Hancur, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II Diprediksi Minus 4 Persen

Ilustrasi - Suasana pemberlakuan PSBB di Jakarta. (Foto: Antara)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkontraksi cukup dalam pada Kuartal II-2020 yaitu minus 3-4 persen.

“Kuartal II memang ekspektasinya negatif. Kalau saya liat di pasar ekspektasi market segala macam itu minus 3 persen sampai sampai 4 persen,” ujar Reza di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Reza asumsi tersebut dibuat berdasarkan adanya penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan aktivitas perekonomian melemah sejak Maret hingga April 2020. “PSBB yang baru diumumkan di bulan Maret 2020 memang dampaknya baru terasa di kuartal II-2020,” kata dia.

Reza menyebutkan penurunan aktivitas perekonomian terjadi hampir di semua sektor kecuali telekomunikasi dan kesehatan seperti perdagangan, pertanian, transportasi, serta pariwisata.

“Kalau kita lihat Maret ke April turun drastis lalu dari April ke Mei indikator kami menunjukkan angkanya tidak memburuk tapi juga belum ada rebound yang signifikan,” jelasnya.

Dia berharap dengan adanya penerapan normal baru atau new normal di beberapa wilayah akan mampu membuat aktivitas perekonomian menjadi lebih bergerak sehingga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Kuartal III-2020.

“Kalau perekonomian, pelonggaran PSBB, dan PEN ini jalan maka kita akan mulai melihat pick up pada Kuartal III dan lebih jelas lagi positif pada Kuartal IV,” kata Reza.

Lebih jauh menurut Reza, sejauh ini pemerintah masih optimistis bahwa ekonomi Indonesia secara keseluruhan untuk tahun ini tetap tumbuh positif atau jauh dari prediksi IMF sebesar 0,5 persen dan Bank Dunia nol persen.

“Pemerintah sendiri mengharapkan secara keseluruhan 2020 masih bisa tumbuh positif. Meskipun kalau pada awalnya masih di level 3,2 persen lalu sekarang hanya di 1 persen. IMF justru di 0,5 persen dan Bank dunia nol persen,” papar dia. (rah/berbagai sumber)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *