Sensitifnya Ekonomi Indonesia terhadap China

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Perekonomian Indonesia sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi China. Kondisi itulah yang membuat ekonomi Indonesia rawan tekanan di tengah wabah virus corona di China. Jika China mengalami pertumbuhan 1 persen, maka ekonomi Indonesia bisa tumbuh 0,3 persen. Sebab, sekitar 15 persen perdagangan Indonesia dilakukan dengan China.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin, Rosan Perkasa Roeslani dalam Business Gathering dan Economy Outlook 2020 di Jakarta, Jumat (7/2/2020). “Selanjutnya dengan AS 12 persen. Jadi efeknya ketika kedua negara itu turun diperkirkan akan alami hambatan buat kita,” ujar Rosan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Karena itu, Kadin menilai, wabah virus corona ini perlu menjadi perhatian tersendiri. Sebab, dapat membuat ekonomi China anjlok satu sampai 1,5 persen pada tahun ini. Padahal, ekonomi China pada tahun ini diperkirakan masih bisa tumbuh di kisaran 6 persen. Namun, wabah Virus Corona mampu memangkas pertumbuhan ekonomi China tinggal 4,5 persen.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B. Sukamdani melihat dampak penyebaran virus corona sudah terasa kepada para pelaku usaha dalam negeri. Terutama sangat berdampak terhadap industri pariwisata dan perdagangan. “Tidak mudah terus terang, kemarin kami buat kondisi optimistis, setelah Imlek ada virus corona membuat kami kelimpungan,” kata Hariyadi dalam kesempatan yang sama.

Keputusan pemerintah untuk menghentikan rute penerbangan dari dan ke China sementara juga telah membuat ribuan penerbangan batal. “Kegiatan ekspor-impor juga jadi terganggu, ekspor ikan hidup juga semua terganggu,” tegas Sukamdani.

Sebelumnya, ekonom senior Mari Elka Pangestu menyebutkan mewabahnya virus corona berpotensi menurunkan perekonomian China sehingga akan berimbas pada perekonomian Indonesia. “Kita lihat dari hitung-hitungannya kalau perekonomian China turun 1 persen maka perekonomian Indonesia itu kenanya 0,3 persen,” ujar Mari di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia itu menjelaskan, hal tersebut dapat terjadi karena China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia, khususnya melalui permintaan batu bara dan kelapa sawit yang akan turun. “Karena masuknya dari harga dan permintaan komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit yang demand-nya besar di China,” tutur Mari.

Tak hanya itu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini menyatakan dampak virus corona terhadap penurunan ekonomi Tanah Air juga melalui sektor pariwisata yaitu menurunnya wisatawan dari China maupun negara lain.

“Misalnya satu tahun dampaknya maka ada dua juta wisatawan dari China yang tidak datang dengan spending rata-rata 1.000 dolar AS per orang yang artinya itu 2 miliar dolar AS yang tidak masuk ke devisa kita,” urai Mari.

Di sisi lain, Mari menuturkan pemerintah masih harus terus memantau perkembangan dari penyebaran virus corona yang akan memberikan dampak untuk perekonomian Indonesia maupun global. “Kalau dampak ekonomi mungkin kita harus melihat apa yang akan terjadi karena masih banyak yang tidak diketahui atau yang tidak pasti,” tegas dia.

Menurut Mari, pemerintah juga perlu berkaca dari kasus wabah SARS pada 2003 yang mampu mempengaruhi perekonomian China serta negara lain seperti Hong Kong.

Lebih lanjut Mari menjelaskan kasus SARS saat itu berlangsung selama delapan bulan dengan menelan korban jiwa sebanyak 800 orang serta mencetak 8 ribu kasus yang 80 persennya terjadi di China dan Hong Kong. “Itu menyebabkan ekonomi China turun di sekitar kuartal pertama 2 persen selanjutnya 1 persen. Rata-rata turunnya 1 persen. Tapi waktu itu China ekonominya dari 11 persen jadi 10 persen,” ungkapnya. (rah/ berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *