Hajinews.id- Nasihat berikut ini layak direnungkan, apakah kita sudah meninggalkan semua keburukan atau sekadar menjalankan kebaikan. Keduanya berbeda, silakan lanjutkan nasihat berikut:
Sahabat Fillah….
Meninggalkan keburukan itu lebih utama dari memburu kebaikan. Seorang hamba tidak harus melakukan semua kebaikan, lakukanlah semampunya. Tetapi meninggalkan keburukan haruslah semuanya.
Siapa meninggalkan keburukan, ia pasti berada di dalam kebaikan, namun tak setiap pelaku kebaikan berada di dalam kebaikan. Kebaikan bisa bercampur dengan keburukan, sementara keburukan seluruhnya buruk…
Saudaraku,
Sesungguhnya seseorang itu kalau sudah merasa ‘baik’ akan susah diperbaiki…
Sungguh perkataan singkat yang amat menusuk dan amat dalam maknanya…
Awal mula tertimpanya keburukan bagi seseorang, apabila dia merasa dirinya sebagai ‘orang baik’
Realitas ini mengingatkan kita tentang nasihat dari Ummul Mu`miniin ‘A`isyah radhiyallaahu ‘anha ketika beliau ditanya:
مَتَى يَكُوْنُ الرَّجُلُ مُسِيْأً
Kapan seseorang itu dikatakan buruk?
Beliau menjawab:
إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ مُحْسِنٌ
Ketika dia menyangka dirinya seorang yang baik.
(At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606).
Saudaraku,
Sesungguhnya awal mula keterperosokan jatuhnya seseorang dalam keburukan, ketika dia menilai dirinya sebagai seorang yang baik. Maka dia pun akan cenderung mulai merendahkan orang lain. Maka dia pun merasa serba-berkecukupan, sehingga menghalangi dirinya untuk terus memperbaiki segala keburukannya, kesalahannya, kekhilafan, kekeliruannya, serta kekurangan-kekurangannya dalam penunaian kebaikan.
Demikian pula, Seseorang itu susah mendapatkan ilmu, ketika sudah merasa berilmu.
Fudhayl bin ‘Iyyadh ditanyakan tentang tawadhu’, maka beliau menjawab:
أَنْ تَخْضَعَ لِلْحَقِّ وَتَنْقَادَ لَهُ وَلَوْ سَمِعْتَهُ مِنْ صَبِيٍّ قَبِلْتَهُ مِنْهُ، وَلَوْ سَمِعْتَهُ مِنْ أَجْهَلِ النَّاسِ قَبِلْتَهُ مِنْهُ
Engkau tunduk dan patuh pada kebenaran, meskipun engkau mendengarnya dari seorang anak kecil; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya. Meskipun engkau mendengarnya dari manusia yang paling bodoh; (ketika engkau mendapati ia menyampaikan kebenaran), maka engkau menerima kebenaran tersebut darinya.
(Hilyatul Auliyaa’ 8/91)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah untuk senantiasa meninggalkan keburukan, tawadhu’ dan tetap menerima kebenaran meskipun kebenaran itu datang dari seorang anak kecil dan orang bodoh sekalipun…
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua’lam bishawab
(sumber: gwa/fur).