21 Juta Pengguna Ponsel di China Lenyap, Ada Hubungannnya dengan Corona?

Foto: Getty Images
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



BEIJING, hajinews.id-Surat kabar penentang Partai Komunis China, The Epoch Times melaporkan, pengguna ponsel di Negara itu mendadak hilang selama beberapa bulan terakhir.

The Epoch mencurigai, angka itu terkait dengan kematian akibat wabah corona di China yang baru saja mereda. Angka itu juga menjadi indikasi bahwa jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di negara itu jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Angka penurunan jumlah pengguna ponsel itu mereka peroleh dari Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) China di setiap provinsi dari Februari hingga 19 Maret 2020. Jumlah pengguna ponsel berkurang dari 1,601 miliar menjadi 1,58 miliar atau turun 21 juta.

“Rezim China mengharuskan semua orang China untuk menggunakan ponsel mereka guna menghasilkan kode kesehatan. Hanya dengan kode kesehatan hijau orang China diizinkan pindah di China sekarang. Tidak mungkin bagi seseorang untuk meng-cancel ponselnya,” kata Tang Jingyuan, seorang komentator urusan China yang berbasis di Amerika Serikat, kepada The Epoch Times pada 21 Maret.

Menurut The Epoch Times, pemerintah China pertama kali meluncurkan kode kesehatan berbasis ponsel pada 10 Maret. Semua orang di negara itu diharuskan memasang aplikasi ponsel dan mendaftarkan informasi kesehatan pribadi mereka.

Kemudian aplikasi menghasilkan kode QR, yang muncul dalam tiga warna untuk mengklasifikasikan tingkat kesehatan pengguna. Merah berarti orang itu memiliki penyakit menular, kuning berarti orang itu mungkin punya penyakit menular, dan hijau berarti orang itu tidak memiliki penyakit menular.

Pemerintah China telah mengatakan bahwa kode kesehatan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus corona baru.

Menurut laporan surat kabar tersebut, pertanyaan besarnya adalah apakah penurunan dramatis pada akun pengguna ponsel mencerminkan penutupan akun mereka yang telah meninggal karena virus corona atau bukan.

“Saat ini, kami tidak tahu detail data. Jika hanya 10 persen dari akun ponsel ditutup karena para pengguna meninggal karena virus, korban jiwa akan menjadi 2 juta,” kata Tang kepada The Epoch Times.

Pada 25 Maret, Direktur Administrasi Informasi dan Komunikasi Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi, Han Xia, seperti dikutip China News Network, mengatakan bekurangnya akun ponsel sebagian disebabkan oleh bisnis yang ditutup pada Februari sesuai dengan kebijakan karantina pemerintah.

Xia menambahkan bahwa penurunan jumlah pengguna tersebut juga dapat dijelaskan oleh fakta bahwa sejak perusahaan telekomunikasi menutup toko fisik mereka selama lockdown nasional, di mana orang tidak dapat membuka akun baru.

Namun, The Epoch Times menyatakan; “Korban tewas yang dilaporkan di China tidak sejalan dengan apa yang dapat ditentukan tentang situasi di sana.”

Media itu lantas membandingkan angka kematian akibat COVID-19 di Italia dan China.

Pada hari Senin lalu, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian di Italia berjumlah 10.781 dari 97.689 kasus yang dikonfirmasi, dan di China 3.310 kematian dari total 82.447 kasus yang dikonfirmasi. (wh/we)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *