Indonesia Terserah, Felix Siauw: Nasib Kita Punya Pemerintah yang Mencla Mencle

Ustaz Felix Siauw. Foto: Net
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID-Belakangan ini, banyak pihak yang mengabaikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Di satu sisi banyak warga yang mencoba menahan diri tetap di rumah, sementara yang lain mengabaikannya. Puncaknya, muncul kata-kata ‘Indonesia Terserah’.

Hal ini juga memantik reaksi Ustaz Felix Siauw. “Saya akui, terkadang memang ingin menyerah, atau paling tidak melampiaskan marah, pecahkan saja biar gaduh biar ramai dan apapun yang terjadi terserah! Beberapa hari ini, saya mengalami sendiri ketika harus keluar dan mengantar paket-paket makanan pada yang perlu, jalanan sudah tampak seperti biasanya,” tulis Felix Siauw via akun Instagramnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Di sosial media, diwakili dengan Terminal 2 di bandara, juga ramai-ramai di salah satu restoran cepat saji di Sarinah. Rasanya semua upaya seolah sia-sia. Sebelumnya, polemik istilah mudik dan pulang kampung, padahal esensinya sama; pergerakan manusia, yang artinya juga pergerakan virus,” lanjutnya.

Dijelaskan Felix Siauw semua tahu, virus tak bisa bergerak sendiri, maka cara membuat angka penghuni RS turun, sekaligus memberi waktu dokter dan tenaga medis, adalah #tetapdirumah

”Namun, hal tersebut menjadi sulit terlaksana karena sikap pemerintah sendiri. Nasib kita punya pemerintah yang mencla-mencle, alasannya pertimbangan kesehatan tapi juga pertimbangan ekonomi, terserah aja, esensinya sama, manusianya bergerak. Kebijakan yang satu dibatalkan kebijakan yang lain, penghuni negeri sendiri diminta sabar tak keluar, tapi yang dari luar dibolehkan untuk masuk,” tandasnya.

“Tapi nurani itu masih ada, mata dan telinga rakyat terjaga, mereka mengetahui semua itu, dan mulai muak, kesal, putus asa, tak tahu lagi mau bertanya atau mengadu ke mana. Kritik pemerintah disamakan makar, memberi usulan dikata selalu mencari kesalahan, menasihati dituduh membenci. Apa pilihan terakhirnya? Indonesia terserah!,” jelasnya.

Felix mempertanyakan apakah pemerintah tak paham bahwa ini justru jeritan mereka yang sangat mencintai negerinya. “Mereka yang mungkin lebih peduli dari pejabat ongkang kaki bergaji tinggi?,” tambahnya.

“Pesan masuk, “Ustaz, salahkah saya sebagai perawat, menyerah saja dengan kondisi begini? Kami berusaha sekuatnya, tapi kami tak ada yang perhatikan kami”, begitu.

Saya menjawab mengabaikan rasa hati: “Berusahalah sebaiknya, jangan sampai kesalahan orang lain membuat kita membenarkan atas kesalahan yang akan kita perbuat”,” ungkapnya.

Dia mengaku sangat sedih dengan situasi saat ini. “Sedih. Tarawih berjamaah, Salat Jumat, kajian yang dikalahkan. Seolah sia-sia. Tapi itulah, menjadi Muslim itu risikonya: kita tak boleh berhenti peduli. Walau yang punya wewenang tak peduli,” pungkasnya. (wh/ps)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *