Wabah Coronavirus, AS dan Prancis Evakuasi Warganya dari Wuhan

Foto: AFP
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Wuhan, hajinews.id-Sabtu kemarin (25/1) seharusnya hari libur nasional perayaan Imlek. Namun, Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak bisa menunda rapat khusus dengan politbiro untuk membahas mewabahnya coronavirus.

Sebab, usaha untuk membatasi persebaran virus bernama lengkap 2019-novel coronavirus (2019-nCoV) belum berhasil.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Virus yang kali pertama muncul di Wuhan, Hubei, itu terus memakan korban. Saat ini lebih dari 1.372 orang positif tertular dan 41 lainnya tewas. ”Ini situasi serius. Virus itu meningkatkan kecepatannya (untuk menyebar, Red),” ujar Xi seperti dikutip The Guardian.

Dia menegaskan, stok pangan di daerah-daerah yang diisolasi tidak akan kekurangan. Harganya pun tak bakal naik. Para pakar penyakit juga dikerahkan untuk menangani situasi.

Saat ini ada 17 kota yang jalur transportasinya diputus. Wuhan diisolasi penuh. Tidak boleh ada yang keluar masuk, kecuali kendaraan yang mengirim suplai barang dan rombongan dokter. Sebanyak 30 provinsi, kota, dan daerah otonomi khusus di Tiongkok kini meningkatkan kewaspadaan kesehatan hingga ke level tertinggi. Di Beijing, layanan bus antarprovinsi yang masuk kota tersebut dihentikan.

Korban tewas akibat 2019-nCoV bukan hanya rakyat biasa. Dokter Liang Wudong dari Hubei Xinhua Hospital juga ikut tertular.

Kemarin pagi dia meninggal. Beberapa jam kemudian, dokter Jiang Jijun meninggal karena serangan jantung. Belum diketahui apakah Jiang juga terinfeksi korona. Dua dokter tersebut termasuk di garda depan penanganan pasien yang tertular virus di Wuhan.

Foto: AP

Sejauh ini, mayoritas korban tewas berusia di atas 60 tahun. Tidak ada pasien usia kurang dari 30 tahun yang meninggal dunia. Pasien termuda di Tiongkok adalah balita perempuan berusia 2 tahun.

Pemerintah pusat mengirim 1.200 personel medis tambahan ke Wuhan. Itu belum termasuk para pakar dan 450 petugas medis dari militer. CCTV mengungkapkan bahwa pemerintah akan mengirimkan 3 juta masker, 114 ribu baju pelindung, dan 110 ribu pasang sarung tangan ke Wuhan.

Sebanyak 24 rumah sakit umum di Wuhan dan sekitarnya akan dialihfungsikan untuk khusus menangani pasien 2019-nCoV. Mereka akan menambah kasur. Jumlahnya diperkirakan mencapai 6 ribuan pada akhir bulan nanti.

Tiongkok tahu wabah itu tidak akan hilang dalam satu atau dua pekan. Mereka akhirnya memutuskan untuk membangun lagi satu rumah sakit baru. Total dua rumah sakit yang dibangun. Yang pertama bakal selesai awal Februari dan kedua pada pertengahan bulan.

Rumah sakit di Wuhan memang sudah kewalahan menangani pasien yang terus bertambah. Wuhan Red Cross Hospital, misalnya. Pasien sampai membawa kursi sendiri. ”Setidaknya harus menunggu 5 jam untuk bertemu dokter,” ujar salah seorang pasien kepada Agence France-Presse. Situasi itu membuat pasien kian frustrasi.

Seseorang mengunggah video di Weibo yang berisi situasi di rumah sakit tersebut. Dalam video tampak tiga jenazah digeletakkan begitu saja di selasar rumah sakit. Di kanan kirinya, para pasien duduk menunggu giliran diperiksa.

Dokter dan perawat tampak lalu lalang melewati tiga jenazah itu. Video tersebut diperkirakan diambil pada 23 atau 24 Januari lalu. Meski video sudah dihapus di Weibo, salinannya sudah menyebar. Salah satunya diunggah di Al Jazeera. Video tersebut menunjukkan betapa daruratnya situasi di Wuhan saat ini.

Penularan yang kian tidak terkendali membuat banyak pihak panik. Kemarin Hongkong mendeklarasikan status darurat untuk penanganan 2019-nCoV. Kota bekas koloni Inggris itu tak mau tragedi kelam severe acute respiratory syndrome (SARS) pada 2002–2003 terulang.

Peningkatan status itu dibuat setelah ada tiga orang lagi yang positif tertular corona. Total lima pasien kini dirawat di Hongkong. ”Kita harus tetap bersatu agar bisa mencegah dan mengontrol penyakit tersebut,” ujar Chief Executive Hongkong Carrie Lam.

Tiga pasien baru itu datang dari Tiongkok dengan menggunakan kereta ekspres yang menghubungkan wilayah pusat dan Hongkong. Mereka adalah penduduk Wuhan dan berusia 60-an tahun. Ketiga pasien itu tidak punya riwayat penyakit sebelumnya. Juga, tidak pernah berkunjung ke pasar ikan Wuhan yang menjadi pusat persebaran virus.

Dengan status baru tersebut, semua orang dari pulau utama Tiongkok yang datang ke Hongkong harus menandatangani form deklarasi kesehatan. Pemerintah Hongkong juga membatalkan acara makan malam Imlek dan lomba lari maraton bulan depan. Libur di sekolah-sekolah dan universitas diperpanjang hingga 17 Februari.

Ahli mikrobiologi di University of Hong Kong Ho Pak Leung menegaskan bahwa satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah persebaran adalah menutup perbatasan dengan Tiongkok. Transportasi hanya dibuka jika wabah sudah bisa dikontrol. Deklarasi kesehatan tidak ada gunanya karena pasien bisa saja berbohong.

Di bagian lain, Prancis dan Amerika Serikat (AS) berusaha mengeluarkan penduduknya dari Wuhan. Pemerintah Prancis berencana mengevakuasi warganya dengan bus ke Changsha, Provinsi Hunan. Belum diketahui kapan proses evakuasi akan dilakukan.

AS bahkan memilih cara yang lebih ekstrem. Yakni, menyediakan pesawat sewaan untuk membawa pulang seluruh diplomat dan penduduk mereka di Wuhan. Rencananya, pesawat diisi 230 orang dan meninggalkan Wuhan hari ini.

Pemerintah AS sudah melakukan negosiasi dengan Kementerian Luar Negeri Tiongkok untuk proses evakuasi tersebut. Kantor Konsulat AS di Wuhan juga akan ditutup sementara. Gerai makanan dan minuman seperti Starbucks, KFC, Pizza Hut, dan McDonald’s juga mengumumkan menutup sementara layanan di Provinsi Hubei.

Coronavirus saat ini sudah terdeteksi di sebelas negara lain di luar Tiongkok. Yaitu, Prancis, Jepang, Singapura, Vietnam, AS, Korsel, Australia, Malaysia, Nepal, Thailand, dan Taiwan. Komisioner Kesehatan Eropa Stella Kyriakides akan menggelar rapat dengan para petinggi Uni Eropa (UE) untuk membahas penularan virus tersebut besok (27/1).

Negatif Korona di Indonesia

Hasil pemeriksaan terhadap empat orang yang dicurigai terserang coronavirus telah diketahui. Seluruhnya menunjukkan negatif. Setelah seorang WNI di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta dan seorang warga negara Meksiko di RSUP Sanglah Denpasar, Bali, dua pasien yang juga dirawat di Bali dinyatakan tidak terpapar  korona. Indonesia untuk sementara bebas dari virus bernama lengkap 2019-novel coronavirus (2019-nCoV) tersebut.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menjelaskan, dua orang tersebut diketahui merupakan warga negara Tiongkok. ”Kondisi fisik sudah baik. Tidak panas lagi dan sudah diizinkan pulang,” kata dia kemarin.

Meski dinyatakan negatif, terang Yurianto, seluruhnya tidak mau pulang. Tujuannya ialah mendapat pemantauan lebih lanjut.

Sebagaimana diketahui, tiga warga negara asing (WNA) yang sedang berkunjung ke Bali dilarikan ke RSUP Sanglah karena demam. Seorang warga negara Meksiko sebelumnya diketahui pergi ke Tiongkok. Sedangkan dua lainnya yang merupakan anak-anak memang asal Tiongkok. Sementara itu, WNI berjenis kelamin perempuan yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso menderita demam sepulang dari Tiongkok.

Meski untuk sementara bebas virus korona, Kemenkes menyatakan bahwa tenaga medis dan RS siap jika ada yang terinfeksi virus tersebut. Setidaknya seratus RS disiapkan. Salah satunya RSPI Sulianti Saroso.

Direktur Medik dan Perawatan RSPI Sulianti Saroso dr Diany Kusumawardhani SpA menerangkan, salah satu kesiapan itu adalah memiliki kelompok kerja (pokja) untuk infeksi khusus. ”Jadi, kalau setiap kali ada kasus infeksi apa pun juga, pokja ini akan bekerja,” ungkapnya.

Sementara itu, anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (Pamki) Pusat Prof dr Amin Soebandrio SpMK(K) menyatakan, sejauh ini terdapat enam jenis HCoV, yaitu HCoV-229E, HCoV-OC43, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, severe acute respiratory syndrome corona virus (SARS-CoV), dan Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Dua virus terakhir dapat mengakibatkan infeksi paru berat sampai kematian.

Amin menjelaskan, saat ini belum ada vaksin maupun pengobatan khusus untuk penyakit yang disebabkan virus 2019-nCoV. Namun, banyak gejala klinis yang dapat diobati. Pengobatannya dilakukan berdasar kondisi klinis pasien.

Ketua Pokja Infeksi Emerging RSPI dr Pompini Agustina SpP mengatakan, virus korona pada umumnya akan menjadi berat pada orang dengan kelompok berisiko. ”Contohnya pada usia lanjut atau kelompok yang memiliki penyakit penyerta sebelumnya. Seperti penyakit kencing manis atau diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru kronis,” terangnya. (wh/jawapos)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *