Jokowi Dinilai Gagal Bikin Takut China di Natuna

Jokowi saat mengunjungi Kab. Natuna, Prov. Kep. Riau, Rabu (8/1). (Foto: Biro Pers Setpres)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Natuna dinilai gagal membuat gentar China. Hal tersebut terkait dengan kembalinya kapal nelayan dan coast guard China ke perairan Natuna Utara setelah kedatangan Jokowi ke Natuna beberapa hari lalu.

Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu mengatakan pemerintah China sudah memprediksi Indonesia tidak ingin berperang. “Penggentaran yang dilakukan oleh Pak Jokowi, ini kan upaya penggentaran ternyata tidak berhasil. Karena China sudah bisa mengukur Indonesia pakemnya atau pada dasarnya tidak ingin ada perang,” kata Dinna di Jakarta, Ahad (12/1/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Dinna Indonesia tidak mau perang dengan China terlihat dari cara Jokowi merespons situasi di Natuna. Jokowi terkesan bersayap dalam memberi tanggapan.

Dinna mencermati Jokowi ingin tetap menjaga hubungan baik dengan China dengan tidak membuat pernyataan yang secara tegas menuding China melanggar. Misalnya, Jokowi tidak tegas menyatakan China melanggar atau tidak melanggar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Natuna Utara.

Pemerintah Indonesia, lanjut Dinna, seharusnya tidak memandang China seperti dua tahun silam, yakni saat China dan ASEAN menyepakati kerangka kode etik Laut China Selatan (LCS). Ketika itu memang Indonesia dan ASEAN berharap China memenuhi janjinya paling lambat tiga tahun terhadap kesepakatan itu.

“Sekarang sudah tahun berapa, hampir selesai tuh laps waktunya. Dan dengan secara fisik mereka melakukan itu terbukti niat baiknya tidak ada,” tegas Dinna. “Jadi itu harus secara tegas bisa kita sampaikan sebenarnya. Tidak perlu muter-muter gitu ya kalau kenyataannya dia tidak menyepakati yang dia tunjukkan dalam forum ASEAN,” lanjut dia.

Lebih jauh Dinna mengamati tindakan China masuk ke ZEE Indonesia adalah untuk menguji kesetiaan negara kawasan ASEAN, khususnya Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kerja sama di bidang infrastruktur dengan China.

“Kita diuji kesetiaan kita. Bahasa saya kesetiaan karena China kalau memberi bantuan dia selalu minta balik ‘kami bisa kasih saya apa?’. Pamrihnya itu langsung keliatan,” ungkap Dinna.

Menurut Dinna sikap pamrih China terhadap negara yang diberikan bantuan juga sama dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, AS tidak pernah pamrih dalam waktu cepat. “Kalau China ini langsung. Dia kasih duit cashnya lebih cepat, tapi minta loyalitasnya lebih tinggi. Artinya China itu tidak sama dengan yang lalu,” tuturnya.

Menyangkut hal tersebut Dinna kembali mengingatkan pemerintah Indonesia menilai China sebagai negara yang tidak akan menimbulkan polemik seperti beberapa tahun silam. “China sekarang sudah dalam mode untuk menguji semua kita. Betul tidak kita temannya dia. Dan apa yang kita lakukan,” jelasnya.

Dinna menambahkan seluruh jajaran kabinet harus kompak dalam menyikapi situasi di Natuna sebab selama ini belum ada kekompakan. “Indonesia ini tidak satu suara menghadapi China. Ada menteri-menteri yang melihat masalah ini sebagai masalah ikan saja, masalah kecil yang solusinya tidak besar. Padahal bukan, karena ini sudah terjadi setiap tahun,” tegas Dinna.

Sementara itu Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya TNI Yudo Margono memastikan kapal China sudah meninggalkan wilayah ZEE Indonesia di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau.

“Dari hasil patroli udara maritim jam 14.00 WIB dan dari komandan KRI yang telah menghalau kapal China yang ada di wilayah Indonesia. Posisi hari ini sudah di luar ZEE, di luar Natuna,” kata dia kepada awak media di Natuna, Kepri, Ahad (12/1/2020). (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *