Ikhlasnya Hati

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Dzanur Roin, M.Pd.I

Seorang Guru Agama di Surabaya

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ikhlas itu mudah di ucapkan, ikhlas itu juga gampang di ilustrasikan. Semua orang bisa dengan mudah mencontohkan ikhlas dengan perbuatan sehari-hari. Berbagai macam ragam jenis orang mengumpamakan ikhlas. Seperti kita membuang kotoran di pagi hari dan tidak mengingatnya itulah ikhlas. Ikhlas itu memberi tanpa berharap imbalan apapun dan tidak perlu mengungkit-ungkitnya kembali. Ya itulah ihlas. Kita semua boleh dan berhak menganalogikan ikhlas sesuai dengan kemampuan dan pengalaman kita sendiri-sendiri. Satu dengan yang lainnya tentu berbeda karena ikhlas itu berurusan dengan hati. Yang tahu hanya kita sendiri dan sang pencipta alam semesta ini yakni Allah swt. Sang pemilik hati setiap manusia.

Ketika anda memberikan sesuatu kepada seseorang, kemudian anda mengatakan saya ikhlas. Tidak perlu mengingatnya kembali apa yang telah anda berikan. Maka ada dua kemungkinan terhadap perbuatan yang telah anda lakukan. Pertama, Mungkin barang yang anda berikan adalah barang yang sudah tidak terpakai. Barang yang sudah nganggur, yang menumpuk dan mengganggu pemandangan juga makan tempat. Maka lebih baik di berikan ke orang lain. Kedua, barang itu jelek menurut anda yang sehingga kalau anda pakai bukan membuat bangga justru sebaliknya membauat malu. Nach, kalau barang semacam itu kita berikan ke orang lain. Maka, dengan mudah anda akan melupakan dan ndak perlu di ingat lagi. Buat apa mengingat barang macam begituan. Justru anda akan merasa terbantu ketika barang itu sudah tidak ada lagi. Karena selain anda memberi barang tersebut. Didalam sanubari anda terbesit niat dan unsur membaung barang tersebut. Bahkan niat membuang barang tersebut lebih besar daripada memberi. Katanya hati tidak bisa di bohongi, coba tanyakan hati sanubari kita masing-masing.

Kalau ikhlas itu di ibaratkan membuang kotoran di pagi hari. Sehingga kita dengan mudah melupakanya. Perumpamaaan ini bagiku sangat tidak cocok. Bahkan, cenderung menghina. Bagaimana tidak menghina. Lha barang yang kita berikan adalah barang yang kalau di biarkan akan menjadi penyakit. Barang yang tidak di pakai, barang yang tidak diperlukan, bahkan barang yang mengganggu diri kita sendiri. Ya, pantas saja kita tega membuangnya jauh-jauh. Dan tak perlu di ingat. Mengingatnya justru membuang energi dan tenaga. Kasihan otak dan pikiran kita di gunakan untuk sesuatu hal yang tidak penting.

Sesekali cobalah berikan barang yang terbaik menurut anda. Barang yang sangat berguna bagi sampeyan. Barang yang menurut anda itu kebutuhan pokok dan penting serta barang tersebut kesayangan anda. Misal pakaian kesayangan anda, yang anda sukai dan bangga ketika memakainya. Atau barang yang harganya mahal dan baru dibeli. Berikan keorang lain yang lebih membutuhkan. Ikhlaskah anda? Dengan mudahkan anda melupahkanya? Atau justru sebaliknya. Anda takut dan ragu memberikanya. Anda selalu mengingat-ingatnya. Atau bayangan barang dan baju tersebut selalu di depan mata. Anda menyesal memberikanya. Setiap saat setiap waktu bayangannya selalu mengganggu. Itulah saatnya anda dan saya belajar ikhlas. Ikhlas itu seperti dalam perlombaan panjat pinang. Kita membantu teman untuk sampai di atas sedangkan kita rela di injak-injak kepala dan tubuh kita asalkan teman kita bisa sampai di puncak dan dapat mengambil hadiahnya. Kita senang dan bangga walau bukan kita yang sampai di puncak dan kita tidak menyesal membantu justru kita senang.

Ikhlas itu seperti akar tumbuhan yang berada dalam tanah. Tidak kelihatan tapi sumbangsihnya sangat besar terhadap batang, ranting, daun dan buahnya. Akar menyerap makanan dan menyalurkanya ke batang, ranting, daun sampai ke buahnya. Ketika berbuah akar tidak mendapat puja dan puji. Sanjung puja dan puji hanya milik buah dari tanaman tersebut. Apakah akar marah kemudian menghentikan asupanya kepada batang, ranting, daun dan buahnya. Tidak. akar akan terus memberikan yang terbaik yang di milikinya.

Belajar ikhlas itu perlu latihan. Latihanya bukan sekali, dua kali atau tiga kali. Latihanya berkali-kali dan tiap hari. Lakukanlah kebaikan walau anda tidak ikhlas. Ikhlas itu bukan urasan anda apalagi hanya sekedar ucapan sinis dari orang lain. ikhlas itu urusan tuhan yang maha esa. Kalau anda memperdulikan orang lain maka selamanya anda tidak akan melakukan kebaiakan. Lakukanlah terus menerus, ikhlas dan tidak ikhlas itu bukan wilayah anda. Ingat syetan itu sangat halus bisikanya. Saking halusnya sampai bisikanya nyaris tidak terdengar oleh siapapun. Termasuk hati nurani kita. Ikhlas itu perlu di latih, ketika kita sering latihan memberi lama-kelamaan itu akan menjadi kebiasaan dan terkadang di situlah letak keikhlasan itu berada dan bersemayam.

Pernah suatu ketika saya sehabis acara pengajian, saya dapat berkat. Tidak banyak sich tapi cukup menyenangkan hati dan tentunya bisa mengisi perut. Dalam perjalanan pulang waktu dhuhur tiba. Saya mampir ke masjid. Kebetulan juga saya kebelet pipis. Saya buru-buru masuk toilet. Berkat alias jajan yang saya dapat dari pengajian tadi saya taruh di tempat wudhu. Ketika keluar dari toliet berkatnya masih ada. Dalam pikiran saya, berkat itu saya taruh situ saja. Kalau rezekiku tak akan kemana. Saya ambil wudhu terus mengikuti sholat dhuhur berjamaah. Setelah mengikuti sholat dhuhur berjamaah saya berdzikir dan berdoa serta saya sempurnakan dengan sholat sunnah bakdiyah dhuhur dua rakaat. Saya keluar dari masjid menuju tempat wudhu utuk mengambil berkat tadi sebagai ole-ole dan buah tangan buat anakku nanti. Betapa terkejutnya saat itu berkatku hilang. Entah siapa yang ngambil. Dalam hati dan perasaanku kok nyesel banget tak taruh situ. Padahal tadi saya sudah bilang dalam hati yang paling terdalam. Kalau rezeki tak akan kemana. Di situlah kita belajar ikhlas.

Meminjam istilahnya anak muda sekarang sebagaimana yang di gaungkan Dilan bahwa rindu itu berat. Maka saya katakan bahwa yang berat itu ikhlas bukan rindu. Dilan belum pernah merasakan kehilangan. Ikhlas itu mudah di ucapkan, gampang di contohkan tapi sulit di lakukan. Karena amalanya butuh banyak latihan dan pembiasaan. (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *