Ribut-Ribut Soal Rebutan Mobil dengan Risma, Ini Penjelasan Khofifah

Khofifah Indar Parawansa. Foto: Liputan6
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SURABAYA, hajinews.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akhirnya buka suara terkait polemik mobil laboratorium polymerase chain reaction (PCR), yang belakangan jadi pemicu geramnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Khofifah menjelaskan alasan beroperasinya mobil PCR di luar Surabaya, salah satunya di Tulungagung pada 29 Mei 2020. Ia mengungkapkan hal tersebut terjadi lantaran banyaknya kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang meninggal sebelum menjalani tes swab di daerah itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Angka kematian PDP di daerah tersebut sebanyak 175 orang. Itu sudah meninggal tapi belum sempat di tes, keburu meninggal,” terang Khofifah saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (30/5) malam.

Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan, Sidoarjo juga sangat membutuhkan banyak pemeriksaan tes swab. Sebab daerah itu hanya memiliki kapasitas melakukan tes swab PCR sebanyak 16 spesimen per harinya.

Sementara untuk daerah Lamongan, Khofifah menyebut daerah itu hanya memiliki alat tes berupa Tes Cepat Molekuler (TCM) yang setiap harinya hanya bisa melakukan tes sebanyak 12 spesimen.

“Pasti sangat jauh dari apa yang diharapkan untuk memberikan percepatan penanganan Covid-19,” Khofifah menerangkan.

Hal itu jauh berbeda dengan kondisi Kota Surabaya yang memiliki tujuh laboratorium besar untuk melakukan pemeriksaan tes swab PCR. Di antaranya yakni Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair), RSUD dr Soetomo, RS Premier Surabaya.

Selain itu ada pula RS National Hospital, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP).

Dan meski salah satu laboratorium yakni ITD Unair tengah mengalami kendala, Khofifah mengatakan enam laboratorium lain di Surabaya masih bisa melakukan pemeriksan secara optimal.

“Jadi kalau ini dimaksimalkan sesungguhnya ini akan bisa memberikan percepatan konfirmasi dari spesimen yang di PCR tes,” kata dia lagi.

Sebelumnya, terjadi kisruh berebut mobil tes PCR covid-19 antara Pemkot Surabaya dengan Pemprov Jawa Timur. Bahkan nama Tri Rismaharini masuk dalam jajaran trending topic Twitter pada Jumat (29/5) malam.

 Hal itu bermula saat Risma meradang usai dua unit mobil tes dengan metode PCR dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dialihkan ke dua wilayah lain, oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim.

Risma menilai mobil tes PCR dari BNPB awalnya akan dipakai oleh warga Kota Surabaya. Namun hingga masyarakat berkumpul, mobil tak kunjung datang.

Mobil itu kemudian diketahui digeser ke Tulungagung dan Lamongan oleh Gugus Tugas Jawa Timur yang berada di bawah naungan Pemprov.

“Teman-teman lihat sendiri kan, ini bukti permohonan saya dengan Pak Doni, jadi ini saya sendiri yang memohon kepada beliau. Kasihan pasien-pasien yang sudah menunggu,” kata Risma sambil menunjukkan percakapan dengan Doni kepada media di Surabaya, Jumat (29/5).

Sebaliknya, Ketua Rumpun Logistik Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur yang juga sekaligus Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Suban Wahyudiono masih meyakini pihaknya yang lebih dulu mengajukan bantuan mobil tes yang kemudian disebut diserobot oleh Pemprov Jatim dari Pemkot Surabaya.

Suban mengklaim pihaknya tidak menyerobot bantuan dua unit mobil PCR seperti yang diklaim Risma. Ia merasa telah mengirimkan surat permohonan kepada Gugus Tugas Pusat terlebih dahulu. (wh/cnnindonesia)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *