Membangunkan

Drs.H. Achmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MEMBANGUNKAN

Oleh : Drs.H. Achmad Zacky Siradj ( Ketua Umum IKALUIN Jakarta dan Ketua Umum PB HMI Periode 1981-1983 )

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jangan lupa ya pah untuk menyetel alarmnya, bilang istri pada suaminya, yang akan pergi keluar kota. Memang alarm itulah yang setia membangunkannya dari lelap tidur nyenyaknya, dari mimpi indah yang menyelimutinya, sehingga walau berada dipengembaraan, alarm itu yang selalu membangunkan dipertigaan malam.

Berbeda kala mahasiwa, atau sebelum masuk perguruan tinggi yang membangunkan itu adalah suara tarhim, karena memang adakalanya, malah sering nginap dimesjid, sehabis ngaji ataupun bincang diskusi bersama teman. Ashshalatu wassalamu ‘alaik, ya rasulallah…(shalawat dan salam bagimu wahai utusan Allah) ucapan awal dari tarhim ini, memecah kesunyian dengan irama suara bergetar, nyaring, merdu, menggema, menggugah dan membangunkan semangat untuk bangkit menyambung, meneruskan, melanjutkan risalah kenabian. Ibarat petani yang berusaha membangunkan kembali tanaman yang terkulai, entah karena kurang disiram, atau mungkin pula karena batangnya yang kurang kuat, hingga dipasang ajir (sebilah bambu untuk penguat) hingga tanaman itu kembali tegak dan segar.

Seruan untuk membangunkan semangat juang, bila boleh diibaratkan bagai membangunkan macan yang sedang tidur, mengaum menerjang menerkam, penuh gelora perlawanan, walau hanya bersenjata bambu runcing, karena hanya ada dua pilihan kala itu, merdeka atau mati. Seruan takbir, telah membangunkan arek-arek suroboyo, seakan loncat keluar dari persembunyiannya, siuman dari pertapaannya, langsung terbakar semangat juangnya. Entah berapa, tentu tiada berbilang jumlah yang gugur di medan laga, tapi yang jelas telah terabadikan sebagai, hari gugurnya para syuhada itu, hari pahlawan nasional. Bagi para pejuang, memang selalu dihadapkan pada dua pilihan, tidak lebih, apakah kalian akan berenang kelaut lepas karena perahu-perahu kalian telah rusak dan terbakar, sementara bila kalian melangkah maju kedepan musuh siap siaga menghadang, membantai kalian, tentu tak ada kata yang tersedia, kecuali melawan. Memang hidup itu melawan, melawan kearah keterjerumusan pada kehinaan, sehingga pilihannya juga ada dua guna menempuh hidup ini, apakah ia dapat menempuh hidup dalam kemuiyaan (hidup muliya) atau syahid, mati dalam jalan dan keridlaan Allah (‘isy kariman atau mut syahidan).

Membangunkan dan mengajak kaum terpelajar, cedekiawan, para intelektual, bukan hal yang gampang, kendati telah jelas dalam pandangan mereka, sebab tantangannya menyata, lawanpun berada dikelopak mata, bila masih bisa berkedip, berarti, memberikan peluang pada lawan untuk terus mencengkramkan kukunya. Sesungguhnya kaum terpelajar ini sudah faham sendiri bahwa, dalam perang generasi ke empat ini, froxy war, perang a simetris, perang peradaban (clash civilazation), merekalah yang sesungguhnya berperan menjadi komandan perangnya. Realitas masyarakat bangsa menunggu ulur baktimu, wahai kaum terpelajar, sebab bila saja kaum terpelajar, para intelektual, cendekiawan itu memberi isyarat, maka isyarat itu akan membangunkan rakyat untuk melakukan perlawanan, merubah nasibnya kearah yang lebih baik.

Membangunkan kesadaran dari lingkar kemalasan, hingga nyambung kerja produktif, menghadirkan diri dalam bentuk amal, kerja-kerja kemanusiaan, atau yang sering disebut dengan amal shaleh (wa ‘amilush shalihah), merupakan kewajiban kita masing-masing. Memang amal itu sendiri meniliki aneka macam jenis, corak dan ragamnya. Ada amal perbuatan itu hadir atas alasan cinta kasih sama istrinya, hingga membangunkan sebuah mahligai cinta dalam bentuk pisik nan indah megah pada makam istrinya.

Ada pula yang beramal shaleh itu dengan membangunkan sebuah bangunan nan elok rupawan yaitu berupa mesjid, atas dasar ketaatan, kecintaan terhadap yang menjadi anutannya (usisa ‘ala taqwa). Malah sementara ini tidak sedikit yang beramal shaleh dengan membangunkan bangunan sekolah, madrasah, majelis ta’lim sebagai ikhtiar agar dengan sarana ini dapat terus membangunkan kepercayaan diri, sebagai yang ikut mengembangkan risalah kerasulan, sekaligus membangunkan semangat juang agar dapat senantiasa berhimpun bersama orang-orang yang diberi nikmat (shiratal ladzina an’amta ‘alahim). Wa Allahu a’lam (azs, 962020).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *