Anak Nelayan Jadi Lulusan Terbaik UIN Walisongo

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Semarang, hajinews.id,- Seorang  gadis pesisir yang berasal dari Kota Garam Rembang memeroleh predikat lulusan terbaik.

Ia bernama lengkap Tri Rahayu, anak pertama dari pasangan Bapak Suyoto dan Ibu Sunti Muti’ah yang berasal dari keluarga sederhana, telah dinyatakan sebagai lulusan terbaik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang dengan IPK 3.91. Tri Rahayu dilepas dalam acara wisida ke 77 di Hotel Gracia Semarang, Senin (27/1/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Orang tua Tri Rahayu sehari-hari bekerja sebagai nelayan kecil di sebuah pantai dekat alun-alun Kota Rembang. Mendengar kabar bahwa putri yang sejak Semester 3 sering bolak-balik masuk rumah dakit menjadi lulusan terbaik, membuat hati kedua orang tuanya sangat bahagia dan bangga.

“Tentu kami sangat bangga. Ini anugerah dari Allah yang sangat luar biasa bagi kami,” kata Suyoto saat dihubungi Baladena.ID.

Sementara itu, Tri Rahayu mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, dosen, dan guru-gurunya, tidak terkecuali keluarga besar Monash institute yang selalu mendukungnya.

“Banyak pihak yang mengantarkan saya bisa mencapai predikat ini. Selain doa dan support kedua orang tua yang tak pernah putus, lingkungan tempat saya tinggal juga memiliki pengaruh yang cukup besar. Rumah Perkaderan Monash Institute Semarang memberikan teman dan lingkungan yang terus mendukung dan mengajak saya dan semua disciples, sebutan bagi para santri, untuk berpikir besar dan bertindak dari hal kecil,” kata perempuan berkaca mata ini.

Tri yang merupakan alumnus SMA N 2 Rembang itu mengatakan, tanpa jamaah, tidak ada kesuksesan besar dan tidak akan pernah muncul peradaban yang membanggakan.

“Kekuatan jama’ah membuat saya kuat, meski sakit hampir mematahkan harapan saya,” tutur gadis berkulit coklat saat sambutan dalam acara pelepasan tersebut.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Monash Institute Mokhamad Abdul Aziz, M. Sos mengamini pernyataan yang disampaikan oleh Tri Rahayu itu. Menurutnya, tempaan dan binaan serta kedisiplinan tinggi yang diterapkan di MI, benar-benar melekat dalam perilaku keseharian Tri Rahayu.

“Ia pernah menjabat sebagai wakil presiden di Monash Institute. Mbak Tri ini punya karakter yang sangat kuat dan bisa dibilang keras kepala untuk belajar dan segala hal yang ia inginkan, sekalipun dalam keadaan sakit. Kami merasa bangga sekaligus haru, mengingat perjalanannya yang luar biasa,” ungkap mahasiswa doktoral yang juga berasal dari Rembang itu.

Untuk diketahui, Tri tidak hanya aktif dalam keorganisasian ‘pondok’, tetapi, ia juga sempat menjadi Sekretaris Umum HMI Komisariat FITK dan Sekretaris Umum HMI Korkom Walisongo Semarang.

KOHATI yang pernah didiagnosa menderita epilepsi itupun tak henti-hentinya mengucapkan kata syukur. Ia juga mengutip pernyataan Pengasuh sekaligus Guru Utama Monash Institute Dr. Mohammad Nasih, “Kita tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan. Tetapi, Allah senantiasa memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi apa saja yang kita inginkan.”

Ia berharap kepada generasi muda, meski lahir dari keluarga kurang mampu, mereka harus yakin dan berjuang untuk mendapatkan kesuksesan.

“Kuncinya harus yakin. Lalu usahakan dengan illmu dan amal. Insyaa’a Allah akan sampai,” kata Tri yang sekarang sudah terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana UIN Walisongo Semarang itu.

Gadis yang sekarang menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah di SMP Alam Nurul Furqon (Planet NUFO) Rembang, menutup sambutannya dengan do’a untuk semua mahasiswa/i yang diwisuda pada hari tersebut.

“Semoga di manapun kita berada, sebagai mahasiswa lulusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, kita tetap dan selalu memiliki ruh pendidik dan kecintaan pada dunia pendidikan,” pungkasnya. (fur/Baladena).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *