Kejujuran Data Corona Dipertanyakan, Apakah Kita Bangsa Tukang Bohong?

Ahmad Yurianto, Jubir Indonesia untuk kasus Covid-19 (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Muhammad Rajesh Adam, Mahasiswa Antropologi Universitas Brawijaya Malang.*

Di Italia pemerintahnya kewalahan menghadapi penyebaran virus corona dengan begitu cepat dan masif.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hanya dalam hitungan kurang dari sepekan, jumlah kasus bertambah ribuan.

Terjadi banyak hambatan di mana-mana. Di rumah sakit, jumlah tenaga medis timpang dengan jumlah pasien, memaksa mereka bersikap selektif dalam memilih siapa yang harus didahulukan. Imbasnya, banyak pasien lansia, yang dirasa paling rentan terhadap virus corona dibiarkan mati.

Kumpulan tulisan duka cita di media-media lokal menggambarkan betapa mengerikannya wabah virus Corona di Italia. Jika di hitung total kabar duka yang diumumkan tiap harinya bisa mencapai 150 pengumuman. Tak ayal media-media lokal menyamakan halaman duka cita seperti buletin perang.

Lalu bagaimanakah kondisi Indonsia saat ini?

Di tengah pandemik virus corona, Indonesia mencatat jumlah ‘fatality rate’, atau tingkat kematian, tertinggi di dunia.

Sejak awal Maret lalu hingga laporan ini diturunkan, Indonesia telah mencatat lebih dari 790 Kasus Covid-19, Kamis (26/3), 58 meninggal dunia, atau 7% dari kasus. Memang tampaknya ada penurunan.

Namun jika kita tinjau secara Antropologis manusia Indonesia. Yang kata Muchtar Lubis karakter manusia Indonesia munafik, maka bisa jadi banyak orang meragukan data pemerintah. Hal ini karena:

Pertama, sikap pemerintah dari awal yang menutup-nutupi kasus virus corona. Namun pada akhirnya terbuka juga setelah kasus bocornya pasien corona yang melapor ke RS Hermina Depok.

Bahkan lucunya para buzzer sempat menyerang Fahira Idris dan Anies Baswedan yang membocorkan korban virus corona.

Apalagi kasus kejadian di Cianjur, meninggalnya korban corona asal Bekasi, yang di sanggah habis pemerintah, dengan mengatakan korban meninggal karena penyakit jantung, yang akhirnya diakui korban meninggal karena penyakit corona. Akibat Bekasi menjadi daerah merah dan banyak ODP dan PDP-nya.

Kalau saja pemerintah dari awal jujur mungkin tidak akan sehebat ini, penyebaran dan kasusnya. Karakter orang Indonesia kah tidak jujur?

Sementara Presiden Jokowi mengeluhkan sikap orang Indonesia yang meremehkan masalah corona. Di sisi lain kalau kita lihat pemerintahlah yang awalnya meremehkan kasus ini.

Bukankah bangsa ini memiliki sifat suka menggampangkan persoalan karena ada UUD, Ujung-ujungnya Duit?

Kedua, adalah sikap masyarakat paternalistik, yang memilki ketakutan dan menutup-nutupi penderitaan seperti sakit. Hal ini karena 2 sebab; nggak punya duit, seperti pemerintah menutupi kasus ini dari awal dan tidak mau lockdown atau yang kedua karena malu atau takut menjadi aib…(*)

*Penulis adalah mantan aktivis BEM Fakultas Ilmu Budaya, mahasiswa tingkat akhir.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *