Makar Allah

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

Salah satu sifat yang Allah berikan kepada diri-Nya sendiri adalah-makar. Yang dimaksud-dengan sifat makar ialah pembalasan Allah-kepada orang-orang yang melakukan makar atau keburukan kepada-para kekasih dan para Rasul-Nya. Perbuatan makar mereka yg-jahat itu pasti dibalas dengan makar-Nya-yang-baik.
.
OIeh karena itu,makar dari mereka adalah-sejahat-jahat makar, sedangkan makar Allah-adalah sebaik-baik makar. Sebab, makar Allah berupa keadilan dan-pembalasan yang setimpal. Begitu pula, tujuan tipu daya dari Allah-adalah untuk membalas tipu daya musuh-musuh-Nya terhadap para-Rasul dan kekasih-Nya, sehingga tidak ada yang lebih baik daripada-tipu daya dan makar Allah tersebut
.
Siapa saja yang merenungi penjelasan ini akan mengetahui dengan jelas bahwa penafsiran demikian-adalah tepat dan shahih, bukan takwil atau penyimpangan penafsiran, sebagaimana anggapan-sebagian orang.
.
l. Makar Allah tidak mungkin salah
.
Adapun masalah seseorang yang melakukanamalan calon-penghuni Surga hingga jarak antara dirinya dan Surga tinggal sehasta,tetapi takdir Allah menetapkan lain (yaitu orang itu masuk Neraka);maka perlu dipahami bahwa keshalihan amal perbuatannya itu-hanya sebatas yang tampak di mata-manusia alias tidak ikhlas, padahal hakikatnya-tidak demikian yaitu riya,ujub,sombong. Sebab, seandainya perbuatannya itu benar-benar-merupakan amal shalih yang diterima-Nya dan dapat mengantarkan-ke Surga, serta termasuk amal yalgdicintai dan diridhai-Nya, niscaya-Allah tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja
.
Sekilas, penjelasan tersebut mungkin dirasa rancu apabila me-rujuk kepada penggalan sabda Nabi-terkait masalah ini: “hingga jarak antara dia dan Surga hanya sedekat satu hasta”
.
Hadits Nabi:
“Sesungguhnya seseorang di antara kamu benar-benar mengerjakan-amal perbuatan (calon) penghuni Surga hingga iarak anta;ra dia dan-Surga hanya sejauh satu hasta; namun catatan takdir mendahuluinya,lalu orang itu melakukan amal perbuatan (calon) penghuni Neraka,hingga akhirnya dia masuk Neraka.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3208) dan Muslim (no.2643) dari Ibnu Mas’ud. Hadits serupa-juga diiiwayatkan dari beberapa orang Sahabat lainnya.
.
Akan tetapi, kerancuan itu bisa dijelaskan sebagai berikut: “Amal-perbuatan seseorang itu akan dilihat melalui cara dia mengakhirinya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Orang yang disebutkan di dalam hadits ini tidak mampu bersabar-dalam beramal shalih(Istiqomah).sehingga dia tidak dapat menyelesaikan-amalnya itu dengan sempurna. Bahkan, ada penyakit dan noda yang-tersembunyi di balik amalnya itu yang kemudian-membuatnya-terhina pada akhir hayatnya.

Penyakit dan noda batin tersebut mengkhianati dirinya justru pada saat ia sedang butuh terhadap-petunjuk-Nya.Akibatnya, ia melakukan hal-hal (buruk) yang lahir-dari penyakit tersebut. Seandainya tidak ada noda dan penyakit tadi,niscaya Allah tidak akan mengubah iman orang itu.

Di matamanusia,-dia memang tampak seperti orang yang melakukan amal shalih-dengan penuh kejujuran dan keikhlasan hati tanpa ada satu pun yang-menodai amalnya itu. Akan tetapi, Allah Maha Mengetahui segala-sesuatu yang ada dalam diri setiap hamba-Nya yg-tidak diketahui-oleh antar sesama mereka.”

Begitu pula halnya dengan Iblis. Allah-berfirman kepada para-Malaikat:
“sesunggubnya Aku mengetahui apa yang tidah kamu ketahui.’” (QS.Al-Baqarah:30)

Allah-mengetahui segala kekufuran,kesombongan, dan ke-dengkian yangterkandung di dalam hati Iblis, yangtidak diketahui-oleh Malaikat-Malaikat-Nya.

Ketika para Malaikat diperintahkan-Allah untuk-bersujud, tampaklah ketaatan, kecintaan,ketakutan,dan ketundukan yang ada didalam-hati mereka; mereka segera-melaksanakan perintah-Nya tersebut.

Sementara itu, tampak pula-kesombongan,kelicikan, dan kedengkian yang ada di dalam hati-musuh-Nya tadi (Iblis); mereka bersikap sombong dan menolak-untuk bersujud. Akibat hal itu, Iblis pun termasuk dalam golongan-orang-orang kafir.

2. Rasa takut para wali Allah

Adapun rasa takut yarg dialami oleh wali-wali Allah terhadap-makar-Nya, perasaan itu memang benar adanya. Akan tetapi,para wali-Ny, itu takut kalau-kalau Allah menelantarkan mereka-disebabkan oleh dosa dan kesalahan yang mereka perbuat (bukan-karena Allah bisa menzhalimi hamba semau-Nya”), sehingga hidup-mereka akan berakhir di dalam kesengsaraan.

Wali-wali Allah tersebut-cemas lantaran dosa-dosa mereka dan selalu berharap akan keluasan-rahmat-Nya.

Sedangkan firman Allah

اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ

“Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 99)

ayat ini ditujukan bagi orang-orang fasik dan kaum musyrikin. Dan-ayat tersebutmenjelaskan bahwa hanya orang-orang yang merugi-itulah yang suka berbuat maksiat dan tidak takut balasan Allah-terhadap makar jahat yang mereka lakukan.

Orang-orang’arif (yg mengenal Allah) takut-terhadap makar-Nya berupa penundaan adzab atas perbuatan dosa mereka. Sehingga-dengan makar itu, mereka teperdaya dan terbiasa-melakukan dosa,kemudian adzab datang kepada mereka secara tiba-tiba dan bertubi-tubi.

Orang-orang’arif juga takut terhadap makarNya yang me-nyebabkan mereka lalai dan lupa berdzikir kepada-Nya. Sebab, Allah-akan-berpaling dari mereka apabila mereka tidak mengingat dan taat-kepada-Nya. Jika hal itu-terjadi, bencana dan fitnah pun akan segera-menimpa mereka. Dengan demikian, makar-Allah yang ditakuti-orang-orang shalih ini-adalah keberpalingan-Nya dari mereka.

Orang-orang’arif juga takut jika Allah-mengetahui dosa-dosa-dan aib merekasementara mereka tidak mengetahui apa yang-tersembunyi dalam diri sendiri-lalu Dia mengirimkan makar-Nya-kepada mereka tanpa disadari._

Dan, orang ‘arif ini takut apabila Allah-menimpakan ujian yang-tidak mampu mereka hadapi dengan sabar, hingga akhirnya mereka-mendapat bencana karena ketidaksabaran itu. Hal ini jga merupakan-makar Allah.

Muhammad bin Abu bakar bin Sa’ad-bin Hariz az-Zur’i ad-Dimasyqi.

Hadis: Surga dan neraka

عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الجنة أقرب إلى أحدكُم من شِرَاكِ نَعْلِه، والنار مِثلُ ذلك». رواه البخاري

Dari Ibnu Mas’ūd -radhiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, “Nabi -ṣsallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Surga itu lebih dekat kepada seseorang di antara kalian daripada tali sandalnya, dan neraka juga seperti itu.” HR. Bukhari

Uraian:

Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa surga dan neraka itu dekat kepada seseorang seperti dekatnya tali sandal yang berada di atas kakinya. Dia sangat dekat sekali dari seseorang; karena bisa jadi ia melakukan suatu ketaatan dalam meraih keridaan Allah -Azza wa Jalla’-, dirinya tidak mengira bahwa amalan tersebut mencapai suatu titik tertentu yang ternyata menghantarkan dirinya ke surga yang penuh dengan kenikmatan.

Dan mungkin juga dia melakukan suatu kemaksiatan yang dianggap tidak begitu berarti, namun itu mengundang murka Allah, sehingga menjerumuskannya ke dalam neraka sejauh hitungan sekian tahun namun ia tidak menyadarinya.

Faedah hadis:
1. Ketaatan itu menghantarkan ke surga, sedangkan maksiat menghantarkan ke neraka.
2.Surga itu mudah diraih bila benar niatnya & saleh amalnya, begitu pula neraka gampang nyangkutnya bila keliru niatnya & sesat amalnya. Nauzubillah…
3. Ketaatan dan kemaksiatan bisa jadi berada di hadapan kita & mudah dilakukan. Maka jangan menyia-nyiakan kebaikan walaupun sedikit & jangan mengentengkan dosa walaupun dianggap kecil.
4. Motivasi untuk berbuat baik & peringatan dari berbuat buruk.
5.Permisalan & perumpamaan dalam Sunnah dipakai guna memudahkan pemahaman.

Langkah-langkah setan dalam menggelincirkan manusia …

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ.
فَإِن زَلَلۡتُم مِّنۢ بَعۡدِ مَا جَاۤءَتۡكُمُ ٱلۡبَیِّنَـٰتُ فَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِیزٌ حَكِیمٌ.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Al-Baqarah: 208-209]

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi,
Ini merupakan perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk masuk “ke dalam Islam keseluruhan.” Maksudnya, dalam seluruh syariat syariat agama, mereka tidak meninggalkan sesuatu pun darinya, dan agar mereka tidak seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apabila hawa nafsunya itu sejalan dengan perkara yang disyariatkan, maka dia kerjakan, namun bila bertentangan dengannya, maka dia tinggalkan.

Yang wajib adalah menundukkan hawa nafsunya kepada agama, dan ia melakukan segala perbuatan baik dengan segala kemampuannya, dan apa yang tidak mampu dia lakukan, maka dia berusaha dan berniat melakukannya dan menjangkaunya dengan niatnya tersebut.

Ketika masuk kedalam Islam dengan keseluruhan, maka tidak mungkin dan tidak dapat dibayangkan terjadi, kecuali bertentangan dengan jalan-jalan setan, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah setan,” maksudnya, dalam perbuatan dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah.

“Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” musuh yang nyata tidaklah akan mengajak kecuali kepada kejahatan dan kekejian serta segala yang mengandung madharat bagi kalian.

Dan ketika sudah menjadi kepastian bahwa manusia akan melakukan kesalahan dan ketergelinciran, maka Allah berfirman,
“Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran” atas dasar ilmu dan keyakinan, “maka ketahuilah, Bahwasanya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”

Ayat ini menunjukkan ancaman keras dan kengerian yang membawa kepada sikap meninggalkan kesalahan tersebut, karena sesungguhnya yang maha perkasa kedudukanNya lagi maha bijaksana apabila seorang pelaku kemaksiatan berbuat maksiat kepadaNya, pastilah Dia akan memaksanya dengan kekuatanNya dan menyiksanya sesuai dengan konsekuensi kebijaksanaanNya, dan termasuk dari kebijaksanaanNya adalah menyiksa orang-orang yang dan orang-orang yang berbuat jahat.

“Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran” atas dasar ilmu dan keyakinan, “maka ketahuilah, Bahwasanya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”

Ayat ini menunjukkan ancaman keras dan kengerian yang membawa kepada sikap meninggalkan kesalahan tersebut, karena sesungguhnya yang maha perkasa kedudukanNya lagi maha bijaksana apabila seorang pelaku kemaksiatan berbuat maksiat kepadaNya, pastilah Dia akan memaksanya dengan kekuatanNya dan menyiksanya sesuai dengan konsekuensi kebijaksanaanNya, dan termasuk dari kebijaksanaanNya adalah menyiksa orang-orang yang dan orang-orang yang berbuat jahat.

(An-Nafahat Al-Makkiyah , Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi)

Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله,
Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, agar berpegang kepada seluruh tali Islam dan syari’atnya, mengerjakan perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan-Nya sekuat tenaga.

Mengenai firman Allah:
في السلم
Enurut Ibnu Abbas dan yang lainnya,
“Yaitu Islam.”

Kata Ibnu Abbad
Atau, “Yakni ketaatan.” Qatadah juga mengatakan: “Yaitu perdamaian.”

Dan firman-Nya:
كآفة
KataIbnu Abbas, berarti jami’an (keseluruhan).”
Mujahid menuturkan: “Artinya, kerjakanlah semua amal shalih dan segala macam kebajikan.”

Sedangkan firman-Nya:
ولا تتبعوا خطوات الشيطان
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.” Laksanakanlah segala ketaatan dan hindari apa yang diperintahkan syaithan kepada kalian karena firman Allah Ta’ala yang artinya: “Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidk kamu ketahui.” (QS. Al-Bagarah: 169)

Untuk itu Allah berfirman:
إنه لكم عدو مبين
“Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian.”

Muthraf berkata: “Hamba Allah yang paling lihai menipu hamba-hamba-Nya yang lain adalah syaitan.”

Dan firman-Nya selanjutnya:
فإن زللكم من بعد ما جآءتكم
“Tetapi jika kamu menyimpang [dari jalan Allah] sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran.”

Maksudnya, jika kalian menyimpang dari kebenaran setelah ditegakkannya hujjah atas kalian. “Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa.”

Yaitu dalam siksaan-Nya, dan tidak akan pernah dikalahkan oleh siapapun. “Dia Mahabijaksana,” dalam ketetapan-ketetapan-Nya, pembatalan dan pemberlakuan hukum-Nya. Oleh karena itu, Abu al-Aliyah, Qatadah, dan Rabi’ bin Anas mengatakan, “Dia Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya dan Mahabijaksana dalam perintah-Nya.

Dan Muhammad bin Ishak mengemukakan: “Yang Mahaperkasa dalam pertolongan-Nya dari orang-orang yang kafir kepada-Nya, jika ia menghendaki, Mahabijaksana dalam alasan dan dalih-Nya kepada para hamba-Nya.”
(Diringkas dari tafsir Ibnu Katsir)

Setan dalam menggelincirkan manusia kedalam kesesatan yang menjadikan manusia masuk neraka, bukan dengan terang-terangan mengajak mereka ke neraka.

Akan tetapi setan menyusun langkah-langkah bertahap yang menjadikan manusia lalai dan terbuai dalam perangkapnya.

Berkata Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله dalam kitabnya Ighotsatul Lahafan:
Ada enam langkah Setan dalam menyesatkan manusia:
• Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya.
• Langkah kedua: Diajak pada amalan yang tidak ada tuntunan (al-bid’ah)
• Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair).
• Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair).
• Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yaitu seduatu yang tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya).
• Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal.
Wallahu a’lam (*).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *