Bolak-balik Melakukan Dosa, Ini Penawarnya

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID-Semua manusia pasti pernah melakukan dosa dan kesalahan kecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (beliau makshum, terpelihara dari dosa). Ramadhan merupakan waktu terbaik untuk bertobat dan memperbanyak amal saleh.

Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Itu sebabnya kaum muslimin diperintahkan menghidupkan amaliyah Ramadhan termasuk di fase 10 malam terakhir ini. 

Dai yang juga penulis buku-buku Islami Ustaz Salim A Fillah berpesan bahwa Ramadhan adalah waktu terindah untuk bertobat memohon ampunan Allah Ta’ala. Berikut petikan tausiyahnya yang didirakan melalui akn IG @salimafillah, kemarin.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar: 53)

“Tidakkah salah seorang di antara kami malu”, tanya seseorang di majelis Imam Hasan Al-Bashri, “Jika dia berdosa lalu bertobat. Tapi berdosa lagi lalu bertaubat lagi. Dan melakukan maksiat lagi kemudian beristighfar lagi?”

Sang Imam tersenyum. “Tahukah kalian maksud terbesar syaithan?,” ujarnya. “Yakni agar kalian berputus asa dari rahmat Allah dan berhenti memohon ampun setelah mengulangi dosa. Maka jika dosa teejadi lagi, teruslah bertaubat. Maka jika maksiat terulang kembali, teruslah beristighfar.”

Adalah Imam An-Nawawi dalam Al Minhaj, syarahnya atas Shahih Muslim menyusun bab khusus berjudul, ‘Bab Diterimanya Taubat dari Dosa-dosa, Meskipun Dosa dan Taubat itu Terulang-ulang.’ Beliau menjelaskan, “Setiap kali hamba mukallaf berdosa, hendaknya dia bertaubat. Dengan itu dosanya akan gugur. Jika maksiat terulang, maka dia juga harus mengulang taubatnya. Adapun dosa yang terulang-ulang dan baru ditaubati dengan satu taubat di penghujungnya, taubatnya juga sah.”

Ini adalah kabar gembira yang harus diikuti khawatir. Siapa yang menjamin istighfar kita sampai? Siapa yang menggaransi taubat kita diterima?

Akhirnya, ungkapan Imam Ibnu Rajab itu bergema lagi, “Jika kalian tak mampu bersaing dengan para shalihin dalam ‘amal ibadahnya, berlombalah dengan para pendosa dalam istighfarnya.”

Sebab, kita wajib beristighfar saat merasa berdosa, dan berlipat perlunya istighfar itu saat kita tak merasa berdosa. Maka taubat kita masih perlu ditaubati, bahkan istighfar kita masih perlu diistighfari.

Akhir Ramadhan, adalah waktu terindah untuk hal ini. Allaahummaa innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.

(Sumber: Kalam. Sindonews.com)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *