Hikmah Siang: Beramal Cerdas di Waktu Terbatas

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id,- Orang cerdas itu memiliki dua ciri yakni yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkannya. Dalam satu hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar RA disebutkan, pernah ada seorang Anshar menghadap Rasulullah SAW.

Orang itu bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?” Beliau SAW menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Nabi SAW lalu menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR Ibnu Majah dengan derajat hasan).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kita hidup di dunia ini hanya sementara, manusia memiliki batas waktu dalam melakukan segala aktivitasnya, baik itu amal baik maupun amal buruk. Setiap yang bernafas pasti akan mati. Karna itu ajal menjadi batas waktu dalam segala aktivitas manusia. Namun manusia yang sudah tau hidupnya terbatas itu, hanya memikirkan dunia saja tanpa menyiapkan bekal untuk akhirat.

Manusia yang mengingat kematian akan memendekkan angan-angannya, lebih menyegerakan berkarya, dan gemar berbuat kebajikan. Dia menginsyafi diri bahwa setiap manusia, baik kaya atau miskin, memiliki jabatan tinggi atau rendah, pintar atau bodoh, dan fisik sempurna atau cacat, semuanya akan kembali menyatu dengan tanah. Sendiri dalam kegelapan menghadapi malaikat maut.

Allah berfirman dalam surat Al Jumu’ah (62) ayat 8, ”Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Setiap manusia yang melakukan aktivitas berpotensi kerugian. Terlebih lagi dengan waktu yang terbatas kita hidup di dunia. Lalu bagaimanakah agar Aktivatas itu menjadi Amal Sholeh? Apakah bisa Aktivitas yang biasa kita lakukan seperti makan, minum, bekerja, dan lain-lain kemudian bertransformasi menjadi amal sholeh sehingga menjadikan setiap aktivitas yang kita lakukan sehari-hari memiliki nilai pahala? Misalnya kita sedang minum, lalu bagaimana aktivitas minum itu yang gelasnya sama, volume airnya sama, isinya sama, tapi memiliki nilai ibadah atau amal sholeh.

Menurut Ustadz Adi Hidayat LC. MA Cara menjadikan Aktivitas Rutin menjadi Amal Sholeh ada dua yakni:

Pertama, Awali setiap aktivitas itu, dengan membaca doa yang ditunjukan langsung kepada Allah swt. misalkan bangun tidur mau beraktifitas berdoa, mau makan berdoa, mau minum berdoa, apabila semua aktivitas dilakukan dengan membaca doa maka semua aktivitas itu berubah menjadi amal sholeh. Lalu bagaimana jika kita tidak tau doa nya? cukup dengan menyebut nama Allah, seperti Bismillah.. setiap aktivitas terkecil sekalipun mulailah dengan membaca Bismillah, seperti saat menulis status di sosmed sertakan bismillah, mengerjakaan tugas, dan hal-hal kecil lainnya. Nah apa yang menjadi berbeda ketika melakukan aktivitas dengan menggucapkan Bismillahirohmanirrohim dengan yang tidak? misal, kita minum, dengan kita minum itu menjadi manfaat karana menghilangkan dahaga akan haus, lalu sebelumnya kita membaca bismillah. Maka minumnya menjadi penghilang rasa haus dan membaca Bismillah menjadi investasi akhirat kita. Minumnya menghilangkan rasa haus namun tak putusnya pahala akhirat.  InsyaAllah..

Bagaimana jika kita makan, kemudian membaca Bismillah tapi memakan makanan yang tidak halal? Nah ini menjadi Amal Salah namanya, bukan Amal Sholeh. Maka setiap apa yang kita kerjakan haruslah sesuai syariat Islam baik dari perbuatan, dan bentuknya.

Kedua, Shadaqoh dan Shodaqoh Jariyyah. Dalam Hadist Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam dijelaskan

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ؛ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

Pada dasarnya, kebaikan dan keimanan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya dipandang dari sholat maupun ibadah lain yang ia kerjakan, akan tetapi juga dilihat dari bentuk kasih sayang yang ia berikan kepada sesamanya. Salah satunya adalah dengan cara menginfakkan atau menafkahkan sebagian harta yang ia miliki di jalan Allah SWT. Misalnya dengan membangun masjid dan sekolah-sekolah, bersedekah bagi mereka yang membutuhkan, mewakafkan Al-Qur’an, dan bentuk kebajikan lainnya.

Bagaimanakah cara cerdasnya dengan bershodaqoh dengan jumlah yang terbatas dan dengan waktu yang terbatas namun pahalanya akan terus mengalir dan tidak dibatasi dengan kematian? salah satunya dengan Wakaf. Jika kita ingin cerdas dalam beramal kita harus pilih-pilih dalam beramal, dengan mengutamakan Shodaqoh Jariyyah. Wallahu a’lam. (Fur/dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *