Hikmah Malam: Jangan Buka Aib Sendiri Kepada Orang Lain

Ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID- Malu, demikian orang akan mengatakan ketika ada rekannya yang datang menceritakan aibnya. Mungkin dengan maksud mencari solusi sehingga rela menceritakan aibnya kepada orang lain. Islam mengajarkan tidak demikian.

Memang tidak ada manusia tanpa salah, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Sudah fitrah manusia. Namun setelah melakukan kesalahan hendaknya kita langsung bertobat dan memohon ampunan. Tapi terkadang kala kita malah juga menceritakan permasalahan yang bisa dibilang sebagai aib sendiri kepada orang lain untuk menemukan solusi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Allah berfirman,

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung–gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzolim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72).

Tapi bagaimana jika dosa atau aib tersebut kita ceritakan kepada orang lain? Apakah hal tersebut diperbolehkan dalam Islam? Islam melarang kita untuk membuka atau menceritakan aib sendiri setelah Allah SWT menutupnya. Hal ini sesuai dengan sebuah riwayat.

Telah mengabarkan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ibrohim bin Sa’d dari anak saudaraku Ibnu Syihab dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah, dia mengatakan, “Aku mendengar Abu Huroiroh mengatakan, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan (buruk) pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya (berupa perbuatan buruk ).

Lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk/jelek ini dan itu”. “Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Rahimahullah mengatakan, “Al Mujaahiriin adalah orang-orang yang menunjukkan bahwa ia telah berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Rasullullah SAW bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR Bukhari Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemurah, kekal, dan Maha Penutup, Dia mencintai rasa malu dan sikap sitru (menyembunyikan aib).” (HR Abu Dawud dan Nasa-i)

Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya, Rasulullah. Aku pernah mengobati seorang perempuan di ujung Madinah lalu aku tidak sekadar menyentuhnya (maksudnya menzinainya), maka ini aku datang kepadamu. Berilah aku hukuman yang engkau kehendaki.

Kemudian Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Seandainya engkau menutupi dirimu, sungguh Allah Azza wa Jalla telah menutupinya” dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam tidak menjawab, kemudian laki-laki itu berdiri dan pergi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan seseorang untuk menyusul dan memanggil laki-laki tadi, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan padanya firman Allâh Azza wa Jalla :

“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Hud:114)

Salah seorang sahabat bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah ayat itu khusus untuk orang itu saja?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(tidak) akan tetapi untuk semua manusia.” ([HR Muslim)

Menceritakan aib sendiri dikhawatirkan dapat memicu orang lain untuk melakukan keburukan yang sama. Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”

Ibnu Hajar rahimahullahu dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa barang siapa yang berkeinginan untuk menampakkan kemaksiatan dan menceritakan perbuatan maksiat tersebut, maka dia telah menyebabkan Rabb-nya marah kepadanya sehingga Dia tidak menutupi aibnya tersebut.

“Dan barang siapa yang berkeinginan untuk menutupi perbuatan maksiatnya tersebut karena malu terhadap Rabb-nya dan manusia, maka Allah Tabaraka wa Ta’ala akan memberikan penutup yang akan menutupi aibnya itu.”

Maka dari itu, hendaklah kita langsung bertobat ketika melakukan kesalahan dan menutup erat aib tersebut. []

(sumber Islam Post/gwa/fur).

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *