Corona: Peluang Para Dai

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Corona: Peluang Para Dai

Oleh : Abdurrahman Lubis ( Pemerhati Keislaman. )

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Banyak yg beranggapan, adanya Covid-19
membuat  orang tak perlu keluar rumah, dan jauhi pergaulan, itulah garis “fatwa”, social distans. Padahal, itu kan hukum asbab musabab.
Kalau “garis taqwa” tidak begitu.
Taqwa itu maksimal.

Contoh: Kalau seseorang punya harta terdiam 98.8 (atau digenapkan 100) gram emas murni, maka wajib bayar zakat
2.5 persen. Orang-orang biasanya bertanya, berapa minimalnya Ustadz ? Sang ustadz menjawab: 2.5 persen. Tapi kalau sahabat Nabi SAW yg bertanya, “Apa amal yg paling afdhol Ya Rasulullah ?”
Dijawab,
الصلاة على وقتها برالوالدين  وجهاد في سبيله
“Salat tepat waktu, berbuat baik kedua orang tua dan berjuang di jalan Allah”.
Mereka bertanya saja sudah beda. Sahabat, “Mana amalan paling top” ?
Garis taqwa itu seperti naik sepeda sirkus. Satu roda, lepas tangan di atas kabel,  “berjudi” nyawa. Kalau garis fatwa, “yang penting saya sudah amal, tanpa memperhatikan eksistensi dan mutu amal”.
Pokoknya saya sudah amal. Dia pake “pokoknya”. Tidak pakai Al Quran dan Al Hadis. Amal saya sudah benar atau belum.

Orang dakwah tidak demikian,  selalu aktif dinamis. Lockdown tak diartikan “mengurung diri di rumah”, tapi “menjaga diri dari segala kemungkinan “mudhorot” termasuk Covid-19. Di mana saja berada. Senantiasa aktif mendakwahkan Islam dari orang ke orang. Baginya, lockdown adalah  “herd inmunity”.

Jadi, ia tetap datang ke mesjid hidupkan amal, musyawarah, taklim, silaturahmi, nusroh (membantu) jamaah, serta merta sibuk dalam usaha dakwah. Jadi, tidak pakai filosofi  “mumpung”.    bagian dari malas dan lalai. Sebab, imunisasi dapat terlaksana secara merata.

Strategi herd immunity ini, sudah ada dalam hakekat kerja dakwah. Karena orang dakwah adalah hakikat Islam yang sesungguhnya. mengamalkan sunnah Nabi SAW 24 jam, tidak bed habit (kebiasaan buruk), ber-malas-malasan , bekerja dengan berat hati, tidak tertib dalam khuruj, sehingga sifat-sifat jelek tak berubah. Malas tetap malas, bakhil tetap bakhil, bukan berjuang dengan harta sendiri, tapi mengambil manfaat dunia dari jamaah. Sampai Corona itu sendiri mengalami masa incubasi (pembusukan) sehingga virus mmenghilang dengsn sendirinya.

Lagi pula virus tak dapat bertahan di tempat bersih, doa sebelum masuk toilet, istinjak yang benar, tidak menghadap/membelakangi kiblat, tidak kencing berdiri, menghirup air ke hidung sampai terasa perih dan nenyemprotkannya tiga kali sahingga setan terhenyah, keluar, setan adalah musuh. Setan lebih berbahaya dari virus, setan musuh kita yang nyata, virus adalah partner untuk menguji iman. Iman yang baik bukan sekedar pengakuan, tapi juga taubat, ishlah (perbaikan diri) dan bukti.

Sunnah Nabi SAW
sempat menjadi rencana medis untuk menekan korban virus Corona. Jadi, orang beriman yang sholatnya benar, jauh dari kemungkinan terkena virus karena bersih dan suka bermain di tempat paling bersih, yakni masjid….ok ..??

Dengan herd immuniity  diharapkan efek penyakit menular akibat virus berkurang, seperti pada kasus campak.
Herd immunity membantu  kekebalan imunitas pada  masyarakat.

Dengan herd immuniity  diharapkan efek dari penyakit menular akibat virus dapat berkurang, seperti pada kasus penyakit campak.

Ini teori dokter, sangat sesuai dengan cara berfikir para Dai.
Karena pola hidup bersih itu sudah menjadi budaya Islam, istinjak yang benar , masuk toilet dengan doa :

اللهم اني اعوذبك من الخبث والخباءث

Penyakit tersebut menginfeksi 18 orang dan 95% orang lainnya kebal terhadap penyakit ini karena memiliki herd immunity.

Sejauh ini penelitian menunjukkan Corona punya tingkat infeksi yang lebih rendah ketimbang campak.

Rata-rata tiap orang terinfeksi menularkan dua atau tiga orang baru, dan akan menghasilkan 60% herd immunity  kepada populasi dan  menjadikan masyarakat kebal otomatis terhadap Covid-19.

Corona menyamar ketika bekerja menginfeksi “inang” (orang yg ditularinya) dan akan menembus sel inang.
Setelah itu mereka akan memberi awalan terhadap respons imun tubuh pada seseorang.
Corona sebagai keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pernapasan seperti flu biasa, demikian Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Jadi tetaplah berada dalam amal bersama jamaah (ijtimaiyat), sinerji, seperti disebutkan
Maulana Saad DB, “Amalan menyelesaikan masalah”.

Seperti salat dapat menyelesaikan masalah dunia/ akhirat, bukan sholat yang jadi masalah. Solat adalah hubungan baik antara makhluk dengan Sang Kholiq. Di Amerika dan di italia setiap hari orang masuk Islam,  karena sudah 40  tahun tak ada Azan, tiba-tiba sekarang azan dikumandangkan.

Ternyata suara azan membuat dokter yang memeriksa Corona terhenti,
Subhanallah….

Suara azan telah menyetop virus bekerja. Akhirnya banyak orang ikut orang-orang Islam, nungging dan sujud di mesjid agar selamat. Saat itu, para anggota Jamaah Tabligh yang lihat langsung ikhtilat (berbaur) dan mensyahadatkan, ramai-ramai masuk Islam.
Itulah ajaibnya kerja dakwah.
Itulah hebatnya para Da’i yang tak tertipu dengan lockdown.

Semoga jadi asbab hidayah
Seluruh alam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *