 M, hanya ada lima kali gerhana matahari di Makkah dan Madinah. Peristiwa ini hanya teramati sebagian, karena jalur gerhana matahari total dan cincin tidak melintasi kedua kota tersebut. Menurut Prof Thomas, hanya gerhana matahari total pada 613 M yang melintas tidak jauh di sebelah selatan Makkah.

Sebanyak empat gerhana terjadi sebelum hijrah dan hanya satu yang terjadi setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Dalam kaitannya dengan salat gerhana, Nabi melaksanakannya setelah Isra Mi’raj yang membawa perintah salat wajib. Hadits tentang salat gerhana mengisyaratkan pada saat itu telah ada salat wajib. Misal hadits riwayat Ahmad dan Nasai menyatakan perintah Nabi, “Bila kamu melihat gerhana maka salatlah sebagaimana salat wajib yang biasa kamu kerjakan.”

Gerhana matahari cincin sebetulnya sama dengan total karena keduanya tergolong gerhana sentral. Artinya pusat piringan matahari dan bulan hampir berdekatan pada saat puncak gerhana. Hal yang membedakan adalah matahari tertutup semua pada gerhana matahari total, sedangkan pada gerhana matahari cincin hanya sebagian. Bagian tepi matahari yang tidak tertutup bulan terlihat seperti cincin.

Peristiwa gerhana matahari cincin terjadi bila piringan matahari terlihat lebih besar daripada bulan. Hal ini dipengaruhi jarak matahari dan bulan dari bumi. Pada saat gerhana matahari cincin tahun 1998, jarak bumi matahari adalah 151,3 juta kilometer dengan diameter sudut piringan matahari 31′ 40″. Sedangkan jarak bumi bulan adalah 394.063 kilometer dengan diameter sudutnya 30′ 19″ yang lebih kecil daripada diameter sudut matahari. Kalau bulan terlalu jauh dari bumi, ia tidak akan menutup matahari dengan sempurna, dan menyisakan cahaya berbentuk cincin pada gerhana. (rah/detik)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *