Haji Batal, Ini Sejarahnya

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id,- Sampai hari ini belum jelas benar bagaimana nasib pelaksanaan ibadah haji tahun 2020, karena pihak Arab Saudi juga sedang mengatasi teror virus corona yang menyerang negaranya. Karena itu baitullah sempat dikosongkan untuk dibersihkan agar terbebas dari virus. Jamaah umroh sudah lama disetop. Saudi juga sudah minta untuk tidak menyelesaikan pembayaran kontrak haji seperti hotel, katering dan travel.

Tahun ini musim haji akan berlangsung pada bulan Juli. Namun karena penyebaran virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, banyak calon jamaah yang takut bahwa haji tahun ini mungkin harus dibatalkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setiap tahunnya, ada lebih dari dua juta orang yang melakukan ibadah haji di Makkah, dan opsi meniadakan salah satu rukun Islam ini merupakan hal yang tidak diinginkan banyak orang. Terutama jamaah yang sudah siap melengkapi pondasi keagamaannya.

Jika benar-benar dibatalkan haji tahun ini, ini bukanlah yang pertama bahwa haji batal. Dalam sejarah perhajian, haji batal sudah sering terjadi.  Yayasan Penelitian dan Arsip Raja Saudi Abdulaziz beberapa waktu lalu merilis pernyataan yang mencatat adanya pembatalan haji sebanyak 40 kali dalam sejarah. Alasan pembatalan mulai dari wabah penyakit, konflik, penjahat dan perampok, hingga karena jumlah jamaah haji sangat rendah.

Dari sejarah tersebut, yang dikutip dari The New Arab, pembatalan haji yang paling terkenal terjadi pada abad ke-10 Masehi. Terkait dengan sebuah sekte heterodoks yang berbasis di Arab Timur bernama Qaramithah atau Qarmati.

Menurut catatan sejarah, orang-orang Qarmati datang ke Kabah, membunuh 30.000 jamaah dan mencuri bongkahan hajar aswad. Akibatnya, ibadah haji dibatalkan selama sepuluh tahun setelah peristiwa tersebut.

Ini bukan serangan kekerasan pertama yang terjadi pada jamaah haji. Pada tahun 865 M, Ismail bin Yousef yang dikenal sebagai Al-Safak, memimpin pemberontakan melawan kekhalifahan Abbasiyah, membantai para jamaah yang berkumpul di Gunung Arafat dekat Makkah dan memaksa pembatalan ibadah haji.

Pada 1000 M, haji dibatalkan karena alasan yang jauh lebih sederhana. Yakni meningkatnya biaya perjalanan untuk melakukan ibadah haji.

Sedangkan pada tahun 1831, menurut Pusat Raja Abdulaziz, wabah dari India menewaskan hampir tiga perempat jemaah haji. Sementara antara tahun 1837 dan 1892, infeksi menewaskan ratusan peziarah setiap hari.

Sebelum memasuki zaman modern, infeksi sering menyebar selama haji akibat tidak adanya perawatan yang memadai untuk beberapa penyakit mematikan. Ribuan jamaah yang berkumpul di sana juga menjadi persoalan jika muncul sebuah wabah.

Kini, walaupun sudah memasuki zaman modern, pandemi corona (COVID-19) kemungkinan besar akan mengganggu perhelatan ibadah haji tahun ini. Berdasarkan Worldometer, saat ini Saudi mencatat ada 1.563 kasus positif corona. Pasien meninggal secara akumulatif sebanyak 10 orang dan pasien sembuh 165 orang.

Sementara itu, dalam wawancaranya terbarunya, pemerintah Arab Saudi meminta umat Muslim di seluruh dunia untuk menunggu waktu yang tepat dalam merencanakan ibadah haji. Meski mengaku siap menyelenggarakannya, otoritas setempat menghimbau masyarakat untuk menunda haji.

“Arab Saudi sepenuhnya siap untuk melayani peziarah,” kata Menteri Haji Saudi Mohammad Benten kepada televisi Al-Ekhbariya yang dikelola pemerintah, sebagaimana ditulis AFP.

“Tetapi dalam keadaan saat ini, ketika kita berbicara tentang pandemi global … kerajaan lebih tertarik untuk melindungi kesehatan umat Islam dan warga negara.”

“Karena itu kami telah meminta saudara lelaki kami Muslim di semua negara untuk menunggu terlebih dahulu melakukannya (haji), sampai situasinya jelas.” Demikianlah, semoga saja kabar baik segera datang. (fur).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *