Janji dan Keseimbangan
Oleh : Emha Ainun Nadjib ( Cak Nun )
Mustahil Allah mengingkari janji. Tidak ada kemungkinan Allah tidak membalas kebaikan dengan kebaikan dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Andaikan aku menyiasati bulan Ramadhan untuk memperdaya orang lain, karena gelombang puasa adalah dengan kesabaran dan keikhlasan–Allah tidak hanya marah, tapi murka. Apalagi “semua ibadah hamba-Ku adalah untuknya, kecuali puasa”.
Aku berlindung kepada-Nya dari memanfaatkan kekhusyukan Ramadhan untuk menyembunyikan tipu dayaku di baliknya.
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Aku memohon ampun kepada Allah SWT jangan sampai aku bersikap gagah berani memperalat hak-Nya untuk melalimi makhluk-Nya di hadapan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Mustahil Allah tidak memelihara keseimbangan antara perbuatan dengan perolehan setiap ciptaan-Nya, antara sorga dengan neraka, antara pahala dengan adzab-Nya.
فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُم مِّنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِن فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ
Sumber : Caknun