Soroti BUMN, Dahlan Iskan dan Tanri Abeng: Fokus Selamatkan Ekonomi

(Foto: Infobank)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Dua mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dan Tanri Abeng bertemu dalam satu diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Di situ secara garis besar kedua mantan menteri pelat merah tersebut meminta agar BUMN ambil peran di tengah krisis pandemi virus Corona (COVID-19). Dahlan meminta agar BUMN fokus menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Saya sejak awal pingin mengemukakan bahwa bidangnya BUMN dalam COVID-19 ini sebaiknya fokus, fokus dan sekali lagi fokus untuk penyelamatan ekonomi,” kata Dahlan dalam diskusi virtual bersama LP3ES, Senin (18/5/2020).

Sebagai negara yang besar Indonesia harus bagi-bagi peran dalam mengatasi dampak COVID-19. Khusus BUMN biarlah khusus menangani dampak ekonominya, sedangkan terkait dampak sosial, serta penanganan kesehatan COVID-19 biarlah diurus oleh Kementerian/Lembaga lain.

“Biarlah tentang dampak sosial, tentang pengobatan, tentang macam-macam itu diurus dengan yang lain karena negara ini besar sekali, birokrasinya juga besar sekali, institusinya juga banyak sekali. Menurut saya perlu bagi-bagi tugas siapa yang menyelamatkan manusianya, siapa yang menyelamatkan ekonominya,” ucapnya.

BUMN dinilai bisa berperan besar dalam menyelamatkan perekonomian lewat bank-bank-nya dengan cara melakukan reschedule kredit kepada para nasabah. Terlebih jumlah bank BUMN cukup besar dan kredit yang dialirkan juga sudah sangat besar. Kalau bidang ini bisa diambil oleh BUMN, Dahlan menilai upaya penyelamatan ekonomi bisa lebih mudah terealisasi.

“Bukan dihapus, bukan dipotong, tapi pembayaran cicilannya yang ditunda kemudian pembayarannya lebih panjang dan bunganya juga diselesaikan bagaimana menggeser sehingga meringankan dunia usaha. Apalagi bank BRI dengan bunga sangat murah, bank-bank lain bisa ikuti bank BRI untuk cari dana semurah-murahnya agar reschedule yang diberikan pengusaha tidak membebani bank itu sendiri,” ucapnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Tanri. Menurutnya BUMN harus fokus dalam menyelamatkan ekonomi karena posisinya yang berperan dalam menyumbang APBN.

“Coba kita fokus BUMN memberikan kontribusi terhadap ketahanan ekonomi. Kalau ekonomi sudah bisa mantap, ketahanan nasional relatif juga bisa mantap karena kalau BUMN mikir macam-macam selain dari kontribusinya kepada ketahanan ekonomi mungkin dia autofokus kembali,” tuturnya.

BUMN Pangan Kalah dengan Bakso Blok S

Dahlan menyebut BUMN pangan selain Perum Bulog masih lemah. Bahkan saking lemahnya kalah dengan bakso di Blok S karena BUMN tersebut terlalu kecil.

“Agak memalukan menurut saya kalau BUMN kuat di bidang yang tidak terlalu terkait dengan ketahanan negara tapi sangat lemah yang justru secara langsung terkait dengan kepentingan publik. Misalnya waktu itu saya sangat prihatin bahwa BUMN di bidang pangan kalah dengan bakso Blok S saking kecilnya dan saking jeleknya,” kata Dahlan melalui telekonferensi, Senin (18/5/2020).

Dahlan tidak menyebut siapa BUMN yang dimaksud. Namun alasan itulah yang membuatnya merasa gagal menjadi Menteri BUMN selama menjabat pada periode 2011-2014 lalu.

“Sebetulnya saya merasa gagal ketika jadi menteri adalah ketika mendorong agar BUMN mempunyai perusahaan di bidang pangan yang seraksasanya. BUMN ini kan milik negara sedangkan pangan adalah ketahanan negara seharusnya jangan sampai BUMN di bidang pangan lebih kecil dibanding BUMN yang di bidang bisnis pada umumnya yang semua orang sudah melakukan,” beber Dahlan.

Selain itu dalam hal ekspor BUMN dinilai masih lemah. Padahal jika mau, Indonesia bisa didorong menjadi penghasil buah tropis besar dan bisa diekspor seperti yang dulu ia lakukan.

“BUMN sangat lemah di bidang ekspor ini. Karena itu waktu itu saya menyampaikan bahwa kita harus membuat perkebunan durian 5.000 hektar (Ha), perkebunan pisang 5.000 Ha. Pokoknya buah tropis harus menjadi andalan Indonesia. Maka Keunggulan Indonesia yang wilayahnya panjang sekali dari barat sampai ke timur yang berada di area tropis, kenapa tidak produksi buah tropis besaran,” terangnya.

Sesama Direksi Saling Berebut Pengaruh

Dahlan membeberkan pengalamannya selama menjabat sebagai Menteri BUMN. Menurutnya, yang sulit dalam memimpin BUMN adalah menghadapi sesama direksi yang sering bertengkar.

“Yang sulit di BUMN itu direksinya sering berebut pengaruh. Direksinya sering bertengkar dengan direktur utama (dirut) atau sesama direksi. Kemudian perbedaan itu dibaca oleh staf ke bawah dan masing-masing kemudian seperti punya pengikut internal di perusahaan itu,” kata Dahlan dalam diskusi virtual bersama LP3ES, Senin (18/5/2020).

Dahlan yang sempat berkecimpung di dunia swasta merasakan betul perbedaan saat di BUMN. Jika di swasta sesama direksi tidak cocok langsung dipecat, di BUMN sesama direksi dinilai hal yang biasa.

“Saya lahir di swasta besar di swasta. Di swasta itu tidak ada direksi yang tidak cocok dengan dirutnya itu tidak ada, semua direksi harus cocok sama dirutnya karena kalau tidak diganti. Tapi di BUMN itu sangat biasa ada direksi tidak cocok dengan dirutnya. Dari pengalaman itu bahwa mulai waktu itu tidak boleh lagi direksi tidak boleh cocok sama dirutnya,” ungkapnya.

Kejadian seperti itu tentu tidak baik bagi kesehatan perusahaan. Terlebih banyak direksi yang merangkap jabatan di perusahaan lain yang membuat masing-masing direksi tidak solid karena memiliki bos sendiri-sendiri.

“Direksinya kadang-kadang mencari backing di luar apakah dia politisi, apakah dia pejabat yang lebih tinggi sehingga katakanlah ada 5 direktur di 1 BUMN, bisa saja 5 direktur itu punya bos sendiri-sendiri. Nah ketika saya jadi Menteri BUMN saya tidak mau hal itu terjadi. Itu yang saya sebut harus ada loyalitas di dalam perusahaan itu kepada manajemennya,” ucapnya.

Tanri Abeng Beberkan Biang Kerok yang Menghambat Kinerja BUMN

Tanri menyoroti politisasi yang terjadi dalam perusahaan-perusahaan pelat merah. Hal itu dinilai menjadi hambatan utama BUMN untuk maksimalkan kinerjanya.

Menurutnya selama ada politisasi, manajemen BUMN tidak memiliki kuasa penuh dalam menjalankan operasional perusahaan.

“Kalau manajemennya diobok-obok, kalau manajemennya tidak memiliki kapasitas karena diintervensi, maka BUMN tidak akan pernah optimum kinerjanya,” kata Tanri dalam diskusi virtual bersama LP3ES, Senin (18/5/2020).

Oleh karenanya, dia mendorong agar politisasi dalam BUMN segera dihapus sehingga kinerja perseroan dapat tumbuh secara maksimal.

“Kuncinya BUMN jangan ada birokratisasi dan politisasi. Tapi kenyataannya tidak bisa itu dihilangkan sama sekali,” ucapnya.

Untuk menekan politisasi dalam manajemen BUMN, Tanri menyarankan agar perusahaan pelat merah menjual sebagian sahamnya ke publik. Pasalnya, BUMN yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak lagi bisa semena-mena mengambil langkah strategis. “Serahkan kepada publik saja, dijual saja. Baru demikian akan bisa independen betul,” ujar dia. (rah/detikfinance)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *