Pelajaran dari Wuhan, Yuk Stop Konsumsi Daging Hewan Liar

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id-Novel coronavirus yang saat ini menjadi momok menakutkan dunia, dipercaya berasal dari hewan liar. Semula, virus mematikan ini diduga berasal dari ular. Dugaan ini diungkapkan Journal of Medical Virology.

Namun, dugaan ini ditampik oleh peneliti dari Pasteur Institute of Shanghai, Tiongkok. Alih-alih berasal dari ular, mereka meyakini novel coronavirus muncul akibat mengonsumsi daging hewan liar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Padahal, Tiongkok bukanlah satu-satunya negara yang memelihara kebiasaan mengonsumsi daging hewan liar. Banyak negara di berbagai belahan dunia pun menerapkan hal yang sama, tidak terkecuali Indonesia.

Padahal, konsumsi daging hewan liar tidak hanya mendukung penyebaran wabah virus corona, tapi juga penyakit lainnya.

Pasar Huanan yang disinyalir menjadi tempat awal munculnya novel coronavirus belakangan diketahui tak hanya menjual makanan laut, tapi juga 112 jenis hewan liar. Jenis hewan yang dijual mulai dari tikus, ular, dan kelelawar, hingga yang lebih tak biasa lagi seperti landak dan burung merak.

Pasar terbesar di Kota Huanan ini juga menyediakan makanan yang diolah dari daging hewan liar tersebut. Salah satu menu hewan liar favorit para pengunjung adalah sup kelelawar, dan hidangan ini disebut-sebut menjadi awal mula penyebaram novel coronavirus.

Sejak merebaknya wabah novel coronavirus, banyak pedagang di sana telah menutup keterangan menjual hewan-hewan liar pada toko mereka. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan minat masyarakat yang sudah terbiasa mengonsumsi daging hewan liar.

Kebiasaan mengonsumsi daging hewan liar memang telah melekat di berbagai negara, begitu pun dengan beberapa wilayah di Indonesia. Padahal, minimnya kebersihan membuat pasar hewan liar menjadi tempat potensial untuk penyebaran berbagai jenis penyakit, termasuk infeksi novel coronavirus.

Zhenzhong Si, peneliti asal Tiongkok di University of Waterloo, Kanada, mengungkapkan beberapa alasan mengapa pasar hewan liar tumbuh subur di negara asalnya. Menurutnya, berikut sederet faktor yang berperan penting:

 1. Dianggap sebagai Makanan Lezat dan Ciri Khas Wilayah

Bagi kelompok masyarakat tertentu, daging hewan liar dianggap sebagai makanan yang lezat dan merupakan ciri khas wilayah mereka. Daging hewan liar juga dinilai lebih bernutrisi dibandingkan hewan ternak, sebab hewan liar hidup secara alami tanpa campur tangan manusia.

Sayangnya, lingkungan hidup hewan liar yang alami tersebut mungkin turut mendukung munculnya novel coronavirus. Pasar hewan liar juga merupakan tempat berkumpulnya berbagai virus sehingga ada kemungkinan bagi coronavirus biasa untuk bermutasi menjadi berbahaya.

 2. Menjadi Simbol Kekayaan

Si juga mengatakan, daging hewan liar sering kali dilihat sebagai simbol kekayaan. Pasalnya, daging hewan liar dijual dengan harga yang mahal dan lebih sulit didapatkan. Namun, ia tidak menyebutkan berapa harga yang dipatok para pedagang di pasar tersebut.

 3. Menjadi Bagian dari Pengobatan Tradisional

Konsumsi daging hewan liar masih sering diterapkan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Tidak sedikit yang meyakini bahwa daging hewan liar dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit.

 4. Rasa Penasaran Wisatawan

Satu lagi faktor yang mendukung pertumbuhan pasar hewan liar adalah para wisatawan yang penasaran. Tidak bisa dipungkiri, keberadaan pasar hewan liar turut menjadi daya tarik bagi wisatawan. Padahal, jika mereka terjangkit novel coronavirus di pasar hewan liar, risiko penyebaran ke tempat asal mereka akan semakin besar.

Pandangan terkait keberadaan pasar hewan liar masih sulit diubah sekalipun zaman telah berkembang pesat. Tanpa kebijakan yang ketat, pasar hewan liar masih akan tetap bertahan dan meningkatkan risiko penularan sejumlah penyakit, tidak terkecuali novel coronavirus.

Novel coronavirus yang diduga berasal dari pasar hewan liar di Wuhan memiliki kemiripan dengan virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit SARS sempat mewabah pada tahun 2003 dan menyebar ke lebih dari 20 negara.

Seperti coronavirus lainnya, virus SARS diduga menyebar dari hewan ke manusia. Virus ini awalnya menginfeksi kelelawar, lalu menular antarspesies ke musang dan akhirnya menginfeksi manusia di provinsi Guangdong, Tiongkok bagian selatan.

Para ilmuwan yang meneliti novel coronavirus dari Tiongkok meyakini bahwa virus ini juga menginfeksi hewan liar yang sama. Meski analisis genetik menunjukkan kaitan dengan ular, virus yang dinamai 2019-CoV ini lebih berkemungkinan menjangkiti mamalia seperti tikus dan kelelawar.

Sekitar 70 persen dari seluruh penyakit infeksi yang baru muncul berasal dari hewan liar. Risiko penyebaran patogen (bibit penyakit) pun bertambah besar karena habitat alami hewan-hewan tersebut terganggu oleh kegiatan manusia.

Selain itu, ribuan patogen dari berbagai jenis hewan saling bercampur di pasar hewan liar. Kondisi ini membuka kesempatan bagi virus, bakteri, dan parasit untuk bermutasi menjadi patogen yang jauh lebih berbahaya dan belum ditemukan vaksinnya.

Patogen yang tadinya menjangkiti hewan bisa saja berpindah ke manusia. Para ilmuwan menduga bahwa novel coronavirus menyebar dengan cara yang sama, yakni ketika manusia mengonsumsi daging hewan liar. Virus yang tadinya menjangkiti hewan liar pun berpindah ke manusia.

Ingat, selain Tiongkok, beberapa negara di Asia Tenggara pun belum terlepas dari risiko penularan novel coronavirus karena memiliki pasar hewan liar. Salah satu pasar hewan liar yang terdapat di Indonesia ada di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Di pasar ini, Anda dapat memperoleh daging kelelawar, tikus, ular, dan hewan lainnya yang tidak bisa didapatkan di pasar biasa. Daging berbagai hewan liar tersebut dijual dengan rentang harga yang beragam.

Meski belum sepenuhnya dipastikan berasal dari pasar hewan liar, wilayah yang memiliki pasar seperti ini lebih berisiko terjangkit novel coronavirus atau bahkan patogen lain yang lebih berbahaya.

Hingga saat ini, tidak ada laporan yang menyatakan bahwa pasar hewan liar di Indonesia menjadi tempat berkembangnya novel coronavirus. Namun, masyarakat disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan liar untuk mengurangi risiko terinfeksi. (wh/hellosehat)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *