Al-Quran dan Covid-19

Yuyun Afandi, Pembina MTP IPHI Jateng (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Dr. Yuyun Affandi, Lc, MA

Untuk menghindari  pandemik covid 19, demi  mengikuti instruksi ulil amri, dan agar kesehatan tetap terjaga, tidak terasa telah beberapa bulan di rumah saja (drs), hingga memasuki akhhir ramadan. Sebagian kaum muslimin kecewa, karena tidak bisa melakukan tarawih di masjid, bahkan sampai shalat Idul Fitri nanti masih tetap di rumah. Korban corona telah merata di seluruh dunia, termasuk di sekitar kita.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tentunya siapapun menginginkan kesehatan, agar terbebas dari lokcdown berkepanjangan. Pemerintah telah berupaya maksimal untuk mencari solusi dari berbagai aspek, namun hasilnya belum memenuhi target yang signifikan. Semua orang sudah bosan, dengan selalu melihat tembok rumah, apalagi mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemik ini. Oleh karena itu, seyogyanya, kita bersama-sama berupaya mencari kesembuhan dan jalan keluar di sepuluh terakhir ramadan ini, dengan melakukan musabaqoh tilawah al-qur’an ( mtq). MTQ tidak tidak diartikan lomba pada umunya, cukup  dimaknai ber-lomba-lomba dalam melantunkan ayat suci Al-Quran di tengah-tengah keluarga. Bagi umat muslim, Al-Quran tidak cuma diimani sebagai kitab rujukan, tetapi juga dipercaya mengandung fungsi medis (qur’anic healing;1). Menurut Ashabuny, Al-Qur’an yang diturunkan pertama kali di bulan ramadan ini (dari allah ke  lauhil mahfudz jumlatan wahidah), berbicara tentang penyembuhan/syifa ( attibyan fi ulum al-quran, h.17).

Kata penyembuhan disinggung 6 kali dalam Al-Quran dengan berbagai derivasiya, diantaranya pada ( QS Al-Syuara’: 80). Kata syifa’ yang difirmankan ayat ini menjelaskan tentang penyembuhan Nabi Ibrahim, sebagai bentuk kontradiktif dari kata marad. Yang dimaksud syifa’ di sini merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit baik fisik maupun mental. Penyebutan syifa’ dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sebagai subjek dapat menyembuhkan. Adapun yang dimaksud objek yang dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan disebutkan dalam ayat lain. (QS. Al-nahl: 69; Al-Isra’: 82).

”Wa nunazzilu min al-qur’an ma huwa syifa’ wa rahmah lil mu’miniin ” “dan kami turunkan dari al-qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ” ( q.s. al-isra : 82 ). Menurut bahasa  syifa berasal dari syafaa-yasyfii-syifaan adalah penawar, penyembuh (Mahmud Yunus, 200). Seiring dengan pendapatnya, Al-Ashfahani mengidentikkan term syifa’ min al-marad dengan syifa’ al-salamah. Istilah ini digunakan sebagai nama dalam penyembuhan.

Salah satu jenis zikir adalah membaca Al-Qur’an. Al-Asyqar memaknai tathmainnulquluub menjadi tenang dengan berzikir kepada Allah dengan lisan (membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, (zubdatut tafsir min fathil qadir, Al-Asyqar).  Sedangkan Al-Zuhaliy mengartikan “kegundahan dan kegelisahannya lenyap (tafsir al-wajiz, al-zuhaili). Untuk memperkuat pendapatnya Al-Razi mengqiyaskan bahwa,  orang-orang yang berobat pada dukun  yang  menggunakan  bacaan mantra yang tidak diketahui dengan jelas dan tidak dipahami artinya saja memiliki pengaruh untuk menyembuhkan.

Apalagi dengan bacaan dan lantuanan ayat suci al-quran yang merupakan kalimah ilahiyah dan sangat jelas kesahihnnya, pasti ia memiliki potensi menjadi penawar bagi penyakit. Dalam kehidupan sosial di sekitar kita, terutama para santri yang muqim di pesantren, mereka selalu membaca Al-Qur’an setiap saat, walaupun kehidupannya sangat sederhana tetap senang dan bahagia.

Bukti tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial , namun diperkuat dengan penemuan para pakar di bidangnya, hasil survai Al Qadhi di klinik besar Florida, Amerika Serikat, sebagaimana dilansir oleh Kuwait News agency (kuna) membuktikan, hanya dengan mendengarkan ayat suci Al-Quran, baik bagi yang mengerti bahasa Arab atau tidak, ternyata memberikan perubahan fisiologis. Termasuk menangkal berbagai macam penyakit. (QS Fushshilat  44).

Al-Qadhi menambahakan, bahwa membaca Al-Quran dengan bersuara, memberikan pengaruh luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya. Frekuensi suara ikut dalam proses penyembuhan dan penghancuran sel kanker (suaramuslim.net). Hal ini dikuatkan oleh penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Mengapa di dalam Islam, disarankan membaca Al-Quran dengan bersuara, karena getaran suara bacaan bisa menyeimbangkan sel-sel.

Setiap sel di dalam tubuh bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh. Sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya.

Dengan suara maka muncullah terapi suara. Ditemukan oleh Alfred Tomatis seorang dokter di Perancis. Menurutnya virus dan kuman termasuk covid 19 berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur’an. Pada saat yang sama, sel-sel sehat menjadi aktif. Hal ini mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi. Karena membaca Al-Quran itu sehat dan menyehatkan. (QS Al-Isra 82).

Menurut survei: Suara yang paling memiliki pengaruh kuat terhadap sel-sel tubuh adalah suara si pemilik tubuh itu sendiri. Inilah rahasia berdoa dan membaca Al-Quran secara lemah lembut  (QS Al-A’raf 55). Karena membaca dan melantunkan Al-Quran menghasilkan keseimbangan tubuh dan Islam tidak  menganjurkan mendengarkan lagu hingar bingar, karena survei membuktikan bahwa getaran suara bisa membuat tubuh tidak seimbang.

YUYUN AFFANDI, Pembina Majelis Taklim Perempuan (MTP)/Ketua V IPHI Jawa Tengah, Pembina Askopis Jateng; Dosen Pasca Sarjana UIN Walisongo, Semarang.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar