PBNU: Meski Ada Corona, Masjid Harus Tetap Buka Untuk Syiar

Masjid Demak. Foto: Indonesia.go.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id-Ketua PBNU Bidang Dakwah dan Takmir Masjid KH Abdul Manan Ghani menyatakan bahwa masjid tetap harus menjalankan syiar Islam seperti azan untuk shalat lima waktu dan bentuk syiar lainnya di tengah pencegahan Covid-19.

Aktivitas yang dilarang bukan ibadah seperti Salat Tarawih di masjid atau mushalla, tetapi kerumunan orang untuk menghindari penularan Covid-19.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ya yang dihindari kumpulnya banyak orang. Tetap di bulan Ramadhan ada tadarus, tapi orangnya terbatas. Ada tarhim juga. Bahkan sebelum azan perlu disampaikan peringatan untuk shalat berjamaah di rumah masing-masing, terus cuci tangan pakai sabun dan gunakan masker jika keluar,” kata Kiai Manan, Selasa (28/4).

Menurut Kiai Manan, selama pandemi Covid-19 berlangsung, masjid atau musala harus tetap buka dan tetap diperkenankan untuk mengumandangkan azan sebagai wujud syiar Islam.

“Masjid tetap buka, tidak digembok. Artinya tetap kumandangkan azan setiap waktu, dan berjamaah masih tetap harus ada setiap waktu secara sangat terbatas, yaitu petugas masjid dari mulai imam, muazin, dan marbot  4-5 orang masih harus tetap menjaga kehidupan masjid, ada syiar Islam,” kata Kiai Manan.

Sebagaimana diketahui, imbauan pemerintah dan fatwa sejumlah ormas keagamaan untuk memindahkan shalat Jumat dan tarawih ke rumah disalahpahami oleh sebagian aparat dan warga untuk mematikan sama sekali aktivitas peribadatan.

Padahal syiar Islam tetap wajib dilakukan tanpa harus berkumpul, seperti azan. Bahkan, sebagian pihak mengunci masjid. Padahal syiar Islam tetap wajib dilakukan di masjid tanpa harus mengumpulkan banyak orang seperti azan dan tadarus.

Hal yang harus dibedakan adalah soal peralihan ibadah masyarakat dari masjid ke rumah dan masalah syiar Islam. Keduanya berbeda sama sekali. Pemindahan aktivitas beribadah yang melibatkan banyak orang bukan bermaksud melarang atau mengekang masyarakat, melainkan dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.

Jadi, kata Kiai Manan, peralihan sementara ibadah masyarakat dari masjid ke rumah semata-mata untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Di sini penting kiranya kesadaran semua pihak bahwa aktivitas ibadah yang melibatkan banyak orang di masjid seperti pelaksanaan Salat Jumat dan Tarawih berbeda dari aktivitas masjid sebagai syiar Islam seperti kumandang azan dan kegiatan lainnya. (wh/nuonline)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *