JAKARTA, hajinews.id-Ekonom Senior Rizal Ramli berkomentar soal keputusan pemerintah yang melebarkan defisit APBN dari 3 persen menjadi 5,07 persen untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari penyebaran virus corona (COVID-19).
Rizal mengatakan, daripada menambah utang lagi yang berdampak pada nilai rupiah, pemerintah diminta untuk menyetop semua proyek infrastruktur termasuk pindah ibu kota.
“Ketimbang melakukan realokasi anggaran radikal (hentikan sementara semua proyek-proyek infrastruktur, termasuk ibu kota baru), pemerintah bermaksud menambah defisit anggaran dari 3 persen ke 5 persen GDP. Dengan cara menambah utang lagi dan/atau ‘cetak uang’ dengan bungkus recoverybond. Nilai rupiah akan semakin jatuh,” kata Rizal dalam keterangannya, Selasa (31/3).
Selain itu, langkah ini dinilai hanya menimbulkan skandal baru bagi sektor keuangan ke depannya. “Pengembalian BLBI dalam bentuk asset, ketika dipaksa jual IMF, recovery ratenya hanya 25 persen. Tanpa governance dan transparansi yang benar, R-bonds kemungkinan hanya akan jadi skandal keuangan berikutnya,” ucapnya.
Terlait rencana pemerintah yang akan menggratiskan tarif listrik bagi pelanggan golongan 450VA dan diskon 50 persen bagi pelanggan 900VA Rizal Ramli mengapresiasinya. Menurutnya, keputusan pemerintah ini akan sangat membantu golongan menengah ke bawah.
“Saya memuji pembebasan biaya listrik tiga bulan untuk 24 juta pelanggan listrik 450VA, dan diskon 50 persen untuk 7 juta pelanggan 900VA bersubsidi. Ini sangat membantu golongan menengah bawah,” kata Rizal Ramli. (wh/dtk)