Singapura Hadapi Resesi, Sri Mulyani Jadikan Barometer Ekonomi RI

Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Foto: hipwee)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Di tengah mewabahnya epidemi virus corona (COVID-19) yang berasal dari China, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadikan Singapura sebagai barometer untuk pemerintah dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi.

Mewabahnya virus corona telah mengganggu mata rantai ekonomi dunia, selain  sudah menjangkiti 72.300 ribu orang lebih dan menewaskan 1.867 orang. Wabah virus ini membuat banyak orang di China enggan keluar rumah dan tidak bekerja.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, mengalami guncangan ekonomi dan akan berdampak pada negara-negara mitra dangangnya selama ini. Salah satunya Singapura, yang diprediksi akan jatuh ke jurang resesi. Kemungkinan ini sangat besar, mengingat negeri Singa itu, memiliki korban corona terbesar kedua setelah China.

Sejauh ini pemerintah Singapura mengonfirmasi 77 kasus infeksi corona di negeri tersebut, sebagaimana ditulis gisanddata by Johns Hopkins per Selasa (18/2/2020) pukul 6:00 pagi. Kemungkinan resesi juga sempat terucap dari pemimpin negeri tersebut.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi. Sebab dampak virus corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.

“Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus corona) sangat intensif.  Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul,” ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.

Adapun Kementerian Perdagangan Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, ekonomi Negeri Singa ada di kisaran 0,5%-2,5%.

“Besok (hari ini) Singapura akan mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka untuk tahun 2020-2021 dan mereka telah merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya kisaran 0,2% sampai 0,5% atau titik temunya pada 0%,” kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Economic and Investment Outlook 2020 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (17/2/2020).

“Ini akan kami jadikan barometer kepada kita untuk melihat apa yang akan terjadi,” kata Sri Mulyani melanjutkan.

Sejumlah ekonom pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2019 hanya tumbuh pada kisaran 4,3% sampai 4,9%. Bahkan sampai akhir tahun 2019 pun, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh di bawah 5%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan melihat epidemi virus Corona yang masih menyerang dunia, diperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya berada pada kisaran 4,6% sampai 4,9% pada kuartal I-2019.

“Kemungkinan full year juga akan di bawah 5%. Karena epidemi ini belum tuntas, dan kita sudah kehilangan momen di satu semester ini,” kata David kepada CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020).

Pasalnya, lanjut David mewabahnya epidemi virus corona ini juga diperkirakan baru akan tuntas pada pertengahan tahun mendatang.

Dengan mewabahnya virus Corona ini, tentu saja membuat arus perdagangan dan arus perpindahan orang menjadi terganggu. Oleh karena itu sektor manufaktur dan pariwisata Indonesia menjadi terkontraksi.

“Dampaknya sudah mulai dirasakan di beberapa sektor, seperti tourism, pengiriman barang. Beberapa sektor mengurangi produksi, karena kekhawatiran bahan baku. Sampai saat ini jg masih terkendala, karena mengirimkan barang dari China aja udh sulit,” jelas David.

Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira memperkirakan Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 4,3% sampai 4,6% pada Kuartal-I 2020. Perlambatan ekonomi tersebut lanjut dia, dipengaruhi wabah virus corona yang menghambat motor ekspor, investasi dan konsumsi domestik.

“Investasi dalam negeri masih wait and see menunggu pembahasan omnibus law perpajakan dan cipta kerja di parlemen. Semntara dari sektor lapangan usaha, industri manufaktur terus melemah ditunjukkan oleh penurunan PMI dari 49.5 menjadi 49.3 per januari 2020 dibanding desember tahun lalu,” ujarnya.

“Yang harus dilakukan pemerintah dan BI [Bank Indonesia] adalah merilis paket paket stimulus pada sektor yang terdampak corona,” kata Bhima menyarankan.

Stimulus yang dimaskud bisa brupa pemangkasan suku bunga acuan bank 25-50 bps di Kuartal I-2019, maupun insentif perpajakan pada sektor berorientasi ekspor dan pariwisata, melakukan penangguhan pembayaran bunga atau cicilan pokok debitur pariwisata pada bank bank BUMN, khususnya di Bali, Lombok dan Manado. (rah/cnbcindonesia)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *